Cerita Mahfud MD Pernah Dicengkeram Lengannya oleh KH Maimun Zubair Sambil Dibisiki Hal Penting
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menceritakan kisahnya saat terakhir bertemu KH Maimun Zubair di Yogyakarta.
SURYA.CO.ID - Wafatnya ulama kharismatik KH Maimun Zubair meninggalkan duka bagi bangsa Indonesia, tak terkecuali para tokoh yang selama ini dekat dengannya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menceritakan kisahnya saat terakhir bertemu KH Maimun Zubair di Yogyakarta.
Mahfud MD mengaku sempat dicengkeram lengannya lalu dibisiki sesuatu.
Kesan itu ditulis Mahfud dalam cuitan berantai di akun Twitternya, Selasa (6/8/2019).
Dalam cuitan pertamanya, Mahfud memberikan kabar meninggalnya Mbah Moen yang dia terima langsung dari orang dekatnya.
"Inna lillah wa innaa ilaihi raji'un. Kyai Maimoen Zubeir (Mbah Moen) wafat di tanah suci Makkah jam 8.17 WIB tadi.
Beliau wafat di tempat yang dicintainya.
Saya mendapat kabar langsung berita ini dari Pak Supri, salah seorang terdekat Mbah Moen. Jadi, insyaallah, ini bukan hoax," tulis tokoh asal Madura ini.
Mahfud lalu menceritakan kalau beberapa waktu terakhir ini dia sudah bertemu Mbah Moen tiga kali.
Pertemuan terakhir di Yogyakarta saat acara pernikahan Duta Besar RI untuk Saudi, Agus Maftuh.
"Pertemuan terakhir itu sangat berkesan bagi saya karena beliau menahan saya, mencengkeram lengan saya, sampai lama untuk berbicara setengah berbisik," cuit Mahfud.
"Saya ingin menyampaikan hal penting, mau ya?" Kata Mbah Moen di acara di Yogya itu seperti ditulis Mahfud di cuitannya.
"Ya, Mbah", jawab Mahfud.
Kemudian Mbah Moen berbicara serius setengah berbisik sampai agak lama.
"Tangan saya dipegang kuat seperti dicengkeram. Saya jadi rikuh karena waktu itu banyak yang antre mau sungkem ke beliau," kenang Mahfud.
Saat Mbah Moen berbicara lama, berbisik dan serius kepada Mahfud itu dia didampingi Nyai Maimoen dan keluarga.
"Ada juga Pak Supri yg memang sering mendampingi; jg ada aktivis PPP Mas Arwani Thomafi. Itu kenangan terakhir sy dgn beliau. Selamat jalan menghadap Sang Khaliq, Mbah Moen," cuit Mahfud.
Seperti diketahui kabar meninggalnya Mbah Moen kali pertama disampaikan Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani.
Arsul Sani mengajak masyarakat untuk melakukan shjolat ghoib untuk wafatnya Mbah Moen, sapaan akrab KH Maimoen Zubair.
"انا لله وانا اليه راجعون
Kabar duka dari Makkah pagi ini:
Telah berpulang kerahmatullah Mbah KH. Maimoen Zubair di Makkah.
Insya Allah Khusnul Khotimah.... Alfatehah, Amin.
Kabar dari Gus Rozin, Gus Arwani dan Gus Yasin....
Mohon seluruh jajaran PPP melakukan sholat ghoib untuk beliau.
Demikian disampaikan Sekjen PPP kepada pers, Selasa (6/8/2019) pagi.
Rujukan Ulama Fiqih
Sosok KH Maimun Zubair menjadi panutan masyarakat.
KH Maimun Zubair merupakan seorang alim, faqih sekaligus muharrik (penggerak).
Dikutip dari website resmi Nahdlatul Ulama (www.nu.or.id), selama ini, Kiai Maimun merupakan rujukan ulama Indonesia, dalam bidang fiqh.
Hal ini, karena Kiai Maimun menguasai secara mendalam ilmu fiqh dan ushul fiqh.
Kiai Maimoen merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.
Mbah Moen lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928.
Kiai sepuh ini, mengasuh pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Kiai Maimun merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim dan faqih. Kiai Zubair merupakan murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.
Kedalaman ilmu dari orang tuanya, menjadi basis pendidikan agama Kiai Maimun Zubair sangat kuat.
Kemudian, ia meneruskan mengajinya di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim.
Selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.
Pada umur 21 tahun, Maimun Zubair melanjutkan belajar ke Makkah Mukarromah.
Perjalanan ini, didampingi oleh kakeknya sendiri, yakni Kiai Ahmad bin Syuáib.
Di Makkah, Kiai Maimun Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.
Kiai Maimun juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.
Kiai Maimun juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya, kitab berjudul al-ulama al-mujaddidun.
Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kiai, Kiai Maimun kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya.
Pada 1965, Kiai Maimun kemudian istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.
Selama hidupnya, Kiai Maimun memiliki kiprah sebagai penggerak.
Ia pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah.
Kini, karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Kiai Maimun Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Politik dalam diri Kiai Maimun bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialogkan Islam dan kebangsaan.
Para Tokoh Berduka
Wafatnya KH Maimun Zubair disambut duka para tokoh nasional.
Tokoh NU lainnya KH Mustofa Bisri atau Gus Mus juga mengabarkan berita duka itu di laman instagramnya.
Ketua Umum Partai Kebangkita Bangsa Muhaimin Iskandar dalam cuitannya juga mengabarkan hal serupa.
Cak Imin bahkan mengaku sudah memiliki agenda bersama dengan Mbah Moen.
Mbah Moen diketahui sebagai Ketua Majelis Syariah PPP.
Mbah Moen wafat di usia 90 tahun.
Mbah Moen merupakan kiai kelahiran 28 Oktober 1928.
Sebagian artikel ini tayang di www.nu.or.id berjudul : Profil Ahwa: KH Maimun Zubair, Figur Faqih dan Muharrik