Sambang Kampung Dinoyo Tenun
Warga Dinoyo Tenun Bertekad Wujudkan Kampung Wisata Selfie, Dibuka jika Masuk 75 Besar Lomba Kampung
Spot-spot swafoto ini ditempatkan di pinggir sungai, dengan desain berbeda. Mulai dari spot berhias bunga berbentuk hati, kupu-kupu, sampai yang alami
Penulis: Delya Octovie | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Ketika memasuki RT 06 RW 03 Dinoyo Tenun, Keputran, Tegalsari, yang pertama kali menyapa adalah mural warna-warni di sepanjang tembok lapangan olahraga.
Tak sekadar gambar-gambar lucu yang ditampilkan, tetapi ungkapan-ungkapan khas Surabaya dan yang menggambarkan kampung Dinoyo Tenun, yakni Kampung Warna-warni.
Setelah puas dengan titel Kampung Warna-warni, warga Dinoyo Tenun ingin terus mengembangkan kualitas kampung.
Tak tanggung-tanggung, kampung yang terdiri dari enam dasa wisma itu bercita-cita ingin menjadi Kampung Selfie.
"Ide awalnya dari saya. Saya merasa, tempat seluas ini kalau hanya dihiasi taman saja rasanya kurang menarik. Kami kan ada fasilitas nongkrong di pinggir sungai, terus ada lampu-lampunya menyala kalau malam," tutur Setiyawatie, Fasilitator Lingkungan Kelurahan Keputran, Surabaya, Senin (14/10/2019).
Ia lalu mengajak warga untuk menampilkan kreasi masing-masing ke dalam bentuk spot swafoto.
Tiap dasa wisma diminta setidaknya membuat satu spot. Namun, dalam pengerjaannya, Dinoyo Tenun kini memiliki 11 spot swafoto menghiasi gang sepanjang 300 meter tersebut.

Spot-spot swafoto ini ditempatkan di pinggir sungai, dengan desain berbeda. Mulai dari spot berhias bunga berbentuk hati, kupu-kupu, sampai yang alami membentuk lengkungan dari ranting tumbuhan.
Ada pula yang memanfaatkan barang-barang bekas, seperti satu di antara spot yang seluruh dekorasinya terbuat dari ban bekas.
"Tapi tidak semua, soalnya kami takut kalau barang bekas semua, nanti tidak tahan lama. Kan kami ingin menjadikan kampung ini kampung wisata," kata perempuan yang akrab disapa Wati.
Selain itu, Kampung Selfie ini juga dijadikan ikon warga, setelah sebelumnya mengangkat ikon Kampung Mangga.
Rencananya, kampung dibuka sebagai wisata komersil untuk umum.
"Kami ingin menjadikan kampung ini kampung wisata, yang menjual spot-spot selfie-nya," tambah Marijam, Lurah Keputran.
Ia juga ingin pengunjung diberi tarif masuk, supaya hasil pendapatan bisa digunakan sebagai biaya perawatan spot swafoto maupun kampung.
"Soalnya kan ini dari masyarakat untuk masyarakat, jadi kami ingin ada tarif masuk, supaya warga bisa tetap memelihara kampung dan spot selfie dengan baik. Tetapi untuk sistemnya, kami masih akan musyawarah," imbuhnya.