Fakta Mengejutkan Tersangka Video Liar Vina Garut Suka Sejenis, ini Penjelasan Tentang Kelainan itu
Fakta mengejutkan datang dari salah satu pelaku video liar Vina Garut yang hingga kini masih terus diselidiki oleh polisi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Fakta mengejutkan datang dari salah satu pelaku video liar Vina Garut yang hingga kini masih terus diselidiki oleh polisi
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Salah Satu Tersangka Kasus Video Seks 3 Pria 1 Wanita Punya Kelainan', fakta mengejutkan itu adalah pelaku berinisial A ternyata juga suka dengan sesama jenis
Hal ini disampaikan Kapolres Garut AKBP Budi Satria kepada wartawan Jumat (16/8/2019).
Menurut Budi, A yang merupakan mantan suami pemeran wanita dalam video panas Vina Garut tersebut, diindikasikan suka pada perempuan dan juga suka pada pria
"Tersangka A dulunya suami V ini diindikasikan, laki-laki suka, perempuan suka," kata Budi.
• Giliran Pembeli Video Viral Vina Garut 3 Pria Lawan 1 Wanita Diburu, Penjualan Ramai di Twitter

Budi mengatakan, A, yang saat ini dalam kondisi sakit parah, setiap kali melakukan seks bersama istri dan laki-laki lain, tidak mengambil bayaran dari laki-laki yang jadi peserta.
Semua uang diberikan kepada V yang saat itu jadi istrinya karena A hanya mencari kepuasan semata.
Berkaca dari kelainan yang diidap oleh A, bagaimana penjelasan medis soal kelainan tersebut?
Dilansir dari laman Hellosehat, kelainan yang diidap oleh A merupakan kelainan ketertarikan yang sama kuat pada laki-laki dan perempuan
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPGDJ) edisi kelima, kelainan ini tidak termasuk gangguan jiwa.
Suatu kondisi psikis bisa dikatakan gangguan jiwa bila sudah terus-terusan mengganggu suasana hati, kemampuan berpikir, serta perilaku seseorang sampai ia tidak bisa menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Sedangkan orang dengan kelainan ini memiliki suasana hati, kemampuan berpikir, dan perilaku yang normal.
Tidak ada perbedaan dalam hal mood, kompetensi kerja atau belajar, dan emosi.
Orang dengan kelainan ini juga tidak terganggu sama sekali dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Menentukan penyebab seseorang mengidap kelainan ini memang sangat rumit.
Seseorang memiliki kelainan ini juga bisa disebabkan oleh adanya kode genetik khusus dalam dirinya.
Meskipun belum dapat dipastikan bahwa gen inilah yang menentukan kelainan itu, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa kode genetik ini tetap memiliki peran penting dalam menentukan orang itu suka dengan sesama jenis atau tidak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa gen pada kromosom X atau salah satu kromosom yang disebut Xq28 bisa membedakan ketertarikan pada sejenis atau lawan jenis, dan gen ini ditemukan lebih tinggi pada pria yang tertarik pada sejenis.
Gen ini seperti yang dilansir Medical Daily menyebabkan orang dengan kelainan tersbeut mengekspresikannya dengan memilih pasangan sejenis (perempuan dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki) dan juga bisa memilih pasangan dari lawan jenis.
Sejak ditemukannya gen ini, para ahli pun jadi beberapa langkah lebih dekat untuk memahami kelainan tersebut dalam konteks ilmiah.
Sebelumnya diberitakan, video Vina Garut mempertontonkan hubungan badan antara seorang wanita dan tiga pria marak beredar di kalangan warga Garut, Rabu (14/8/2019).
Polisi mendeteksi adanya video asusila tersebut di media sosial Twitter pada Selasa (13/8/2019) pukul 15.00 WIB.
Polisi bergerak cepat dengan langsung turun ke lapangan mencari pelaku.
Ada dua video dalam unggahan tersebut dengan masing-masing berdurasi 1,07 menit dan 1,30 detik.
Aksi yang dilakukan keempat orang tersebut diduga dilakukan di sebuah kamar hotel dengan ranjang menggunakan sprei berwarna biru tua dan sarung bantal berwarna hijau muda.
Di dalam kamar tersebut juga tampak sebuah sofa kecil, yang disimpan di depan jendela kamar dan satu televisi menempel di dinding berhadapan dengan ranjang.
Sementara itu, aparat kepolisian Polres Garut kembali menetapkan satu orang tersangka kasus video seks yang sempat viral di Garut.
Sebelumnya, Polres Garut juga telah menetapkan dua orang tersangka yaitu mantan pasangan suami istri A dan V.
"W jadi tersangka ketiga dalam kasus ini, W sebelumnya menyerahkan diri ke Mapolres Garut pada Rabu (14/8/2019) malam," jelas Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, Jumat (16/8/2019).
Budi menegaskan, pihaknya masih mengejar dua orang lagi yang diduga terlibat dalam kasus tersebut.
Identitas keduanya pun sudah dikantongi petugas.

Selain mengejar mereka yang terlibat, Budi mengaku juga tengah mengejar pihak yang menyebar video tersebut di media sosial.
Identitas penyebar video ini pun, menurutnya, telah ada di tangan petugas.
"Kita sudah mengantongi banyak informasi soal penyebar videonya, identitasnya sudah ada,"katanya.
Budi berjanji, dalam waktu dekat mereka yang menyebar video tersebut bisa segera diketahui hingga aktor yang melakukan penyebarannya.
Ratusan Pelajar di Tulungagung Terjangkit Penyuka Sesama Jenis
Di kasus lain, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Tulungagung merilis maraknya perilaku suka sesama jenis, terutama laki-laki dengan laki-laki (LSL), di kalangan pelajar.
Perilaku ini marak karena kesalahan pola asuh anak saat masa puber.
Kasi P2M Dinas Kesehatan Tulungagung, Didik Eka, yang masuk dalam kelompok kerja (Pokja) KPA Tulungagung, mengatakan ada ratusan perilaku sesama jenis LSL yang ditemukan lewat komunitas.
"Di antara mereka, ada yang pelajar dan mahasiswa,” kata Didik, Senin (22/7/2019).
Hasil penulusuran, perilaku sesama jenis LSL ini ikut menyumbang angka kasus HIV/AIDS di Tulungagung.
Bahkan, ada pelaku LSL di kalangan pelajar dan mahasiswa yang positif HIV.
Didik memprediksi suka sesama jenis LSL ini dilakukan saat kelas IX SMP.
“Masa inkubasinya sekitar dua sampai tiga tahun, dan baru ketahuan saat kelas XI atau XII SMA,” sambung Didik.
Temuan ini menjadi perhatian serius para aktivis HIV/AIDS.
Masih menurut Didik, salah satu pemicu LSL adalah pola asuh orangtua yang salah.

Pada saat masa puber, orangtua melarang mereka bergaul dengan lawan jenis.
Kebanyakan menakut-nakuti, jika bergaul dengan lawan jenis bisa menyebabkan pergaulan bebas, memicu hamil dan sebagainya.
Cara seperti itu akhirnya memicu anak justru menyalurkan rangsangan itu kepada sesama jenis.
“Sebenarnya laki-laki dan perempuan kasusnya sama. Karena dikekang, tidak boleh bergaul dengan lawan jenis saat puber, terjadilah perilaku suka sesama jenis,” sambung Didik.
Menurut Didik, orangtua harus memahami puber adalah hal yang sangat alamiah.
Masa puber adalah masa dimana hormon pada anak mulai diproduksi.
Anak mulai tertarik dengan lawan jenis, dan merasakan rangsangan.
Yang perlu dilakukan orangtua adalah mengarahkan agar rangsangan itu tidak disalurkan sembarangan dan terjadi pergaulan bebas.
Salurkan rangsangan itu dengan kesibukan belajar, olahraga atau aktivitas positif lainnya, bukan dengan menjauhi lawan jenis.
Orangtua yang harus memberi penjelasan, dan jangan sampai anak justru mencari informasi lewat atau internet.
“Bimbing anak-anak jangan malah menutup-nutupi informasi seputar reproduksi. Orangtua harus menjadi figur yang membimbing mereka,” pungkas Didik.