Perawat Minta Maaf Setelah Tertangkap Basah dan Terbukti Bunuh Puluhan Pasiennya
Namun, perawat ini dibebaskan dari 15 tuduhan pembunuhan lain karena kurangnya bukti. Polisi menduga, jumlah korban aksi kejinya lebih dari 200 orang.
"Kami selesai dengan terdakwa.
Sekarang kami bisa membawa orang-orang itu ke pengadilan yang memungkinkan kejahatannya dilakukan," ujarnya.
Psikiater Max Steller mengatakan kepada pengadilan selama persidangan, Hoegel menderita gangguan kepribadian narsistik yang parah.
Dia disebut selalu siap secara fundamental untuk berbohong jika itu memungkinkan untuk menempatkan dirinya dalam situasi yang lebih baik.
Terdakwa mengklaim, misalnya, tidak mengingat korban pertamanya, yang meninggal pada 7 Februari 2000.
Menurut Steller, seorang pembunuh berantai tidak pernah melupakan korban pertamanya.
• Jawaban Ngegas Via Vallen Ditanya Kapan Nikah Saat Idul Fitri Bareng Kerabat, Katanya Langsung Sikat
• Pantas Aurel Dituding Sebabkan Verrell Bramasta dan Natasha Wilona Putus, Hubungan Mereka Terkuak
• VIRAL Pria 57 Tahun Tewas Bersama 2 Belut Putih di Bali, Ini Video Kronologi dan Penjelasan Polisi
• Bocoran Spesifikasi Oppo A1s yang Diklaim Akan Saingi Realme, Harganya Kisaran Rp 1 - 2 Jutaan

Kisah perawat membunuh pasiennya juga pernah terjadi pada tahun 1890 an.
Seorang wanita perawat yang dikenal dengan nama Jane Toppan telah menggemparkan dunia medis karena aksi pembunuhannya pada puluhan pasien yang ia lakukan demi memuaskan gairah seksual.
Seperti dilansir Surya.co.id dari sejumlah sumber, kisah pembunuhan yang mengerikan itu telah tercatat dalam sejarah sejak 1890-an.
Menurut laman resmi Headstuff, Jane Toppan lahir dengan nama Honora Kelley di Boston, AS pada 1850-an.
Orang tuanya, Peter dan Bridget, adalah imigran dari Irlandia.
Saat Nora masih kecil, Bridget meninggal karena penyakit TBC.
Peter, yang bekerja sebagai penjahit, lantas harus membesarkan ketiga putrinya, termasuk si bungsu Nora, seorang diri.
Namun, karena kelakuan kasar Peter, Nora dan kakaknya, Delia, dimasukkan ke panti asuhan Boston Female Asylum pada sekitar 1860.
Sedangkan si sulung Nellie, yang kala itu sudah dewasa, hidup sendirian, meskipun pada akhirnya menderita penyakit kejiwaan, seperti ayahnya.