Berita Trenggalek
Turonggo Yakso, Tari Jaranan Asli Trenggalek yang Dipuji Banyak Orang
Jaranan Turonggo Yakso merupakan salah satu kesenian khas Trenggalek yang telah banyak ditampilkan dalam berbagai kesempatan
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | TRENGGALEK - Jaranan Turonggo Yakso merupakan salah satu kesenian khas Trenggalek yang telah banyak ditampilkan dalam berbagai kesempatan. Tarian yang konon berasal dari Kecamatan Dongko ini pun disambut antusias oleh mereka yang baru menontonnya.
Jaranan Turonggo Yakso bercerita tentang raksasa yang mengganggu aktivitas masyrakat. Raksasa itu akhirnya bisa dikendalikan oleh kesatria. Dalam pertunjukan, Turonggo Yakso digambarkan dengan penari jaranan bertopeng raksasa.
“Turonggo itu artinya jaranan. Sementara yakso itu artinya buto atau raksasa. Memang identitas tarian itu pada jaranan berkepala raksasa,” kata Agung Susilo, salah satu pecinta seni tari di Kabupaten Trenggalek, Minggu (14/7/2019).
Sejarah tarian ini tak dapat dilepaskan dari upacara Baritan.
Menurut kisah yang ada, upacara itu dilaksanakan warga sebagai ritual setelah panen raya.
Sebagaimana diketahui, dari dulu hingga sekarang, mayoritas warga Trenggalek bermatapencaharian sebagai petani.
Agung menjelaskan, Baritan merupakan akronim dari Bubar Ngarit Tanduran.
Jika diterjemahkan dengan konteks aktivitas itu, artinya kurang lebih selesai memanen padi.
“Dalam tradisi itu, muncul tari yang menggambarkan cerita raksasa, tari itu Turonggo Yakso,” tambah Agung.
Tarian tersebut akhirnya dilestarikan hingga kini dan banyak ditampilkan dalam berbagai pertunjukan.
Agung menggaris bawahi, cerita tentang asal muasal Tari Turonggo Yakso yang ia ceritakan hanya salah satu dari beberapa versi yang ada.
Yang pasti, tari tersebut saat ini telah menjadi budaya yang dikenal lekat dengan Kabupaten Trenggalek.
Dulu, lanjut dia, tarian Turonggo Yakso dibawakan oleh antara 4-6 orang.
Namun, saat ini tarian itu bisa dimainkan oleh sebanyak mungkin orang.
Perbedaan utama tari Turonggo Yakso dan tari jaranan lain, yakni pada kuda-kudaan yang ditungganggi para penari.