Keakraban Prajurit Kopassus Diungkap Letjen Sutiyoso, Panggilan Unik Luhut Panjaitan Terbongkar
Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso sempat menceritakan keakraban prajurit Kopassus saat ia masih bertugas
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso sempat menceritakan keakraban prajurit Kopassus saat ia masih bertugas.
Dilansir dari acara e-Talkshow TV One, Jumat (14/6/2019) malam, mantan wakil Danjen Kopassus itu bahkan membongkar panggilan akrabnya untuk Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.
Keakraban prajurit kopassus itu diungkap Sutiyoso saat ia mengomentari kasus menyelundupkan senjata yang menyeret sejumlah purnawirawan TNI.
Sutiyoso kala itu sempat bercerita soal mantan-mantan rekannya di TNI.
Yakni mantan Danjen Kopassus (Purn) Prabowo Subianto dan Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.
"Waktu saya komandan di sana dia letnan pangkatnya jarak jauh dan jarak dekat, jadi saya tahu beberapa, siapa Prabowo saya tahu," ujarnya.
• Fakta Sebenarnya Istri Sah Digadai Suami Rp 250 Juta, Pantas Hartono Tolak Kembalikan Istri Hori
• Innalillahi Wainnailaihi Rojiun, Kabar Duka dari Siti Nurhaliza: Semoga Allah Ampuni Dosa Abang Bard
• Suplemen Penyebab Agung Hercules Derita Kanker Otak Diungkap Ozy Syahputra, Kenali 3 Penyebab Lain
• Fakta- Fakta Kecelakaan di Tol Cipali, 12 Orang Tewas, Kronologi Penyerangan & Truk Ayam Menghindar
Lalu Sutiyoso menyebutkan sebutan yang biasa ia panggil untuk rekannya di TNI.
"Siapa 'Gajah' saya tahu. Tahu enggak 'Gajah'?," tanya Sutiyoso pada pembawa acara.
"Apa siapa 'Gajah' itu?," jawab Wahyu Muryadi.
"Luhut, aku manggilnya 'Gajah' sama dia," jawab Sutiyoso.
Wahyu langsung terpingkal mendengar jawaban soal panggilan unik untuk Luhut.
"Oh Bang Yos (sapaan Sutiyoso) manggilnya Pak Luhut Binsar Pandjaitan itu 'Gajah'? Tapi Pak Luhut kalau nelpon Bang Yos kok manggilnya," jawab Wahyu tak selesai.
"Enggak kamu enggak ngerti saja, dan aku enggak mau ngomong, karena ngambilnya nama saya jelek amat dia itu manggil saya itu," jawab Sutiyoso yang mendapatkan panggilan jelek dari Luhut.
"Ya tapi aku menerima saja, memang sudah dari dulu dia manggilnya gitu." tambahnya.
"Jadi kita kan unit kecil Kopassus itu jadi satu dengan yang lain berbeda letting ini pun jadi akrab hubungannya," ujar Sutiyoso.
"Hubungan nasionalnya kan unit kecil, perwiranya bolak-balik ketemu ya itu-itu saja terus karena itu aku kenal semuanya."
Lihat video selengkapnya menit ke 6.45
Cara Kopassus Basmi Musuh
Di sisi lain, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo sempat membeberkan strategi Kopassus membasmi musuh di sarangnya dalam Operasi Sandi Yudha.
Dilansir dalam acara Kabar Petang, Selasa (11/6/2019) malam, mantan panglima TNI itu sempat menjelaskan bagaimana tiga prajurit Kopassus mampu mengalahkan musuh meski di sarangnya
Cara Kopassus membasmi musuh di operasi Sandi Yudha itu diungkap Gatot Nurmantyo saat ia mengomentari kasus menyelundupkan senjata yang menyeret sejumlah purnawirawan TNI.
Gatot saat itu menerangkan kenapa banyak purnawirawan TNI yang memiliki senjata.
"Ini yang harus saya jelaskan bahwa dalam konteks ini satu hal hampir semua Prajurit Koppassus dan Taipur yang melaksanakan Operasi Sandi Yudha hampir dikatakan 50 persen dia punya senjata itu tapi entah di mana sekarang karena memang salah satu tugas Operasi Sandi Yudha itu adalah melakaksanakan operasi di belakang garis lawan bukan di depan," kata Gatot Nurmantyo.
"Tempat sarangnya musuh dia beroperasi, kemudian dia melipatgandakan dan melangsungkan perlawanan dari garis dalam, jadi bayangkan dia berangkat 3 orang ke sana dengan terpisah-pisah nanti bertemu di tempat musuh kemudian dia merekrut orang-orang yang jadi musuhnya itu," ujarnya.
"Dia mempersenjatai entah dari mana senjatanya ia melakukan perlawanan dari belakang, itulah Operasi Sandi Yudha." jelas Gatot
Lihat videonya di menit 2.18
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Hendropriyono Ungkap Operasi Sandi Yudha', Sandi Yudha sebenarnya adalah satuan intelijen tempur dari Resimen Para Komando Angkatan Darat, yang kini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus.
Tugas utama pasukan Sandi Yudha dalam perang nonkonvensional, menurut Hendropriyono, tidak terikat dengan konvensi internasional dan hukum humaniter perang.
Sebisa mungkin pihaknya mengambil hati lawan, sedangkan pertempuran serta tindakan keras hanya menjadi pilihan terakhir.
Latihan Khusus Pasukan Baret Merah
Sering diterjunkan dalam misi-misi yang berbahaya, membuat banyak orang bertanya-tanya seperti apa latihan para prajurit kopassus.
Sebagai pasukan khusus, tentunya latihan prajurit Kopassus agak 'berbeda' dan memang dilatih secara khusus di beberapa bidang tertentu.
Latihan prajurit Kopassus sempat diceritakan oleh mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo dalam bukunya yang berjudul 'Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan'
Dalam buku biografinya, Pramono Edhie Wibowo yang juga pernah bertugas di krops baret merah itu menceritakan latihan terberat prajurit Kopassus sudah menanti saat sampai di Cilacap.
Ini merupakan latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut, calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.
Di sini, materi latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.
Para prajurit Kopassus harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.
“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” tulis Pramono dalam bukunya
Dalam latihan itu, para calon prajurit Kopassus dilepas tanpa bekal pada pagi hari, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.
Selama “pelolosan”, calon prajurit Kopassus harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.
Dalam pelolosan itu, kalau ada prajurit yang tertangkap maka berarti itu merupakan 'neraka' baginya karena dia akan diinterogasi seperti dalam perang.
Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.

Dalam kondisi seperti itu, para prajurit Kopassus harus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.
Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka.
Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.
Selama tiga hari pra prajurit Kopassus menjalani latihan di kamp tawanan.
Dalam kamp tawanan ini semua prajurit Kopassus akan menjalani siksaan fisik yang nyaris mendekati daya tahan manusia.
“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa. Namun, para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.
Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.
Nilai standar fisik untuk prajurit nonkomando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.
Begitu juga kemampuan menembak dan berenang nonstop sejauh 2000 meter.
“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk kembali bertugas sebagai Prajurit biasa,” tutup mantan Danjen Kopassus ini