Kondisi Terkini Bayi 14 Bulan yang Diberi 5 Gelas Kopi Tiap Hari, Masih Merengek meski Diberi Susu
Kondisi Terkini Bayi 14 Bulan yang Diberi 5 Gelas Kopi Setiap Hari, Si Bayi Merengek meski Sudah Diberi Susu
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Kisah bayi 14 bulan diberi orang tuanya 5 gelas kopi setiap hari viral di media sosial.
Khadijah Aura, bayi asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat itu mulai minum susu lantaran orang tuanya tidak mampu membelikan susu.
Melansir dari Kompas.com artikel 'Bayi 14 Bulan yang Diberi 5 Gelas Kopi Setiap Hari Akhirnya Minum Susu', berikut fakta-faktanya.
1. Tak Punya Uang
Orang tua Khadijah Aura terpaksa memberikan kopi kepada bayinya lantaran memiliki uang untuk membeli susu.
2.Khadijah Mulai Minum Susu
Setelah kisah Khadijah Aura viral, bantuan dari berbagai pihak mulai berdatangan.
Kini, Khadijah pun mulai mengonsumsi susu dan biskuit.
Ibu Khadijah, Anita, berjanji tidak akan lagi memberikan anaknya kopi. Saat ini bantuan tiga kotak susu dari Dinkes Keseharan Polman sudah habis.
“Saya berusaha menyuguhi susu dan makanan pendamping seperti biskuit biar dia bisa melupakan kebiasaan minum kopi,” jelas Anita, Kamis (19/9/2019).
• Pelaku Mau Terus Berhubungan Badan, Video Panas Gadis 16 Tahun ini Akhirnya Viral di WhatsApp (WA)
• VIDEO PANAS Mojang Bandung Viral di WhatsApp (WA), Direkam di Mobil & Berseragam PNS Jabar
• 6 FAKTA Gadis 16 Tahun Mau Berhubungan Badan dengan Penjahat Ganteng, Endingnya Pilu
3. Khadijah Merengek Minta Kopi
Meski sudah mendapatkan bantuan susu, namun Khadijah kerap kali merengek minta minum kopi.
Namun, Anita berusaha membujuk dan tetap memberikan susu dan makanan pendamping untuk Khadijah.

4. Penjelasan Kepala Dinas Kesehatan Polewali Mandar
Kepala Dinas Kesehatan Polewali Mandar, Suaib Nawawi mengatakan, minimnya pengetahuan tentang pola asuh anak menjadi penyebaba Khadijah diberi minum kopi oleh orangtuanya.
Pada anak seusia Khadijah, sangat buruk jika mengonsumsi kopi. Gejala yang bisa dirasakan salah satunya adalah gangguan saraf hingga bisa menyebakan bocah mengalami osteoporosis.
“Ini persoalan pengetahuan tentang masyarakat yang minim tentang pola asuh anak,” ujar Nawawi.