Alasan Panglima TNI Hadi Tjahjanto Ajak Karim Si Bocah KRL Lihat Pasukan di Malang, Ada Nasib Sama
Baru baru ini Panglima TNI Hadi Tjahjanto ajak Karim, bocah SD yang naik KRL dari Kemayoran ke Depok berkunjung ke tempat latihan TNI di Malang.
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Baru baru ini Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto ajak Karim, bocah SD yang naik KRL dari Kemayoran ke Depok berkunjung ke tempat latihan TNI di Malang, Jawa Timur.
Bukan tanpa alasan, Marsekal Hadi Tjahjanto mengajak Karim lantaran tertarik dengan kisah bocah 10 tahun itu.
Dilansir dari kanal Youtube Metrotvnews, Senin (6/5/2019), awalnya Hadi Tjahjanto menjelaskan alasannya ingin mengajak Karim ke Malang, Jawa Timur.
"Saya membayangkan anak sekecil itu bangun jam 3 pagi, kemudian siap berangkat sekolah dengan naik kereta," kata Marsekal Hadi.
"Ternyata Karim memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang militer, akhirnya saya ingin mengajak Karim menunjukkan tentara yang ada di Jawa Timur," tambahnya.
Dalam ceritanya, Marsekal Hadi menyampaikan bahwa apa yang jadi cita-cita Karim harus digapai dengan usaha keras.
"Saya ingin memberikan motivasi ke Karim bahwa apa yang dicita-citakan anak masih di usia 9 tahun kelas 3 SD ini untuk bisa terus membawa dirinya untuk memiliki disiplin yang tinggi, bangun jam 3 kemudian berangkat ke sekolah dan diisi dengan belajar," kata Marsekal Hadi.
"Siapa tau nanti juga cita-cita Karim ini untuk menjadi TNI itu bisa benar-benar terealisasi apalagi saya keinginannya adalah untuk mendorong Karim, untuk masuk menjadi taruna ABRI."
Marsekal Hadi kemudian menjelaskan, kisah Karim mengingatkannya pada kisah masa lalunya.
Diakui Marsekal Hadi, kehidupan masa kecilnya sama seperti Karim, yang hidup dari keluarga sederhana.
"Kebetulan saya juga hidup di keluarga biasa yang sama dengan Karim, oleh sebab itu saya langsung saya tertarik untuk mengajak Karim datang di Malang ini untuk melihat pasukan TNI," ungkap Marsekal Hadi.
"Karena anak usia segini kan memorinya masih cukup kuat, sehingga apa yang saya sampaikan ke Karim ini kemudian bisa terus diingat dan menjadikan Karim menjadi pemuda yang mempunyai karakter yang sangat kuat," imbuhnya.
Seperti diketahui, kisah Karim naik KRL dari Kemayoran ke Depok sempat viral di media sosial.
Hal ini lantaran foto Karim Maullah saat berada di KRL dengan mengenakan seragam sekolah dan sandal jepit tersebar di media sosial.

Menurut informasi yang didapatkan Tribun Jakarta (grup SURYA.co.id), Karim Maullah tinggal di sebuah kontrakan di Jalan Angkasa Gang Motor Pool, RT 13/06, Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Setelah ditelusuri, kediaman Karim tidak jauh dari Stasiun Kemayoran yakni hanya berjarak 1,1 kilometer saja.
Tim Tribun Jakarta pun berhasil mendatangi kediaman Karim, namun ternyata kontrakan tersebut telah kosong.
Menurut Tri, tetangga Karim menyebutkan bahwa bocah 10 tahun itu sudah pindah sejak pagi.
"Karim dan neneknya sudah pindah ke Depok, tadi pagi mereka sudah bawa baju-baju," ucapnya dikutip dari Tribun Jakarta artikel 'Viral Bocah SD Naik KRL dari Kemayoran ke Depok, Begini Kondisi Tempat Tinggalnya'.
Ia menyebut, Karim dan neneknya bernama Diana (61) mendapat bantuan dari sebuah komunitas sosial sehingga mereka memutuskan untuk pindah ke Depok.
"Kabarnya mereka dicarikan kontrakan dan sudah dibayarkan untuk satu tahun tinggal di kontrakan itu oleh Komunitas Indonesia Berbagai," ujarnya.
"Enggak cuma itu, kabarnya nenek juga dikasih warung untuknya berjualan,"tambahnya menjelaskan.
Tri bercerita, sudah lebih dari tiga tahun Karim beserta kakek dan neneknya tinggal bersebelahan dengan dirinya.

"Sudah lama mereka tinggal disini, sudah tiga tahun lebih, bahkan sejak kecil memang Karim tinggal disini sama nenek dan kakeknya," kata Tri.
Sementara itu, Tri mengaku tidak mengetahui persis keberadaan kedua orang tua Karim.
"Kalau bapaknya denger-denger kerja serabutan di Manggarai, kalau ibunya terakhir saya dengar sakit parah. Tapi enggak tahu sudah sembuh atau belum," ucapnya.
"Mereka kesini juga jarang, paling bapaknya itu kalau lebaran kesini nengok anaknya," tambahnya menjelaskan.
Dikatakan Tri, selama ini sang kakek yang diketahui bernama Nasori (62) lah yang menjadi tulang punggung keluarga.
Ia bekerja sebagai tukang ojek pangkalan di daerah Kemayoran. Sementara sang nenek yang mengalami penyakit pengapuran hanya tinggal di rumah.
"Neneknya ini sering nganteri Karim ke stasiun, pagi-pagi betul mereka sudah jalan," ujarnya.
Hal ini pun dibenarkan oleh Rendra, petugas keamanan di Stasiun Kemayoran yang kerap melihat seorang wanita tua mengantarkan seorang anak ke stasiun.
"Setiap pagi saya lihat, dia hanya nganterin sampai depan stasiun. Setiap hari pukul 04.30 WIB atau 05.00 WIB sudah disini," kata dia.
"Tapi sudah seminggu belakangan ini jarang lihat lagi," tambahnya.
Lebih lanjut, Tri menjelaskan sosok Karim di lingkungan tempat tinggalnya.
Diakui Tri bahwa ia sudah mengenal sosok Karim dari kecil. Menurutnya, Karim merupakan anak yang pintar dan mudah bergaul.
"Sama saja seperti anak seusianya, dia kalau sudah pulang sekolah sukanya main. Tapi memang dibanding tetangganya dia tergolong anak yang cerdas," ucapnya dikutip dari artikel 'Gemar Makan Mie Instan hingg Bermain di Warnet, Tetangga Sebut Bocah SD Viral di Medsos Anak Cerdas'.
Kemudian Tri menceritakan, Karim dan teman-temannya sering bermain bersama saat liburan sekolah.
"Kalau libur dia suka main sekolah-sekolahan sama temannya di sini, lalu saya kasih soal dan jawaban dia selalu betul," ujar Tri.
"Sudah gitu dia membacanya lancar banget," tambahnya.
Akan tetapi, jika dibandingkan teman sebayanya, Karim memiliki kemauan yang besar untuk sekolah.
Ini dibuktikan dengan rutinitas Karim yang setiap pagi sudah berangkat menuju sekolahnya di Depok sejak sebuh.
"Kemauannya untuk sekolah memang tinggi banget, setiap hari saya bangun subuh untuk masak dan selalu melihat dia berangkat sejak pagi," kata Tri.
Meski demikian, sama seperti anak seusianya, Tri menyebut, Karim juga kerap 'ngambek' bila permintaannya tidak terpenuhi.
"Sama saja seperti anak-anak yang lain, kadang dia juga suka 'ngambek' kalau enggak boleh main atau enggak di kasih uang jajan sama neneknya," ucapnya.
Selain itu, Tri mengungkapkan bahwa Karim memiliki hobi bermain game di warnet serta menyantap mie instan.
Bahkan setiap harinya Karim merengek minta mie instan pada sang nenek.
"Dia itu paling suka main ke warnet dan makan mie instan, tapi kan enggak baik kalau setiap hari makan mie. Nah kalau enggak dikasih sama neneknya itu dia sering nangis dan 'ngambek'," tambahnya.
Bertahun-tahun menjadi tetangga Karim, Tri mengaku mengetahui betul kondisi ekonomi nenek dan kakek Karim yang tidak setiap saat mampu memberikan bocah SD itu uang untuk jajan.
Untuk itu, ia mengaku sering memberikan uang jajan kepada Karim karena merasa iba dengan bocah tersebut.
"Biasanya saya suruh dia ke warung beli air atau bumbu dapur gitu, kemudian kembaliannya Rp 2.000 atau Rp 3.000 untuk dia," kata Tri.
"Dia sudah senang banget, biasanya juga kan dia 'ngambek' karena neneknya enggak kasih uang jajan," tambahnya menjelaskan.
Kini, Karim dan neneknya sudah pindah ke wilayah Depok, Jawa Barat. Ia pun mengaku mendoakan yang terbaik bagi Karim dan sang nenek.
"Ya semogga dia makin rajin sekolah, kan sekolahnya makin dekat. Semakin pintar dan tekun belajar juga agar cita-citanya tercapai," ucapnya.