Mbah Pani Dikeluarkan dari Liang Lahat Setelah Lakukan Ritual Tapa Pendem 5 Hari, Begini Kondisinya

Mbah Pani Dikeluarkan dari Liang Lahat Setelah Lakukan Ritual Tapa Pendem 5 Hari, Begini Kondisinya

Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Tri Mulyono
Tribun Jateng/ Mazka Hauzan Naufal
Mbah Pani Dikeluarkan dari Liang Lahat Setelah Lakukan Ritual Tapa Pendem 5 Hari, Begini Kondisinya 

SURYA.CO.ID - Setelah 5 hari lamanya melakukan Tapa Pendem, Supani alias Mbah Pani (63) akhirnya dikeluarkan  dari liang lahat pada Jumat (20/9/2019).

Setelah dikeluarkan dari liang lahat, kondisi Mbah Pani masih lemas dan belum bisa berbicara banyak, terlebih lagi panca inderanya juga masih membutuhkan penyesuaian.

Kendati demikian, pihak keluarga menegaskan bahwa kondisi Mbah Pani sehat setelah melakukan ritual Tapa Pendem ini.

Sosok Mbah Pani yang Dikubur Hidup-hidup di Pati, Warga dan Polisi Ikut Menonton Ritual itu
Sosok Mbah Pani yang Dikubur Hidup-hidup di Pati, Warga dan Polisi Ikut Menonton Ritual (Tribun Jateng)

Melansir Tribun Jateng dalam artikel 'Cerita Mbah Pani Juwana Pati Seusai Jalani Ritual Tapa Pendem : Alhamdulillah Kuat 5 Hari 5 Malam' Mbah Pani sempat meminta maaf sesaat setelah dirinya keluar dari liang lahat.

Ditemui usai acara manaqiban (pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailani) di rumahnya yang diikuti para tetangga dan kerabat, Mbah Pani mengaku belum bisa berbicara banyak.

"Sebelumnya saya minta maaf sebesar-besarnya.

Kepala saya masih sakit.

Kalau besok saya sudah fit dan sudah siap, saya siap membicarakan hal ini," ungkap Mbah Pani dalam bahasa Jawa halus.

Rupanya ritual Tapa Pendem ini telah dilakukan Mbah Pani 10 kali, ia pun bersyukur masih diberikan kekuatan untuk dapat menjalankan ritual tersebut.

Ritual Tapa Pendem yang kesepuluh ini merupakan ritual terakhir yang dijalani Mbah Pani.

Ini Identitas 8 Pasangan Bukan Suami Istri yang Terjaring Razia Satpol PP dari Kamar Hotel di Tuban

Warga Kediri yang Ditemukan Tewas bersama Bayinya di Sidoarjo, Pamitnya Merantau ke Malaysia

Menyalip dari Kiri, Warga Mojokerto Tewas Terlindas Truk Trailer di Gresik, begini Kronologinya

"Alhamdulillah saya dikuatkan lima hari lima malam.

Bisa kuat sampai diangkat, sampai sekarang.

Bisa kuat atas kekuasaan Allah," ucapnya.

Mbah Pani juga bersyukur karena pelaksanaan ritual tapa pendem didukung Kepala Desa Bendar dan jajarannya, kepolisian, Kapolsek, Koramil, dan warga sekitar.

Secara singkat, Mbah Pani mengaku tujuannya menjalani lelaku ini ialah demi keselamatan dan kekuatan dirinya sekeluarga.

"Sementara, saya baru kuat kasih keterangan ini.

Kalau ada kekeliruan ucap saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Lain hari, kalau ada kesempatan saya siap membicarakan lebih lanjut," pungkasnya.

Mbah Pani Dikeluarkan dari Liang Lahat Setelah Lakukan Ritual Tapa Pendem 5 Hari, Begini Kondisinya
Mbah Pani Dikeluarkan dari Liang Lahat Setelah Lakukan Ritual Tapa Pendem 5 Hari, Begini Kondisinya (Tribun Jateng/ Mazka Hauzan Naufal)

Adik sepupu Mbah Pani, Abdul Qohar, kembali menegaskan bahwa kondisi Mbah Pani belum memungkinkan untuk berbicara banyak.

Menurutnya, kondisi Mbah Pani sehat.

Namun, kemungkinan inderanya belum kembali sempurna.

Ia masih perlu beradaptasi setelah berhari-hari dalam kegelapan di bawah tanah.

Hingga pukul 21.00 lewat, warga masih terus berdatangan ke rumah Mbah Pani.

Mereka duduk lesehan di hadapan Mbah Pani yang duduk lemah di kursi ruang tamunya.

Setelah berkunjung, sebagian warga tampak membawa keluar satu jeriken kecil berisi air.

Air tersebut ialah air tanah yang disedot dari tempat pertapaan Mbah Pani.

Menurut Abdul Qohar, air tersebut diyakini bisa untuk obat.

Pihak keluarga mempersilakan siapa pun untuk membawa pulang air tersebut selama belum habis.

Reaksi Rachel Vennya Setelah Diomongin Ustaz Hanan Attaki saat Ceramah, Videonya Viral

Organ Tubuh Wanita ini Diduga Dicuri Setelah Dibunuh, Keluarga Ungkap Bukti dan Kejanggalannya

VIDEO VIRAL Ular Piton Gigit Kepala Pria ini saat Bercanda, Tonton Detik-detik Korban Bergelut

Melansir Tribun Jateng, Mbah Pani mengatakan, topo pendem kali ini merupakan yang ke 10 atau terakhir.

Sebelumnya, dia sudah melakukan ritual yang sama sebanyak 9 kali.

Dalam menjalani ritual topo pendem itu, ia dikubur selama tiga hari tiga malam dalam liang di dalam rumahnya.

Dan dua kali dijalani di luar desanya yaitu di desa Ketip, tetangga desa.

Mbah Pani yang juga Ketua Ketoprak Desa Bendar, Juwana ini tampak tenang saat bertemu wartawan.

Sebelum berganti pakaian dengan kain kafan sebagaimana kain untuk orang yang akan dikubur, Mbah Pani menjawab singkat.

"Karena ini yang terakhir, nanti tidak cuma tiga hari, tapi lima hari," kata Mbah Pani di rumahnya.

Ditanya mengenai tujuan dan hal lainnya, Mbah Pani enggan memberi keterangan sebelum ritual tuntas dilaksanakan.

Mbah Pani punya seorang istri dan dua anak, serta anak angkat.

Suyono, anak angkat Mbah Pani, mengatakan, ritual topo pendem dilakukan Mbah Pani dengan menguburkan diri di dalam tanah yang diberi lubang untuk pernapasan.

"Topo pendem seperti ini sudah dilakukan beliau sebanyak sembilan kali. Dan hari ini adalah yang ke-10," ungkapnya.

Berdasarkan keterangan warga sekitar, terakhir kali Mbah Pani melakukan ritual ini adalah 2001 lalu.

Sebelumnya, Mbah Pani melakukan ritual ini setahun sekali, setiap bulan Suro.

Adapun ritual terakhir ini dilakukan 18 tahun berselang.

Dalam topo pendem, Mbah Pani diperlakukan hampir sama seperti jenazah yang akan dikubur.

Ia dikafani. Disediakan pula aneka kelengkapan pemulasaraan jenazah, antara lain bunga-bunga.

Hanya saja, tidak ada prosesi azan supaya tidak sepenuhnya seperti prosesi penguburan jenazah.

Ukuran liang kubur untuk ritual topo pendem sekitar kedalaman 3 meter, panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter.

Di dalam liang kubur itu, sudah disediakan peti untuk tempat pertapaan.

Di dalamnya disediakan pula bantal dari tanah.

Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah.

Pintu dikunci dari dalam.

Sementara itu, wartawan dan para tetangga tidak diizinkan masuk rumah.

Menurut pihak keluarga, ritual ini adalah prosesi sakral.

Dan suasana pun hening menegangkan saat Mbah Peni dikubur.

Setelah Mbah Pani dikubur, Sutoyo, Carik Bendar sekaligus tetangga Mbah Pani memberi keterangan.

"Tentang ritual ini, berdasarkan pesan Pak Pani, kejelasannya belum bisa disampaikan saat ini.

Besok kalau sudah selesai bertapa baru bisa menjelaskan sesuatu yang ada di dalam.

Tujuan ritual ini juga belum bisa disampaikan saat ini, karena dia mungkin punya rahasia.

Punya sesuatu yang kaitannya dengan ritual," paparnya.

Sutoyo mengatakan, sehari-hari Supani bekerja sebagai pedagang bakso dan seniman ketoprak.

"Dia selalu di musala. Setiap waktu salat dia yang azan. Salat lima waktu selalu di musala," ujarnya.

Sebagaimana keterangan warga, Sutoyo mengatakan, ritual topo pendem yang dilakukan Mbah Pani kali ini adalah yang kesepuluh.

Kali pertama ritual ini dilaksanakan Mbah Pani pada 1991.

Adapun ritual kesembilan dilaksanakan pada 2001.

Di antara sembilan ritual tersebut, ada dua ritual yang dilaksanakan di Desa Ketip, Kecamatan Juwana.

"Beberapa waktu setelah ritual ke-9, beliau sempat sakit stroke. Jadi ritual penutup baru bisa dilaksanakan hari ini," ujarnya.

Prosedur pelaksanaan ritual ini, menurut Sutoyo, tidak pernah berubah sejak dulu. Ada kain mori dan perlengkapan penguburan jenazah.

"Tapi tidak diazani. Karena menurut pesan dari Pak Pani, kalau azan itu ritual pelaksanaan orang meninggal dunia," paparnya.

Sutoyo mengungkapkan, bersama seluruh warga Bendar, ia berharap ritual topo pendem yang dilakoni Mbah Pani berjalan dengan lancar.

Lubang kubur itu dibuat di dalam rumahnya. Sudah beberapa kali lubang itu digunakan oleh Mbah Pani untuk menjalani topo pendem.

Meski ratusan warga ingin menyaksikan prosesi penguburan Mbah Pani, namun hanya keluarga yang diizinkan masuk rumah.

Warga lain menyaksikan dari luar rumah.

Saat digali, kondisi lubang itu berair. Namun segera disedot dikeringkan saat Mbah Pani sudah mengenakan kain kafan.

Sebagaimana proses pemakaman biasa, Mbah Pani juga dikafani dan dimasukkan ke dalam peti.

Ada pipa untuk saluran pernapasan yang menghubungkan Mbah Pani dari dalam kubur ke permukaan tanah.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved