DPRD Jatim

PKS dan PBB Mulai Jalin Komunikasi Jajaki Pembentukan Fraksi di DPRD Jatim

Partai Keadilan Sosial (PKS) bersama Partai Bulan Bintang (PBB) mulai menjalin komunikasi untuk membentuk fraksi di DPRD Jatim.

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Parmin
surya.co.id/bobby constantine koloway
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jatim Arief Hari Setiawan (tiga dari kiri) saat mendaftarkan caleg partainya ke KPU Jatim di Surabaya beberapa waktu lalu. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Partai Keadilan Sosial (PKS) bersama Partai Bulan Bintang (PBB) mulai menjalin komunikasi untuk membentuk fraksi di DPRD Jatim.

Hasil rekapitulasi jumlah suara, PKS maupun PBB kemungkinan tak dapat membuat fraksi tanpa adanya 'koalisi' lintas partai.

Peraturan Pemerintah (PP) 12 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota pasal 120 ayat 3, menjelaskan setiap fraksi beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD. Sementara untuk komisi di DPRD Jatim berjumlah lima komisi.

Berdasarkan hasil rekapitulasi suara untuk DPRD Jatim, PKS baru meloloskan empat kadernya, sementara PBB mendapat satu kursi.

"Jumlah kursi kami memang belum cukup untuk membuat fraksi. Oleh karenanya, secara informal, kami sudah ada komunikasi dengan kawan-kawan di PBB," kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jatim, Arief Hari Setiawan kepada Surya.co.id ketika dikonfirmasi di Surabaya, Rabu (29/5/2019).

Arief menjadi satu di antara Caleg PKS yang lolos ke DPRD Jatim. Selain Arief yang mewakili Jatim 1 (Surabaya), ada Artono (Jatim V), Dwi Hari Cahyono (Jatim VI), dan Riyadh Rosyadi (Jatim IX) juga lolos ke DPRD Jatim.

Perolehan PKS untuk kursi DPRD Jatim di pemilu 2019 menurun dibandingkan pemilu 2014 yang mendapat 6 kursi. Menurut Arief ada beberapa penyebab penurunan ini.

Pertama, pemilihan legislatif yang berjalan serentak dengan pemilihan presiden dinilai kurang menguntungkan PKS di Jatim.

"Pertarungan di Jatim kami rasa lebih sulit. Apalagi setelah barengan dengan pilpres, masyarakat kurang mempedulikan pileg," katanya.

Selain itu, sistem sainte league sebagai metode perhitungan kursi tiap partai juga dinilai kurang menguntungkan. "Untuk mendapatkan dua kursi, kami harus mendapat tiga kali lipat suara dari yang satu kursi. Tentu, itu tak mudah apalagi untuk partai menengah," katanya.

Hal ini ditambah dengan pemekaran daerah pemilihan (dapil) di Jatim dari yang sebelumnya 11 menjadi 14 dapil.

"Kecuali Surabaya, kami kehilangan kursi di dapil-dapil yang pecah (mekar)," katanya.

Meskipun demikian, PKS berkomitmen untuk tidak mengurangi kualitas kerja anggotanya di parlemen kelak. "Kami tetap pada komitmen awal untuk maksimal berkerja demi mengawal suara rakyat," tegasnya.

Di sisi lain Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PBB Jawa Timur menjelaskan hal senada.

"Kemuningkinan, setelah lebaran kami intensifkan komunikasi. Bisa sambil halal bihalal," kata Ketua DPW PBB Jatim, Mohammad Masduki ketika dikonfirmasi di Surabaya secara terpisah.

Menurut Masduki, dibandingkan dengan partai besar, pihaknya mengutamakan untuk berkoalisi dengan partai menengah.

"Tentu, kami memilih partai yang 'saling membutuhkan'," jelas Masduki.

Selain itu, PKS juga dinilai memiliki basis masa yang lekat dengan PBB, yakni bernafas religius. "'Kami memilih bersama partai yang memiliki garis massa yang berhimpitan," jelasnya.

Adapun satu-satunya caleg PBB yang lolos ke DPRD Jatim adalah Mathur Husyairi. Maju di daerah pemilihan (dapil) Jatim 14 (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep), Mathur mendapatkan 79.734 suara sekaligus mendapat kursi kesepuluh dari 12 kursi DPRD Jatim yang diperebutkan di dapil ini.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved