Nasib 2 Penghina KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen di Jawa Timur & Luwu, Ada yang Singgung Amien Rais
Nasib dua orang penghina KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen di Jawa Timur & Luwu kini berhasil diamankan polisi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Selain berhasil mendirikan Pndok Pesantren Al Anwar, Mbah Moen sendiri pernah menikmati dunia politik sebagai anggota DPRD kabupaten Rembang, Jawa Tengah selama 7 tahun.
Tak berhenti di situ, selama tiga periode, Mbah Moen juga pernah menjadi anggota MPR RI yang mewakili daerah Jawa Tengah.
Ketika berpolitik, Mbah Moen memilih bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Meski kala itu NU sedang ramai mendirikan PKB (1998), Mbah Moen tetap memilih PPP, partai dengan gambar Ka'bah.
Di PPP Mbah Moen menduduki posisi sebagai Ketua Mejelis Syariah PPP. Mbah Moen pernah mengatakan PPP bukan hanya untuk agama Islam, tapi PPP hadir untuk Indonesia.
Ilmu agama yang didapatkan Mbah Moen mulanya ia dapatkan dari sang Ayah.
Ia lantas menuntut ilmu di pondok Lirboyo Kediri di bawah asuhan KH. Mahrus Ali dan KH. Marzuki Dahlan.

Kemudian pada usianya yang ke-21, Mbah Moen merantau ke Makkah Mukarromah.
Ketika melakukan perjalanan ke Mekkah ini, Mbah Moen ditemani oleh kakeknya sendiri yaitu KH. Ahmad bin Syuaib.
Ketika memperdalam ilmu agama di Mekkah, Mbah Moen banyak mendapat ilmu dari sejumlah ulama besar seperti Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath dan ulama lainnya.
Meski sedang mencari ilmu di Mekkah, namun Mbah Moen tetap menyempatkan untuk menuntut ilmu kepada Ulama Jawa yang berada di Mekkah seperti Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban) dan beberapa ulama lainnya.