Berita Surabaya

Kisah Lailatul Qomariyah, Anak Tukang Becak yang Mampu Raih Gelar Doktor ITS di Usia 27 Tahun

Di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, Laila berupaya memenuhi biaya pendidikan dan berjuang hidup di Surabaya.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Titis Jati Permata
tribun jatim/nurika anisa
Lailatul Qomariyah, putri pengayuh becak yang meraih gelar doktor di usia muda 

SURYA.co.id | SURABAYA - Keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang bagi Lailatul Qomariyah, putri pengayuh becak asal Dusun Jinangka, Desa Teja Timur, Kecamatan Kota, Pamekasan, menempuh pendidikan hingga bergelar doktor.

Di usia 27 tahun, Mahasiswi Teknik Kimia Intitute Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini dinobatkan sebagai Doktor Muda.

Di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, Laila berupaya memenuhi biaya pendidikan dan berjuang hidup di Surabaya.

Dana beasiswa Bidik Misi, Rp 600 ribu persemester, ia gunakan untuk mencukupi biaya kebutuhan kuliah.

Sementara untuk kebutuhan hidup, Laila harus menyibukkan diri di tengah belajarnya untuk mengajar orang lain.

Putri pasangan Saningrat (43) dan Rusmiati (40) ini pun membuka kursus privat.

"Uang pasti tidak bisa buat beli aneh-aneh, hanya kebutuhan dan biaya buku. Kalau ingin beli baju, ngajar (kursus) harus ekstra. Saya tidak ingin minta orang tua," kata Laila di ITS, Kamis (12/9/2019).

Sejak kuliah, Laila tidak meminta uang dari keluarganya.

Dia merasa, keluarganya juga berjuang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah kedua adiknya.

"Buat mereka saja kadang buat makan kurang. Saya harus tahu diri, kalau mau kuliah di Surabaya itu resikonya. Saya tahu bapak saya sudah berusaha," kata dia.

Satu minggu dua kali mengajar privat, dirasakan Laila cukup untuk menambah penghasilan selama berjuang kuliah dan hidup di Kota Besar Surabaya.

Perjalanan perkuliahan mengantarkan Laila ke jenjang lebih tinggi.

Dia melanjutkan doktor melalui Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).

"PMDSU promotornya ditentukan dikti, seleksi dari kampus. IPK saya S1 3.7 IPK. Proses kesulitannya waktu jenjang S1, tapi lanjut Doktor sudah terbantu beasiswa, sudah enak," kata Laila.

Ke depan, Laila berencana mengabdi di ITS untuk lowongan dosen meski beberapa perusahaan-perusahaan menawarkan peluang karirnya.

"Jadi dosen itu sudah keinginan dari dulu, mengajar karena kita bisa mengamalkan ilmu," tutup Laila.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved