Kiat Sukses UMKM

Beras Instan Yarmaanii, Raih Untung dari Menu Khas Timur Tengah

Inspirasi usaha kuliner bisa datang dari gaya hidup konsumen akan menu-menu khas luar negeri yang jarang tersedia di Indonesia.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Cak Sur
SURYA.co.id/Sri Handi Lestari
BERAS INSTAN - Nadiyah, owner "Yarmaanii" tampilkan varian produk beras basmati instan: nasi kebuli, nasi britani, nasi kabsah dan nasi mandhi, di pameran IWPC di Surabaya. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Inspirasi usaha kuliner bisa datang dari gaya hidup konsumen akan menu-menu khas luar negeri yang jarang tersedia di Indonesia.

Nadiyah owner "Yarmaanii" optimistis usaha beras basmati khas Timur Tengah bakal menjadi usaha yang menguntungkan.

Kesukaan sang suami, Ali Saleh, pada nasi basmati 'memaksa' Nadiyah seminggu sekali harus memasak menu dengan menggunakan beras yang memiliki bulir khas tersebut.

Pasalnya, tidak mudah cari restauran yang menyajikan menu khas Timur Tengah itu.

Beras basmati berasal dari Pakistan dan India. Beras ini memiliki bulir lebih panjang dan beraroma harum, yang sangat berbeda dengan beras pada umumnya di Indonesia.

"Ide berjualan beras basmati muncul setelah saya bergabung dengan Inspiring Women Preneur Community (IWPC). Karena dituntut menghasilkan produk sendiri," kata Nadiyah, saat ditemui disela pameran IWPC di atrium mal City of Tomorrow (Cito) Surabaya.

Nadiyah mengaku baru memulai usaha beras basmati ini awal Agustus 2019. Sebelumnya, ia kerja di perusahaan keluarga, produksi genteng beton.

Ia memulai usaha beras instan dengan modal awal Rp 3 juta untuk membeli beras basmati dari salah satu pedagang produk impor dari India. Selanjutnya, beras itu diberi bumbu-bumbu rempah asli Indonesia untuk dimasak menjadi menu khas Timur Tengah, seperti : nasi kebuli, nasi briyani, nasi kabsah, dan nasi mandhi.

"Produk beras instan itu saya beri nama 'Yarmaanii'," kata perempuan kelahiran Surabaya, Agustus tahun 1980 ini.

Untuk mengenalkan produknya, perempuan berzodiak Leo ini menawarkan ke orang-orang terdekat. Ternyata respons positif sehingga ia terpacu terus berproduksi. Seminggu kemudian, mulai ada permintaan.

"Respons pasar positif, karena itu produk saya ini saya perkenalkan dalam forum IWPC," kata wanita yang mengidolakan Aisyah, putri Nabi Muhammad SAW itu.

Difasilitasi IWPC

Dari forum itu, Nadiyah mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pentingnya packing atau pengemasan, dan jaringan pemasaran.

"Alhamdulillah, respons positifnya bertambah. Sejak awal Agustus sampai saat ini, rata-rata per hari bisa mengolah beras basmati sekitar 80 kilogram untuk empat jenis beras instan ini," lanjut Nadiyah, yang memiliki hobi traveling tersebut.

Sebagai salah satu anggota IWPC, Nadiyah mendapat fasilitas untuk mengikuti berbagai pameran.

"Pameran di Cito, Surabaya adalah pameran pertama kali di luar daerah Malang. Hasilnya cukup efektif, saya bisa promosi produk dan dapat menambah jaringan distribusi saya di Surabaya," aku warga perumahan Permata Jingga, Kota Malang.

Selain memasarkan melalui pameran, produk beras instan Yarmaanii juga dipasarkan lewat salah satu market place.

"Penjualannya lumayan, setiap hari sudah ada permintaan sekitar 50 persen dari produksi per hari," ungkap alumnus sarjana hukum dari Universitas Brawijaya itu.

Modifikasi selera

Ke depan, ibu dari tiga anak itu mentargetkan bisa memproduksi lebih banyak lagi dengan diimbangi permintaan yang juga meningkat. Produk beras instan Yarmaanii ini dikemas dengan ukuran 250 gram dengan harga jual Rp 35.000 per kemasan, untuk semua rasa.

Nadiyah optimistis akan mampu mengembangkan usaha ini, mengingat menu nasi Timur Tengah masih belum banyak dikenal masyarakat secara luas. Apalagi yang menggunakan beras basmati.

"Selama ini kalau mau makan menu nasi Timur Tengah harus ke kawasan tertentu di Kota Surabaya atau di Kota Malang untuk bisa mendapatkannya. Sekarang tidak harus, di rumah pun bisa menyajikan nasi khas ini," lanjut pecinta warna merah itu.

Apalagi dalam setiap kemasan, ditampilan cara pengolahannya. Termasuk jenis rempah yang terkandung serta apa saja yang bisa jadi alternatif untuk tambahan sajian lauk pauknya.

"Soal aroma Timur Tengahnya, sudah saya modifikasi sesuai dengan selera orang Indonesia. Termasuk petunjuk memasak, di mana beras basmati biasanya tersaji pero atau kurang matang, untuk konsumen di sini saya sarankan untuk merendam berasnya dulu, agar lebih punel seperti kesukaan orang Indonesia," tandas Nadiyah.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved