Berita Jember
Batik Nganjuk Pukau Pengunjung JFS Jember, Pemkab Nganjuk Bakal Patenkan Motif Batik Nganjuk
Pemkab Nganjuk terus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) perajin batik Nganjuk.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | JEMBER - Pemkab Nganjuk terus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) perajin batik di kota angin tersebut. Apalagi dalam lima tahun terakhir, jumlah perajin batik Nganjuk meningkat drastis.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Nganjuk, tahun 2013 jumlah perajin batik Nganjuk hanya dua orang. Namun tahun 2019 ini, jumlah perajin batik menjadi 15 orang.
"Kenapa tumbuh perajin batik di Nganjuk, karena kami bantu pemasaran, juga beri bantuan seperti peralatan juga CSR dari perusahaan. Selain itu, kami juga terus bantu peningkatan SDM perajin batik. Sehingga batik bisa membantu perekonomian warga Nganjuk," ujar Kepala Disperindag Nganjuk Heni Rochtanti kepada Surya, Sabtu (7/9/2019) malam.
Heni mendampingi sejumlah perajin batik, dan pelaku UMKM yang mengikuti pameran di ajang Jember Fashion Society (JFS) di Jember.
Pelaku UMKM batik Nganjuk selama sepekan mengikuti pameran di ajang JFS.
Batik Nganjuk adalah salah satu produk yang dipamerkan.
Batik tulis dan batik cap Nganjuk digeber di kisaran harga mulai dari Rp 150.000 - Rp 2,5 juta per lembar.
Perajin batik Nganjuk tentunya menonjolkan motif khas Nganjuk seperti Jayastamba, dan bawang merah.
Heni menegaskan, perajin batik Nganjuk tumbuh di sejumlah kecamatan yakni di Kecamatan Brebek, Pace, Tanjunganom, Nganjuk, Loceret, Wilangan, juga Kertosono.
"Tentunya tiap perajin di masing-masing memiliki motif khas masing-masing. Selain motif umum yang jadi motif khas Nganjuk seperti Jayastamba yang sudah kami patenkan. Ada 10 motif khas Nganjuk yang sudah kami patenkan," tegas Heni.
Pemkab Nganjuk, lanjutnya, melatih perajin dengan datang langsung ke sentra batik di Indonesia seperti Solo, Pekalongan, dan Tanjung Bumi Madura.
Heni menambahkan tahun ini akan ada sejumlah motif batik Nganjuk yang sedang diurusi patennya seperti motif Nyawiji, Bawang Merah, Roro Kuning, Air Terjun Sedudo, juga Salepok, tarian khas Nganjuk.
Untuk mendukung produk lokal batik, Pemkab Nganjuk juga sedang menggodok Perbup tentang penggunaan produk lokal, salah satunya pemakaian batik Nganjuk bagi sejumlah elemen di Nganjuk.
"Seperti untuk pelajar, juga ASN. Batiknya khas Nganjuk, dan dibuat oleh perajin Nganjuk. Itu salah satu cara perlindungan dan mendongkrak batik Nganjuk," tegas Heni.
Selain langkah-langkah di atas, Pemkab Nganjuk bekerjasama dengan Dekranasda Nganjuk menampilkan batik Nganjuk di sejumlah event parade busana, Jember Fashion Society (JFS) salah satunya.
Bahkan Ketua PKK Nganjuk yang juga Ketua Dekranasda Nganjuk Yuni Shopia berkolaborasi dengan desainer QMR menampilkan rancangan mereka.
Busana yang ditampilkan menonjolkan batik Nganjuk.
Sebanyak 10 desain QMR X Yuni Shopia ditampilkan di grand fesyen show JFS, Sabtu (7/9/2019) malam.
Sebanyak sembilan rancangan ditampilkan oleh model laki-laki untuk pakaian formal dan casual dan satu rancangan ditampilkan oleh model perempuan untuk pakaian unisex.
"Melalui ajang ini, kami ingin mengenalkan batik khas Kabupaten Nganjuk. Sebelum kami akan menuju Jakarta Fashion Week, maupun Indonesia Fashion Week. Kami ingin mengangkat batik Nganjuk demi mewujudkan SDM yang unggul, serta ekonomi kerakyatan yang mandiri," ujar Yuni Shopia, Ketua PKK Nganjuk yang juga Istri Bupati Nganjuk.
Batik Nganjuk di tangan Yuni dan QMR menjadi sesuatu yang elegan, mewah, juga kekinian.
Batik ditampilkan dalam warna cerah yang lembut. Motif Jayastamba muncul di beberapa desain.
Tampilan desain batik khas Nganjuk itu mendapat respon baik dari pengunjung acara tersebut.
Sang desainer QMR mengatakan, dirinya menggandeng beberapa perajin batik untuk peragaan busana di JFS.
"Tentunya saya lakukan pendampingan saat prosesnya," ujar QMR.