Tak Kalah Horor dari Lokasi KKN di Desa Penari, Desa ini Disebut Terkutuk & Kerap Terjadi Hal Tragis
Lokasinya tak kalah horor dari KKN di Desa Penari, Desa ini Disebut Terkutuk & Kerap Terjadi Malapetaka Tragis
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Lokasinya tak kalah horor dari KKN di Desa Penari, ternyata ada sebuah desa yang disebut-sebut memiliki kutukan
Bahkan, di desa tersebut sering terjadi kejanggalan dan malapetaka yang tragis
Dilansir dari cewekbanget dalam artikel 'Seperti Desa Penari, Ini 'Desa Terkutuk' yang Membuat Warganya Kena Malapetaka!', desa tersebut berada di Amerika Serikat
Dudleytown, sebuah desa paling misterius di barat laut Connecticut dalam kota Cornwall, Amerika Serikat.
Dudleytown jadi salah satu tempat yang paling mengerikan karena banyak hal ganjil dan malapetaka terjadi.
Bahkan warga di Dudleytown sampai pindah karena tidak ingin berakhir tragis.

Dudleytown berasal dari anggota keluarga Dudley yang melacak warisan mereka kembali ke Saxon bernama Dudd.
Beberapa abad kemudian ada sebuah keluarga yang tinggal di tanah Dudd, tepatnya pada 1740 hingga 1753.
Legenda menyebut kalau kutukan di Dudleytown berawal dari keluarga bangsawan Inggris menelusuri masa lalu leluhur Dudley.
Dikisahkan kepala Edmud Dudley dipenggal saat merencanakan melawan Raja Henry VII.
Sejak saat itu, kutukan diberikan pada keluarga Dudley dan siapapun yang tinggal di Dudleytown.
Setelah kejadian tersebut, banyak kasus gantung diri terjadi.
Perang sipil yang juga terjadi membuat peduduk memutuskan meninggalkan Dudleytown.
Kutukan tersebut terjadi pada John Brophy
Seorang ayah bernama John Brophy memutuskan tinggal di Dudleytown. Namun, kutukan dan malapetaka justru menimpanya.
Istrinya meninggal, kedua anaknya menghilang di hutan, rumahnya terbakar misterius, dan John Brophy juga akhirnya meninggal dunia.
Kejadian yang sama juga menimpa Clarke. Dirinya membeli sebidang tanah di Dudleytown untuk sang istri.
Malangnya sang istri justru mengatakan ia melihat makhluk hutan dan berakhir dengan bunuh diri.
Kisah Dudleytown yang legendaris membuat seorang pendeta melakukan penelusuran.
Menurutnya, tempat ini tidak ada kutukan ataupun mengerikan seperti yang dibayangkan.
Namun Dudleytown akhirnya dijadikan kawasan terlarang di Amerika Serikat.
Seperti diketahui, publik tanah air sempat dihebohkan dengan kisah enam mahasiswa yang melakukan KKN di Desa Penari.
Dalam kisah KKN di Desa Penari, keenam mahasiswa tersebut mengalami kejadian-kejadian mistis hingga merenggut dua nyawa peserta KKN.
Salah satu yang menjadi korban di kisah KKN di Desa Penari adalah sosok Bima yang tewas setelah mengawini sesosok wanita penari yang ternyata bukanlah manusia melainkan siluman ular.

Kisah horor KKN di Desa Penari ini viral setelah diposting melalui thread di Twitter oleh akun @SimpleM81378523.
Penulis sendiri mengklaim bahwa kisah ini adalah kisah nyata yang terjadi di sebuah desa di Jawa Timur.
Meski masih simpang siur kebenarannya, banyak warganet yang mengaku menikmati jalan cerita yang disuguhkan.
Kawini Kuntilanak
Serupa dengan nasib pemeran Bima di cerita KKN di Desa penari yang berakhir tragis setelah berurusan dengan makhlus halus, cerita horor lainnya juga berakhir tak kalah tragis.
Cerita ini pun turut diklaim nyata adanya seperti yang diterangkan langsung oleh salah satu keluarga yang bersangkutan.
Di kasus lain, sebuah cerita mistis mengisahkan nasib tragis seorang pria bernama Simon Talan yang tinggal di Desa Toblopo, kecamatan Amanuban Barat, Soe, NTT.
Simon berkata kepada anaknya, Oma Talan bahwa ia telah mengawini kuntilanak.
Tak hanya itu, bahkan Simon juga mengaku sudah memiliki dua anak dari pernikahannya dengan kuntilanak tersebut.
Diceritakan Oma, ayahnya kala itu datang ke rumahnya setelah keluar dari rumah sakit.
Saat berada di rumahnya tersebut, Simon memberitahu Oma bahwa dirinya sudah mengawini kuntilanak.
Lebih lanjut, Oma mengatakan bahwa kuntilanak tersebut meminta tumbal dari keluarganya.
"Selasa malam itu bapa menginap di rumah saya usai keluar dari rumah sakit karena mengalami kejang-kejang usai mabuk berat pada Minggu (25/8/2019) hingga Senin pagi.
Saat berada di rumah saya, bapak mengaku kalau dia sudah kawin dengan kuntilanak dan punya anak. Si kuntilanak ini meminta tumbal dari anggota keluarga kami.
Tetapi bapak menolak dan menjadikan dirinya sebagai tumbal," ungkap Oma kepada Pos Kupang.
Simon lantas meminta untuk pulang ke rumahnya yang terletak di tepi Embung Toblopo pada Selasa malam.
Ia bahkan sempat mengamuk hingga merobek-robek sarung bantal di rumah anaknya.
Khawatir dengan perilaku sang ayah yang tidak biasa, Oma lantas bertindak dengan memanggil seroang pendoa untuk didoakan.
Akhirnya, keesokan harinya, Rabu pagi sekitar pukul 05.30 WITA Oma dan sang suami mengantarkan Simon kembali ke rumahnya.
Setiba di rumah, Simon sempat duduk sebentar di dalam rumah sebelum keluar kembali untuk memanjat pohon kelapa untuk diambil buahnya.
Saat keluar dari rumah, Simon melihat pancing miliknya, bukannya pergi memanjat pohon kelapa, ia justru pergi memancing ikan di Embung.
Simon masih menunjukkan gelagat yang wajar, tapi ternyata hari itu adalah puncak dari perjanjiannya dengan si kuntilanak.
"Saat bapa duduk pancing di pinggir Embung itu saya juga ada sementara cuci pakaian kotor milik bapa.
Bapa masih tanya saya cuci apa dan saya masih sempat jawab.
Saat saya naik ke rumah untuk siap makan siang, tiba-tiba bapa sudah tidak ada lagi di tepi Embung," tutur Oma.
Oma bersama keluarga sudah sempat berkeliling mencari korban kehutan, kebun dan rumah tetangga namun tidak menemukan keberadaan korban.
Awalnya, Oma dan keluarga tak menduga kalau korban tenggelam di Embung karena korban diketahui pandai berenang.
Namun, saat tas plastik sirih pinang korban terlihat mengapung di atas permukaan Embung, Oma dan keluarga menduga jika korban tenggelam di dalam Embung.
"Kami sudah cari keliling bapa tapi tidak ketemu. Ternyata bapa tenggelam di embung," ceritanya.
Diduga Simon Talan melakukan aksi bunuh diri di Embung Toblopo sebab ia ditemukan tewas mengambang di Embung Toblopo, Soe, NTT.
Dilansir dari Pos Kupang, proses pencairan korban di Embung Toblopo menarik perhatian masyarakat.
Sekitar 100 orang masyarakat desa Toblopo nampak duduk di tepi Embung untuk menyaksikan proses evakuasi korban.
Begitu jenazah korban terlihat, tangis histeris keluarga korban langsung pecah.
Jenazah korban yang sudah mulai kaku lalu di angkat dari air dan dibawa ke rumah duka.
Keluarga korban menolak untuk dilakukan otopsi dan menerima kematian korban sebagai musibah.
Jenazah korban rencananya akan dimakamkan di samping jenazah sang cucu sesuai permintaan korban sebelum meninggal.
Hal itu dimaksudkan agar keluarga korban bisa sering melihat makamnya.