Ramadan 1440 H
Sejarah dan Perintah 'Baca' di Malam Nuzulul Quran Mampu Guncang Peradaban Hanya Dalam 22 Tahun
Sejarah dan Perintah 'Baca' di Malam Nuzulul Quran Mampu Guncang Peradaban Hanya Dalam 22 Tahun
SURYA.co.id - Memperingati Nuzulul Quran yang jatuh pada Rabu (22/5/2019) mendatang, biasanya umat muslim akan memperbanyak ibadah di hari tersebut.
Nuzulul Quran yang biasa diperingati tiap 17 Ramadan itu, merupakan hari di mana Nabi Muhammad SAW menerima surat pertama Alquran.
Malam Nuzulul Quran sendiri diberi label Lailatul Qadar oleh Alquran. Sebuah malam di bulan Ramadan, yang keagungannya digambarakan melebihi seribu bulan.
Tak ada lagi malam-malam yang sanggup menandingi kemuliaan dan keagungannya dan di malam itulah Allah menurunkan wahyu pada manusia kinasih-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Setelah Sekian lama menyendiri dan berkontemplasi di sebuah gua tebing Jabal Nur, pada suatu malam saat Ramadan, Allah SWT mengirimkan Jibril, Sang Ruhul Qudus, untuk menyampaikan wahyu agung pada Nabi Muhammad SAW.
Ayat pertama dari wahyu itu sungguh mencengangkan dan mengguncang.
Bagaimana tidak, wahyu pertama yang diberikan Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW ialah berupa perintah untuk membaca: iqra' (bacalah!).
Kalimat perintah itu dengan tegas meminta Nabi Muhammad SAW untuk meninggalkan sikap taken for granted (menerima apa adanya).
"Bacalah" berarti berpikir dan bersikap kritis, mempertanyakan hal-hal yang selama ini dianggap sebagai kebenaran dan seharusnya. "Bacalah" berarti membuat analisis dan penilaian rasional atas segala hal.
Apa hasil dari perintah baca di malam Lailatul Qadar itu?
Hanya dalam dua puluh dua tahun masyarakat tribal-badui padang pasir Arab, berhasil membangun Negara Madina, prototipe negara kota, di mana keragaman warganta terikat dalam fakta perdamaian bersama.
Tidak sampai tiga puluh tahun berikutnya, kekuatan umat Islam berhasil menandingi Emperium Persia dan Romawi, dua super power dunia saat itu.
Tak sampai setengah abad dari wafatnya sang penerima wahyu, Nabi Muhammad SAW, umat Islam mulai membangun peradabannya. Saat orang Barat mengejar para filosof dan ilmuan dengan tuduhan tukang sihir, pusat-pesat pengetahuan dan kebudayaan justru tumbuh di kota-kota yang berada di bawah kekuasaan Islam.
Periode Umayya (661-750 M) bisa dikatakan langkah awal sivilisasi orang-orang Arab-Muslim dari masyarakat pengembara-sederhana di padang pasir ke masyarakatperkotaan yang tertata canggih.
Pada periode dinasti Abbasiyah (750-1258 M), ribuan lembaga pendidikan dibangun. Pada abad kesepuluh, tiga ratus pusat pembelajaran berdiri di Kota Baghdad.