Berita Pasuruan

Tangisan Lirih Orangtua Korban Atap SDN Gentong Pasuruan, 'Aku Kangen Anakku'

Zubair adalah orangtua IA, salah satu korban meninggal jatuhnya atap empat kelas di UPT SDN Gentong Kota Pasuruan

Penulis: Galih Lintartika | Editor: irwan sy
surya/galih lintartika
Zubair, orangtua IA, menangis sambil memeluk foto semasa hidup anaknya. IA menjadi korban tewas atas peristiwa ambruknya atap kelas SDN Gendtong Kota Pasuruan, Selasa (5/11/2019). 

SURYA.co.id | PASURUAN - Zubair hanya bersandar di tembok rumahnya. Zubair adalah orangtua IA, salah satu korban meninggal jatuhnya atap empat kelas di UPT SDN Gentong di Jalan KH Sepuh No 48, Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Selasa (5/11/2019) pagi.

Rumah Zubair tepat persis di belakang sekolah. Saat Surya bertandang ke rumahnya, Zubair tampak menangis. Kedua kelopak matanya meneteskan air mata. Ia tampak lemas.

Mengenakan sarung, lengkap dengan pecinya, Zubair terus menyebut 'ya Allah..ya Allah.. ya Allah'. Itu selalu disebut Zubair, meski matanya terus meneteskan air mata.

Sesekali omongannya meracau. Ia menyebut 'anakku, anakku, anakku'. Bahkan, sesekali ia tidak kuasa emosinya dan berteriak.

"Aku kangen anakku," ujanya lirih.

Tak hanya itu, ia pun menyebut anaknya itu anak pintar.

Anaknya itu hebat dan sangat luar biasa.

"Anakku selalu ranking 1 kalau sekolah," ucapnya sambil mengusap air matanya.

Zubair tak sanggup banyak bercerita, begitu juga istrinya.

Ibunda IA juga matanya sembab.

Ia tidak banyak berbicara, tapi air matanya selalu membasahi pipinya.

Nurul Jadid, kakek IA, mengatakan cucunya ini adalah anak yang pintar.

IA juga tidak rewel dan sangat santun.

"Jadi wajar, orangtuanya apalagi bapaknya, sangat terpukul seperti itu. IA adalah salah satu anak kesayangannya," kata Jadid.

Ia menceritakan, tadi malam, Zubair dan anaknya baru saja mengerjakan tugas keterampilan bersama-sama.

Makanya, Zubair sangat kehilangan sekali.

"Malamnya masih bercanda dan mengerjakan tugas sekolah sama-sama. Mungkin dia kaget dan sangat terpukul sekali. Dia tidak punya firasat kalau ternyata anaknya akan tiada dengan kondisi seperti ini," ungkapnya.

Bagi Jadid, cucunya ini selalu bersemangat.

Hal yang selalu diingatnya adalah soal semangat cucunya ini.

"Kalau gagal, bangkit dan berusaha lagi. Makanya dia pintar. Dia selalu juara di kelasnya," tuturnya.

Sementara itu, IA langsung dimakamkan sore ini.

IA dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) milik Pemkot Pasuruan.

IA dimakamkan bersama korban tewas lainnya, yakni seorang guru.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved