Sosok Hacker 15 tahun di Tangerang yang Sukses Menembus Situs NASA Milik AS, Punya Tujuan Mulia
Sosok hacker berumur 15 tahun di Tangerang, Putra Aji Adhari menjadi sorotan masyarakat Indonesia baru-baru ini
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Sosok hacker berumur 15 tahun di Tangerang, Putra Aji Adhari menjadi sorotan masyarakat Indonesia baru-baru ini
Meski masih duduk di bangku SMP, Putra Aji memiliki kemampuan layaknya seorang hacker
Putra Aji mampu menembus situs-situs berkeamanan ketat dengan hanya bermodalkan belajar secara otodidak.
Dikutip dari kanal YouTube Narasi Channel yang tayang pada Rabu (20/3/2019), Putra Aji mampu menembus ratusan situs yang memiliki keamanan ketat.
Bahkan, dirinya berhasil menembus keamanan situs NASA milik Amerika Serikat.
"Paling berkesan adalah situs NASA karena pada saat saya melakukan penetration testing itu di luar ekspektasi saya. Karena situs NASA itu pasti sulit apalagi developer-nya banyak banget, bahkan ribuan," tutur Putra Aji.
• Serangan Baru Nikita Mirzani pada Syahrini, Unggah Foto Istri Haji Isam & Hastag Jet Pribadi Diaku
• Peringatan Gatot Nurmantyo Soal Video AM Hendropriyono Sebut Pancasila vs Khilafah
• Aksi Prajurit Kopassus Berkaki Satu Penyandang Bintang Sakti, Tetap Mengabdi Meski Tanpa Kaki Kiri
• Fahri Hamzah Ungkap Sandi 08 Prabowo & Berani Serukan Jokowi Menyerah : Bapak Sudah Terkepung
Putra mulai tertarik dalam dunia programming karena terinspirasi oleh beberapa tokoh dunia.
Sebut saja Bill Gates dan Mark Zuckerberg yang menjadi orang terkaya di dunia berkat kemampuan pemrograman.
Ketika diuji coba untuk membobol sistem keamanan milik pemerintah, Putra melakukannya dengan sangat baik.
Hanya butuh waktu 3 menit bagi Putra untuk melakukannya.

Memiliki kemampuan mumpuni untuk membobol situs-situs penting, tentu mudah saja bagi Putra mencuri data-datanya
Namun, Putra tidak mau melakukan hal itu.
Dirinya lebih memilih jalan sebagai seorang bug hunter atau para pencari celah keamanan suatu situs.
Putra Aji kemudian menjelaskan mengenai cara kerja bug hunter.
"Kalau bug hunter itu contohnya ada suatu rumah yang menurut pemilik rumahnya itu sudah tertutup rapat, menurut dia tidak ada orang yang bisa masuk.
Karena ada bug hunter, si bug hunter-nya melakukan penetration testing contohnya, lalu dia bisa masuk tanpa diketahui pemilik rumah. Kalau sudah seperti itu, biasanya bug hunter akan membuat laporan ke pemilik rumah," penjelasan Putra.
Siswa SMP tersebut bercita-cita menjadi programmer seperti idolanya.
Dua orang idolanya yang berasal dari Indonesia adalah Jim Geovedi dan kang Onno.
Putra Aji kemudian mendapatkan kesempatan bertemu dengan salah satu idolanya, yaitu kang Onno.
Onno kemudian menjelaskan pentingnya programmer untuk keamanan internet suatu negara.

"Penting banget. Jujur bug hunter, developer, programmer dicari banget. Sebagian besar perusahaan di Indonesia tidak berhasil dapat programmer, bug hunter, dan developer di Indonesia. Jadi mereka sering dapatnya dari mana coba? Dari India. Kebetulan di India guru-gurunya benar, sekolahnya bener ngajarinnya," tutur Onno.
Onno menegaskan pentingnya peran beberapa pihak untuk perkembangan keamanan internet Indonesia.
"Idealnya kalau bisa didukung pemerintah, sekolah, guru, kampus segala macam.
Cuma hari ini kan tidak ada yang dukung jadi terpaksa anak-anak ini kayak anak-anak bawah tanah banget, kayak gelandangan tidak ada yang memelihara.
Padahal internet Indonesia tidak akan bisa aman tanpa mereka," tambah Onno.
Berikut videonya:
Hacker Surabaya yang Ditangkap FBI
Diberitakan sebelumnya, tiga hacker Surabaya ditangkap FBI dengan bantuan tim Cybercrime Polda Metro Jaya setelah meretas 600 situs di 44 negara ternyata masih berstatus mahasiswa Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya.
Pihak kampus membenarkan jika ketiganya masih mahasiswa aktif di kampusnya.

Humas Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya, Sugiharto Adhi Cahyono mengungkapkan Katon Primadi Sasmitha (21), Nizar Ananta (21) dan Arnold Triwardhana Panggau (21) merupakan mahasiswa S1 Sistem Informasi angkatan 2015.
"Ketiganya tercatat masih mahasiswa aktif, sekarang semester 6. Kalau aktif masuk kuliah, sudah tidak sekarang," ujarnya pada SURYA.co.id, Rabu (14/3/2018).
Secara akademik, mereka belum pernah melakukan pelanggaran akademik ataupun pelanggaran etika.
"Mereka tidak aktif di organisasi seperti senat atau BEM. Secara nilai juga masih grade bagus, Indeks Prestasinya di atas 3,"ujarnya.
Ke depannya, pihak kampus masih menerapkan praduga tak bersalah untuk kasus internal maupun eksternal.
Apalagi pihak kampus belum tahu prosesnya hukumnya berjalan sampai mana.
"Kami juga masih menunggu karena belum mendapat panggilan apapun dari keluarga atau pihak kepolisian,"ujarnya.
Pihak kampus, lanjutnya, juga sempat menghubungi keluarga melalui dosen wali.
Namun belum mendapat respon hingga saat ini.
"Mereka harusnya sudah memasuki Kerja Praktek dan Tugas Akhir. Tetapi ketiganya belum pernah konsultasi hal ini ke dosen wali," lanjutnya.
Ia menegaskan dari data kampus Nizar dan Katon memiliki KTP beralamat di Surabaya. Sedangkan Arnold berasal dari Banyuwangi.
STIKOM Surabaya selama ini sudah melakukan aktivitas pembentukan karakter.
Namun, kampus juga memiliki unit organisasi untuk penelitian yang berkaitan dengan jaringan.
"Kalau nakalnya mahasiswa main jaringan ya ada, aktivitas dari jaringan ya banyak di kampus.
Tetapi di internal kampus kami ada pusat teknologi informasi yang memantau apalagi ada kartu RFID sebagai akses di kampus,"urainya.
Berdasarkan pantauan SURYA.co.id, Katon cukup dikenal dalam komunitas yang berkaitan dengan jaringan di kampus, yaitu Linux User Grup (LUG).
Sayangnya mahasiswa lain enggan berkomentar lebih lanjut.
"Mereka angkatan atas, kalau Katon saya pernah lihat di kegiatannya LUG. Tetapi dia bukan anggota LUG," ungkap mahasiswa angkatan 2017 SI, Muhsin Habib.
*Artikel ini telah tayang di Nakita.Id berjudul "Siswa SMP Asal Tangerang Jadi Hacker Bobol Situs NASA dan Ratusan Situs Lain, Begini Kisah Hidupnya"