Berita Banyuwangi
Empat Inovasi Banyuwangi Masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kemenpan-RB
Empat program tersebut adalah program Rantang Kasih, Banyuwangi Festival, Banyuwangi Mall, dan Chips.
Penulis: Haorrahman | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | BANYUWANGI - Empat inovasi Pemkab Banyuwangi masuk dalam jajaran Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dari total 3.156 inovasi seluruh Indonesia.
Empat program tersebut adalah program Rantang Kasih, Banyuwangi Festival, Banyuwangi Mall, dan Chips.
“Inovasi-inovasi tersebut telah kami kami paparkan di depan juri-juri independen,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Tim juri independen diketuai JB Kristiadi, dengan anggota antara lain akademisi Prof Eko Prasodjo, Ketua YLKI Tulus Abadi, akademisi Wawan Sobari, praktisi Neneng Gunardi, dan praktisi komunikasi Suryopratomo.
Menurut Anas, pemerintah selalu dihadapkan pada keterbatasan dan tantangan-tantangan, mulai soal anggaran, SDM, kewenangan, hingga waktu.
Keterbatasan dan tantangan itu lantas melahirkan dua hal jalan keluar, yaitu inovasi dan kolaborasi.
“Inovasi dan kolaborasi banyak pihak membuat pelayanan publik bisa dilakukan dengan lebih baik,” ujarnya.
Anas mencontohkan program “Rantang Kasih” yang merupakan program pemberian makanan bergizi setiap hari kepada warga lanjut usia miskin secara gratis.
Total ada 3.017 warga lansia yang menjadi sasaran program tersebut.
“Inovasi itu lahir dari tantangan permasalahan sosial warga lanjut usia nonproduktif. Tidak bisa dengan stimulus modal, misalnya, karena sudah berumur, bahkan ada lansia di atas 90 tahun. Maka negara hadir dengan solusi yang bersifat praktis yaitu kebutuhan makan sehari-hari,” jelas Anas.
Dalam program “Rantang Kasih”, sambung Anas, pelibatan dokter dan ahli gizi dilibatkan dengan menyupervisi makanan yang diberikan.
“Misalnya, lansia yang punya riwayat hipertensi, tentu diberikan makanan yang rendah garam. Juga tidak boleh daging merah. Itu hasil supervisinya. Karena kalau tidak disupervisi, makanan Rantang Kasih bukannya menjaga kesehatan lansia, malah akan membuat hipertensinya kambuh,” papar Anas.
Inovasi, lanjut Anas, tentu saja tidak cukup. Maka perlu kolaborasi.
Dalam program “Rantang Kasih”, misalnya, melibatkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Banyuwangi dan dana dari pemerintah desa.
“Karena dalam perkembangannya, mungkin ada lansia baru yang belum tercover. Atau ada laporan dari medsos. Maka kami libatkan Badan Zakat dan pemerintah desa. Jadi selain didanai APBD, juga ada keterlibatan publik, menjadi gerakan sosial yang membangun empati seluruh rakyat,” jelasnya.