Berita Mojokerto

Sanggar Bagaskara Gandeng Universitas Sebelas Maret Solo, Kembangkan Motif Batik Majapahit

Sanggar Bagaskara di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, bekerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, untuk mengemban

Editor: Adrianus Adhi
SURYA/Febrianto Ramadani
Penampilan Motif Batik Majapahit Yang Sedang Dikembangkan oleh Sanggar Bagaskara Dan UNS Solo, Minggu (27/10/2019) 

SURYA.co.id | Mojokerto - Sanggar Bagaskara di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, bekerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, untuk mengembangkan batik motif Majapahit.

Hasil riset yang telah dilakukan beberapa tahun telah menghasilkan puluhan desain batik, dua di antaranya sudah didaftarkan hak cipta.

Ketua Tim Penelitian Pengembangan Desain Batik Majapahit, Setiawan, mengatakan, potensi batik Majapahit yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi alasan tersendiri bagi UNS dalam menciptakan berbagai motif batik tersebut.

"Sehingga, kami melakukan penelitian selama dua tahun ini," ungkapnya, dalam Pameran Eksplorasi Visual Desain Batik Majapahit, Minggu (27/10/2019).

Pria yang juga sebagai Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain di UNS Solo tersebut, menambahkan, hasil riset yang telah dilakukan oleh UNS Solo dan Sanggar Bagaskara mendapat sambutan yang baik. Bahkan, pada saat diperkenalkan dalam acara seminar di Thailand (22/9/2019) hingga (25/9/2019) lalu, Batik Majapahit cukup mendapatkan respon positif karena motifnya tidak dipunyai daerah lain.

"Gambar Majapahit mempunyai ciri khas yang kuat, daerah lain mempunyai gambar flora fauna yang hampir sama. Berbeda dengan Batik Majapahit. Hal inilah yang ingin kami tonjolkan. Hasilnya, lebih dari 25 desain batik yang dihasilkan dengan mengembangkan desain berbasis terakota Majapahit," katanya.

Setiawan menegaskan, segala artefak yang ditemukan di Trowulan, bisa dikembangkan dalam bentuk Motif Batik Majapahit. Namun tetap menguasai prinsip desain batik.

Setiawan juga menjelaskan, ada dua desain batik Majapahit hasil kerjasama UNS dan Sanggar Bagaskara yang sudah didaftarkan di hak cipta dan sudah diproduksi sebagai kain batik.

"Yakni Batik Majapahit Riak Segaran Surawina dan Batik Majapahit Kembang Segaran. Kita buat bersama-sama untuk dikembalikan menjadi milik bersama serta, dikembangkan lagi menjadi ciri khas daerah sini. Mengingat, banyak sekali batik yang saling meniru," tuturnya.

Namun, lanjut Setiawan, rencananya, semua desain batik hasil kerjasama UNS dan Sanggar Bagaskara akan didaftarkan dan dikembalikan ke masyarakat Desa Bejijong. Meski dua desain batik sudah memiliki hak cipta, namun ada kendala dalam pengembangan produksi massal.

"Kendalanya akan kita sikapi dengan bagaimana dan kedepan akan disederhanakan lagi, kemungkinan masih perlu disesuaikan dengan kemampuan pengrajin. Dengan didaftarkan hak cipta, ini menjadi milik kita dan orang lain tidak bisa meniru desain yang sudah didaftarkan ini. Rencananya, UNS akan mengadakan pelatihan kepada para pengrajin batik di Desa Bejijong," jelasnya.

Terkait memindahkan desain dari kain menjadi batik tulis. Hal tersebut, terang Setiawan, merupakan langkah kecil untuk pengembangan batik Majapahit. Jika berhasil, UNS akan mengajukan program desain yang bisa diproduksi di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, tahun depan.

"Kita juga sedang proses melakukan penelitian Candi Minak Jinggo karena memiliki visual yang unik, peletnya bergaya Majapahit yang kuat sekali menjadi ciri khasnya. Punya ikonografi kuat yang tidak dipunyai daerah lain. Sehingga kita bisa mengembangkan banyak sekali dari satu relief Minak Jinggo. Karena gambaran Majapahit jaman lampau ada di Minak jinggo," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Sanggar Bhagaskara, Supriyadi mengatakan, digandengnya UNS untuk mengembangkan desain batik Mojopahit karena UNS dinilai sebagai universitas yang potensial.  "Satu sisi domisili di Solo. Kita ketahui solo juga terkenal dengan batiknya," lanjutnya.

Menurutnya, Kampung Majapahit untuk menuju percepatan menjadi destinasi pariwisata level Jawa Timur tidak bisa berjalan sendiri. Harus melibatkan semua pihak termasuk dari berbagai akademis, pemerintah daerah, provinsi dan pihak ketiga. Sehingga untuk industri kreatif, Sanggar Bagaskara menggandeng UNS.

"Universitas yang kredibel masuk sini, percepatan Bejijong sebagai destinasi wisata akan cepat terwujud. Karena kami bermimpi ke depan Bejijong punya ciri khas batik Majapahit. Riset antara UNS dan Sanggar Bagaskara bisa dilihat dalam pameran yang berlangsung sampai tanggal 30 nanti. Konsepnya bagaimana hasil riset UNS bisa dikembangkan masyarakat," harapnya.

Khususnya kelompok Sanggar Bagaskara yang memiliki 15 pengrajin batik sehingga menjadi ekonomi kreatif yang bisa memanfaatkan dan mengembangkan. Harapannya, lanjut Supriyadi, batik Majapahit sebagai branding, memiliki kelas tersendiri, meski batik terlambat hadir tapi punya image dan tidak menjiplak daerah lain.

"Kita berharap UNS bisa terus mendampingi kita untuk memberikan suport ke pengrajin, syukur lewat pengadaan baju ASN dan bisa kolaborasi dengan semua komunitas tidak hanya disini. Yang penting bisa mewujudkan desain batik lain dari yang lain," pungkasnya.

Sekedar diketahui, dua desain batik Majapahit hasil kerjasama UNS dengan Sanggar Bagaskara yang sudah memiliki hak cipta yakni Batik Majapahit Riak Segaran Surawina, yakni desain batik tulis dengan mengolah kembali motif warisan tradisi perupaan (visual) Majapahit berupa Surawina yakni figur mahkluk air dari cerita rakyat yang banyak dijumpai pada terakota.

Desain kedua yakni, Batik Majapahit Kembang Segaran adalah desain batik tulis dengan mengolah kembali motif warisan tradisi perupaan (visual) Majapahit berupa kembang (bunga) dan Segaran. Batik Majapahit Kembang Segaran menggambarkan bunga teratai atau padma yang mengambang dan mekar di Segaran Majapahit. Pada zaman Majapahit motif padma atau teratai mempunyai peranan yang penting dalam ragam hias.

Ada tiga macam bunga padma yang digambarkan pada motif batik ini, yaitu teratai merah biasa disebut padma yang digambarkan masih kuncup; teratai biru (utpala) dengan ciri daun bunganya tidak lebar dan digambarkan setengah mekar, dan teratai putih (kumuda) daun bunganya lebar dan runcing digambarkan mengapung di atas air

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved