2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun, Begini Kata Psikolog

2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun, Begini Kata Psikolog

Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Musahadah
google
2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun, Begini Kata Psikolog 

SURYA.co.id - Dua orang ABG di Ambon yang masih bersaudara diajak berhubungan badan oleh ayah kandung mereka.

Bahkan, sang ayah yang berinisial RAL (54) sampai mengancam kedua putri kandungnya akan dibunuh jika tak mengikuti perintahnya.

Ajakan berhubungan badan itu terus berlanjut hingga sembilan tahun lamanya.

Reaksi Tak Terduga Bu Guru Ini Saat Dikirimi Video Hubungan Badan via WhatsApp (WA) di Palembang

Di Tempat Dugem, Perwira Polisi Berpangkat Kombes Cekcok dengan Kepala Satpol PP, Viral

Vina Garut Siapa? Simak Kehidupan Kelamnya di Masa Lalu dari Cerai, Video di Twitter hingga HIV

2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun
2 ABG di Ambon Diajak Berhubungan Badan Ayah Kandungnya Selama 9 Tahun (Grafis Kompas.com/Laksono Hari W)

Mengetahui hal ini, ibu korban yang seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Ambon sampai depresi dan harus bolak-balik rumah sakit khusus.

Berikut kronologi lengkapnya yang dilansir SURYA.co.id dari artikel Tribun Wow yang berjudul "2 Anak Kandung Diperkosa Ayah Selama 9 Tahun, PNS di Ambon Alami Depresi hingga Bolak-balik Masuk RS".

Aksi pemerkosaan dilakukan oleh seorang ayah berinisial RAL (54) terhadap putrinya SL (20) dan NL (22).

Pemerkosaan itu terjadi di rumah mereka di Kecamatan Leihitu sejak tahun 2010 dan RAL terakhir memperkosa kedua putrinya saat Juli 2019 lalu.

Tak hanya memperkosa, RAL juga mengancam akan membunuh kedua putrinya jika sampai mengadu pada keluarga atau melapor ke polisi.

Julkisno memastikan RAL memperkosa kedua putrinya dalam keadaan sadar dan tidak dalam pengaruh alkohol.

“Dari keterangan yang didapat, tersangka dalam keadaan sadar setiap kali mencabuli kedua putrinya itu, dia tidak mabuk,” ungkap Julkisno, Jumat (23/8/2019).

Selain itu, pelaku juga disebut dalam keadaan sadar setiap kali mengancam untuk membunuh kedua putrinya jika sampai mengadu kepada ibu atau anggota keluarga yang lain.

Pelaku mengancam kedua putrinya menggunakan senjata tajam berupa parang.

"Sampai pada tingkat dia (tersangka) mengancam korban dengan parang itu dia dalam keadaan sadar dan tidak dipengaruhi minuman keras,” lanjut Julkisno.

Tak hanya mengancam akan membunuh, RAL juga melarang kedua putrinya bergaul dengan teman-temannya.

“Setiap kali melakukan aksinya itu, tersangka terus mengancam kedua korban. Bahkan, tersangka melarang keduanya bergaul dengan teman-temannya,” terang Julkisno.

Pemerkosaan disertai ancaman itu akhirnya dilaporkan ke polisi pada 6 Agustus 2019 saat kedua korban sudah tak tahan dengan perlakuan sang ayah.

Kedua korban mengadu kepada neneknya hingga kemudian melapor kepada polisi dan tim Buser Polres Pulau Ambon langsung menangkap dan menjebloskan tersangka ke penjara.

"Saat itu, tim Buser Polres Pulau Ambon langsung bergerak menangkap pelaku di rumahnya,” ujar Julkisno.

RAL dijerat Pasal 81 ayat (3) UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan atau Pasal 285 KUHP dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Kini kedua korban mengalami trauma akibat tindakan keji yang dilakukan oleh ayahnya sendiri itu.

“Kedua korban sampai saat ini masih trauma dengan kejadian yang mereka alami,” kata Julkisno.

Kondisi Sang Ibu yang Mengalami Depresi Setelah Tahu Kabar ini

Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (24/8/2019), ibu tersebut sampai bolak-balik masuk ke rumah sakit akibat depresi berat yang dideritanya.

Hal ini diungkapkan oleh Kasubah Humas Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Ipda Julkisno Kaisupy.

“Saat ini ibu kedua korban mengalami depresi berat, bahkan selalu bolak balik rumah sakit khusus di Nania,” ungkap Julkisno, Jumat (23/8/2019).

Julkisno menyebut sang ibu bersama kedua putrinya tinggal di rumah nenek di kawasan Kecamatan Teluk Ambon.

Setelah mengetahui peristiwa pemerkosaan yang menimpa SL dan NL, sang ibu harus bolak-balik rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Akibatnya, ibu SL dan NL yang bekerja sebagai PNS kini sudah tidak masuk kerja lagi.

"Ibu dari kedua korban ini adalah PNS, tapi belakangan sudah tidak masuk kerja lagi karena depresi berat,” terang Julkisno.

5 Fakta Bu Guru di Palembang Dikirimi Video Hubungan Badan via WhatsApp (WA), ini Identitas Pelaku

Sesumbar Barbie Kumalasari seusai Kepergok Beli Ponsel Bekas di Mal: HP Rp 100 Juta Lebih Punya 3

Daftar Hp yang Bisa Ditukar Tambah Samsung Galaxy Note 10 di Indonesia, Cash Back hingga Rp 1,8 Juta

Kata Psikolog Soal Ayah Paksa Anaknya Berhubungan Badan

Terkait tentang seorang ayah yang tega menjadikan anaknya sebagai budak seks, Kompas.com (grup SURYA.co.id), Jumat, (23/8/2019) mencoba meminta pendapat Hening Widyastuti seorang psikolog asal Solo.

Hening memperkirakan kemungkinan hal tersebut terjadi di sebuah lingkungan di mana sekitarnya tidak terlalu ramai.

Ia juga memperkirakan hal tersebut terjadi karena sang suami mengalami masalah dengan istrinya.

“Bisa jadi itu ada masalah seks dgn istrinya entah sang istri jadi TKI, sering tak di rumah atau mungkin hubungan dengan sang istri tak baik,” kata dia.

Kelainan Seksual

Hening mengatakan bahwa seorang laki-laki semakin ia tua, kondisi seksnya tetap dan tidak menurun, berbeda dengan perempuan yang semakin tua cenderung menurun.

Ia menyebut, kondisi seorang ayah yang tega memperkosa putrinya sendiri adalah suatu kelainan seksual yang disebut dengan inces.

Hening memperkirakan hal seperti ini bermula dari ketidakpuasan suami terhadap istrinya sementara di sisi lain ia harus menyalurkan hasrat biologisnya, dan saat ada kesempatan dalam kesempitan ia melampiaskannya kepada sang anak yang mulai remaja.

Menurut Hening, hal seperti ini seharusnya yang menjadi filter adalah nurani yang jernih. Agama menurutnya menjadi salah satu benteng yang seharusnya dimiliki seseorang untuk tak melakukan hal-hal semacam itu.

Mental Anak

Ia juga memperkirakan kemungkinan pelaku adalah seorang yang introvert sehingga ketika dia memiliki masalah cenderung dipendam yang pada akhirnya berdampak pada psikologisnya yang terganggu, sementara di sisi lain hasrat biologis harus disalurkan.

“Tingkat keimanan, ekonomi, pendidikan yang kurang dan tak bergaul secara luas, bisa saja,” katanya lagi.

Meski begitu hal semacam ini bisa saja terjadi dimana saja. Namun yang utama menurut Hening adalah keimanan yang harusnya menjadi pondasi seseorang untuk tak berbuat asusila.

Sementara itu, Hening mengkhawatirkan mengenai kondisi mental anak-anaknya. Menurutnya, hal tersebut bisa berdampak luar biasa kepada si anak mengingat kejadian yang dilakukan berulang selama sekian lama.

“Si anak bisa trauma luar biasa. Dampaknya ia bisa saja jijik melihat laki-laki,” kata Hening.

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved