Dandim Jayawijaya Sebut Rusuh Wamena Disusupi KSB Papua, Pakai Seragam SMA hingga Tewaskan 21 Orang
Aksi unjuk rasa anarkis pelajar SMA di Wamena Papua diduga disusupi kelompok separatis bersenjata (KSB) Papua.
SURYA.CO.ID - Aksi unjuk rasa anarkis pelajar SMA di Wamena Papua diduga disusupi kelompok separatis bersenjata (KSB) Papua.
Menurut Dandim Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Chandra Diyanto keberadaan kelompok separatis bersenjata ini diketahui saat pihaknya menemukan ada orang yang membawa senjata laras pendek di daerah Putikelek.
“Saat kami melihat adanya seorang warga membawa senjata api, kami langsung mengejarnya. Namun, sayangnya dia berhasil kabur dan kita hentikan pengejaran lantaran demo sudah anarkis dan chaos di daerah Jalan Hom-hom,” ungkapnya.
Akan tetapi, lanjut Dandim, sekitar pukul 13.00 WIT, terjadi kontak senjata antara Yonif 756 dengan kelompok separatis di daerah Pasar Baru, yang lokasinya tak jauh dari ditemukannya seorang warga membawa senjata api.
“Jadi dari kontak senjata itu, kita ketahui ada senjata laras panjang dan laras pendek yang ditembakkan. Kita duga jumlah senjata yang mereka gunakan berjumlah 3 pucuk. Dari kontak senjata itu tak ada korban jiwa,” ujarnya. Baca berikutnya

Menyamar Laiknya Pelajar
Penyusup aksi unjuk rasa anarkis di Wamena ternyata berasal dari Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).
“Demo di Wamena memang murni dilakukan para pelajar SMA. Tapi aksi pembakaran sepertinya sudah terencana. Dan bisa saya katakan itu dilakukan kelompok KNPB,” ungkap Dandim, Senin (23/9/2019) tengah malam waktu Papua.
Dijelaskannya, kronologis demo yang dilakukan para pelajar SMA ini bermula adanya informasi yang viral di tengah-tengah masyarakat tentang dugaan ujaran rasisme diduga dilakukan seorang guru.
Akan tetapi, setelah dilakukan pengecekan hal itu tak benar terjadi.
“Dari hasil investigasi dan analisa intelijen tentang keterangan pihak sekolah, kepala sekolah dan guru yang bersangkutan, tidak ada ujaran rasisme. Nah, itu pun kita terus mendalami informasi itu,” jelasnya.
Chandra menegaskan, sebenarnya kemarin sama sekali tidak ada rencana unjuk rasa di Kota Wamena.
Unjuk rasa direncanakan akan berlangsung tanggal 26-27 September 2019.
“Ternyata kemarin unjuk rasa itu mendahului dari tanggal permintaan mereka. Nah, aksi unjuk rasa itu terjadi di sekolah PGRI. Kemudian kami bersama polisi mengiring mereka ke Polres. Namun, di tengah perjalanan ada aksi unjuk rasa yang dari hasil pengamatan kita tidak murni dari pelajar, akan tetapi mereka menggunakan seragam SMA,” pungkasnya.

Dari sinilah, lanjut Chandra, kemudian muncul aksi spontanitas dari mereka mengajak seluruh pelajar SMA di Kota Wamena untuk ikut turun ke jalan.