Mayat Dalam Koper
TERUNGKAP Guru Honorer 4 Kali Hubungan Intim Menyimpang dengan Pelaku, Terakhir Aris Tak Mampu Bayar
Terungkap pembunuhan dengan cara mutilasi terhadap Budi Hartanto, Guru Honorer disebabkan pelaku tak mampu bayar korban usai hubungan intim menyimpang
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Terungkap kasus pembunuhan dengan cara mutilasi terhadap Budi Hartanto, Guru Honorer disebabkan pelaku tak mampu bayar korban usai hubungan intim menyimpang.
Dari pengakuan tersangka, Aris Sugianto kepada penyidik Polda Jatim, dia telah empat kali melakukan hubungan intim. Setiap selesai hubungan intim menyimpang, Aris Sugianto selalu membayar jasa Guru Honorer tersebut.
Namun, usai hubungan intim menyimpang terakhir atau keempatnya, Aris tak mampu membayar. Bahkan, Budi Hartanto yang juga guru tari tersebut sempat cekcok dengan pelaku.
Hubungan intim menyimpang terakhir dilakukan oleh korban dan pelaku di sebuah ruangan di warung pelaku yang ada di Jalan Surya, Kediri, Jawa Timur.
Aris Sugianto dan Ajis Prakoso menceritakan awal percekcokan dengan korban dimulai hingga akhirnya nyawa Budi Hartanto melayang dan mutilasi dilakukan pelaku.
Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Gupuh Setiono melakukan konferensi pers kepada awak media, Senin (15/4/2019).

Dalam kesempatan itu, Gupuh menyampaikan, Budi Hartanto dihabisi setelah hubungan intim dengan tersangka Aris Sugianto.
Selama ini, setelah hubungan intim, Aris membayar Budi Hartanto.
Akan tetapi, malam itu, Selasa (2/4/2019), Aris tidak mampu membayar uang yang diminta Budi.
Akhirnya terjadilah percekcokan di antara keduanya.
"Hubungan asmara sesama jenis, terus berakhir perselisihan karena tidak diberikan uang dan berakhir dengan pertengkaran yang mengakibatkan korban dibunuh," katanya.
Tersangka Aris dan korban melakukan hubungan sesama jenis dan saling mencintai.
"Setiap kali berhubungan, Aris ngasih uang ke korban. Aris sayang pada korban, dan akan memberikan apa yang diminta korban," kata Gupuh menambahkan.
Ternyata, percekcokan Aris dan Budi didengar oleh tersangka Ajis.
Ajis yang tidak tahan dengan pertengkaran keduanya pun mencoba mengingatkan korban.
Namun, Budi tak terima dan gelap mata.
Ia malah menampar wajah Ajis dan mengambil sebilah golok yang tergeletak di depan warung.
"Diingatkankan Ajis, tapi korban tak terima, korban malah bilang ini bukan urusan kamu," tuturnya.
"Korban itu malah mengambil golok lalu diayunkan ke arah Aziz. Tapi Aziz bisa menangkis," katanya.
Ajis kemudian berhasil merebut golok dari tangan korban.
Ajis mulai menyerang korban sampai tumbang.
Aris yang menyaksikan itu malah membantu Ajis dengan menyumpal mulut Budi yang sudah tak berdaya.
"Jadi mulut korban disumpal, makanya hasil outopsi menunjukkan korban mati karena kehabisan nafas," kata Gupuh.
Baru setelah memastikan korban tewas, Aris berinisiatif mengambil koper di rumahnya untuk membuang jasad korban.
Namun, rupanya koper tersebut terlalu kecil untuk membuang jasad Budi.
Tercetuslah ide untuk mutilasi korban beserta kepalanya.
"Aris waktu itu ya langsung pulang, ambil koper milik ibunya. Belakangan Aris cerita kalau koper itu dijual," tuturnya.
"Pas dimasukin gak cukup, dikeluarkan lagi, lalu Aris usul kepala korban dipotong," bebernya.
Sebelumnya, Aris Sugianto dan Ajis Prakoso memberikan keterangan berbeda saat membahas kronologi mutilasi.
Ketika ditanya siapa yang mutilasi korban, pelaku Aris dan Ajis memberikan keterangan yang berbeda.
Minggu (14/4/2019), sambil memicingkan mata ke arah penyidik, dengan suara lirih Ajis mengaku dirinya yang memulai proses mutilasi.
Akan tetapi, saat mutilasi leher korban, Ajis mengalami kesulitan.
Pekerjaan yang belum sepenuhnya rampung itu pun diselesaikan oleh Aris.
"Pertama saya, terus dilanjutkan dia," katanya.
Dia menegaskan, melakukan mutilasi secara bergantian.
"Iya, kami potong berdua bergantian," katanya.
Akan tetapi, Aris mengungkapkan bahwa ia hanya sekadar memegangi tubuh korban saat eksekusi.
"Saya cuma nggoceki (memegangi)," pengakuan Aris.
Namun, ia lantas menyebut melancarkan aksi pembunuhan pada Budi Hartanto berdua bersama Ajis.
"Yang ada di lokasi hanya saya dan teman saya pak," ujarnya.
Pelaku kemudian mengaku bahwa dia dan temannya yang membuang potongan kepala korban di sungai setelah dieksekusi.
"Katanya tadi bertiga?" tanya polisi.
"Enggak pak. Hanya orang dua. Saya sama Ajis pak," ujarnya.
Sementara itu, soal alat yang digunakan pelaku dalam memutilasi Budi Hartanto, tersangka menggunakan clurit dan bendo.
"Kamu pakai clurit sama bendo? Berarti senjatanya dua?" tanya penyidik dalam video viral yang beredar.
"Iya," jawab Aris sembari mengangguk.
Punya hubungan intim menyimpang
sementara itu, Kepolisian Polda Jawa Timur menggelar konferensi pers kasus pembunuhan dan mutilasi terhadap korban Budi Hartanto (28), guru honorer yang jasadnya ditemukan tanpa kepala di bawah Jembatan Karanggondang, Udanawu, Blitar, Rabu (3/4/2019).
Dari penjelasan Wakapolda Jawa Timur, Brigjen Pol Toni Harmanto dalam konferensi pers tersebut, terungkap bahwa korban dan pelaku mempunyai hubungan menyimpang bahkan sampai ke hubungan intim.
Dikutip dari akun Facebook siaran live TribunJatim.com (grup SURYA.co.id), Senin (15/4/2019), Brigjen Pol Toni awalnya menjelaskan soal motif pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku Ajis Prakoso dan Aris Sugianto alias AS.
"Saat ini kami masih menduga motif ini adalah pembunuhan menghilangkan nyawa orang lain," jelas Brigjen Pol Toni.
Dijelaskan olehnya, dari keterangan pelaku, diketahui bahwa korban dan pelaku sudah menjalani hubungan intim menyimpang selama beberapa kali.
Dikatakannya antara pelaku dan korban ternyata sudah melakukan hubungan intim tiga kali.
"Dari keterangan dan fakta hukum yang kita dapatkan ada hubungan antara korban dan juga pelaku di mana telah beberapa kali melakukan hubungan sesama jenis sebanyak tiga kali," jelas Brigjen Pol Toni.
Ditambahkankannya, pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban, sebelumnya ternyata berniat untuk melakukan hubungan untuk keempat kalinya.
"Dan ini kali keempat," jelas Brigjen Pol Toni.
Berdasarkan keterangan pelaku, hubungan keempat ini tidak didasari atas rasa suka sama suka.
Pelaku Aris juga diketahui melakukan transaksi uang atau membayar korban Budi Hartanto.
"Dan kebetulan untuk kali keempat ini karena prosesnya juga bukan suka sama suka tapi karena ada proses pembayaran dengan imbalan sejumlah uang," jelas Brigjen Pol Toni.
Lebih lanjut, Brigjen Pol Toni menjelaskan bahwa pelaku Aris yang membayar korban Budi Hartanto.
"Yang membayar adalah AS (pelaku)," jawab Brigjen Pol Toni.
Terkait peran pelaku lain yakni Ajis, polisi menjelaskan bahwa pelaku Ajis hanya membantu peran dari Aris.
"Kalau AJ (Ajis) hanya yang membantu saja," kata Brigjen Pol Toni.
Namun dijelaskannya, pembunuhan tersebut dilakukan berdua, yakni Ajis dan Aris.
"Yang menjadi eksekutor bersama-sama mereka," jelas Brigjen Pol Toni.
Facebook pelaku
Sementara itu, keseharian Aris terungkap melalui unggahan facebook miliknya.
Melalui facebooknya yang bernama 'dokter cinta', pelaku mutilasi guru honorer Kediri ini mengunggah puluhan foto dan video tentang kesehariannya
Dari penelusuran yang dilakukan surya.co.id (grup tribunnwes), Minggu (14/4/2019), Aris mengunggah sedikitnya 66 video dan puluhan foto di akun facebook miliknya
Video terakhir yang diunggahnya yakni saat rekannya memanjat untuk memetik buah nangka, dan Aris terlihat yang menangkap buah nangka tersebut.
Namun, mayoritas video yang diunggah adalah kegiatan Aris saat bakar-bakar ayam di rumahnya.
Setidaknya ada empat video bakar-bakar ayam yang dilakukan Aris bersama teman-temannya.
Sesuai penuturan ibunya, Aris akhir-akhir ini sering kumpul-kumpul bareng dengan rekan komunitasnya dengan acara bakar -bakar ayam di rumahnya di Desa Mangunan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar.
Dalam video lainnya, tampak Aris mengambil dompet mengeluarkan uang pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000.
Dari akun facebooknya, Aris terakhir kali menggunggah fotonya memakai kaos hitam pada 1 Februari 2019.
Pada akun yang sama juga terlihat Aris memakai kaos hitam bertuliskan "Pejuang Kapusan".
Dengan kaos yang sama, Aris ditangkap petugas kepolisian saat menumpang bus dengan tujuan Kota Jakarta.
Di rumahnya Aris juga memposting video saat memberi makan ternak lele dan kambing, termasuk video saat dibesuk sejumlah rekannya saat menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit.
Namun, di akun facebook miliknya tidak ada kontak pertemanan dengan Budi Hartanto, guru honorer yang menjadi korban mutilasi.
Beberapa unggahan statusnya, misalnya pada 27 Oktober 2019 menulis, "Pengecut itu selalu memanfaatkan temannya untuk membantu. One by one itu baru gentlemen. Dasar kau pengecut.....:
Video Pengakuan Pelaku
Melalui video pengakuan pelaku yang viral di media sosial (medsos), tersangka AP alias AS sempat berkilah bahwa bukan dirinya yang melakukan pembunuhan.
"Itu bukan saya yang ngelakuin," kata pelaku dengan gaya melambai.
Hal tersebut tampak membuat seorang anggota polisi tertawa mendengar ucapan dan gaya berbicara pelaku.
"Terus kamu bagian apa sekarang," tanya perekam video.
"Masalahnya begini, saya bagian yang memegangi," ungkap pelaku.
Saat menjelaskan hal itu, punggung pelaku tampak mendapatkan pukulan ringan dari polisi.
Mendengar pelaku terus berkilah, anggota kepolisian tampak menaikkan nada bicaranya.
"Sekarang yang mutilasi orang berapa," tegas polisi.
"Satu orang," ucap pelaku sambil melihat ke arah anggota kepolisian itu.
"Yang megangi satu orang saja, aku aja," kata pelaku menambahkan.
Namun hal tersebut dibantah oleh anggota polisi yang melakukan interogasi.
"Enggak mungkin le, enggak mungkin kuat," jelas petugas.
"Bener Pak, demi Allah, yang mutilasi satu orang Pak," ucap pelaku.
"Yang ada di sana berapa orang," tanya polisi.
"Satu orang aja, aku sama temanku," jelas pelaku lagi.
Dalam rekaman video itu, tampak pula pelaku ditanya soal siapa yang membuang kepala korban.
"Yang buang kepalanya ya kita dua orang Pak," tambahnya.
Saat menjelaskan hal tersebut, tampak ada satu anggota polisi yang baru saja mendatangi pelaku.
Tak ikut bertanya, polisi itu tampak tertawa mendengar ucapan pelaku.
Sementara itu, beberapa anggota polisi lain tampak mengeluarkan senyum tipis mendengar ucapan dari pelaku.
Di tengah penjelasan pelaku, anggota polisi tersebut tampak mulai emosi lantaran penjelaskan pelaku selalu berubah-ubah.
"Enggak usah gitu, tadi katanya tiga sekarang ada berapa," kata polisi tersebut.
Melihat pengakuan pelaku yang selalu berbeda, anggota polisi tersebut tampak langsung menghentikan interogasinya.
Pelaku kemudian digelandang keluar dari ruangan interogasi.
Di sela-sela itu, sejumlah anggota polisi yang terekam dalam video tersebut tampak mengeluarkan tawa.
Saat pelaku berdiri, ada seorang anggota polisi yang sengaja memukul pelan perut pelaku.
"Sakit Pak," ucap pelaku sambil mengernyitkan dahinya.
Ia kemudian diminta berjalan meninggalkan ruangan tempat dirinya dimintai keterangan. (Didik Mashudi/Luhur Pambudi)