Berita Entertainment
Hotman Paris Tanggapi Aduan Kasus Aldama Putra Pangkolan, Mahasiswa ATKP yang Tewas Dianiaya Senior
Curhatan seseorang yang diduga keluarga Aldama Putra Pangkolan, mahasiswa ATKP Makassar tewas dianiaya seniornya, mendapat respon dari Hotman Paris
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
1. Penyebabnya gara-gara helm
Mahasiswa ATKP Makassar itu dianiaya seniornya hingga tewas hanya gara-gara masalah sepele, yaitu tidak menggunakan helm.
Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wahyu Dwi Ariwibowo mengungkapkan, hasil pemeriksaan pelaku menganiaya karena pelanggaran tidak pakai helm.
"Pelaku memanggil korban, diarahkan ke salah satu kamar senior. Disitulah terjadi penganiayaan," kata Kombes Wahyu di Mapolrestabes, Selasa (5/2/2019) sore, seperti dilansir dari Tribun Timur.
Rusdi menganiaya Aldama dengan cara memukul di bagian wajah, dada dan bagian tubuh lainnya.
Pihak penyidik Satreskrim Polrestabes Makassar pun menetapkan Muh. Rusdi tersangka dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal.
Penyidik memeriksa 22 saksi, yakni senior dan teman seangkatan almarhum di kampus ATKP Makassar.
"Sampai sekarang ini kami sudah periksa 22 saksi, pemeriksaannya dari malam kejadian sampai pagi tadi, dan ditetapkan satu tersangka," jelas Wahyu.
Senior Aldama Putra, tersangka Muh. Rusdi diancam dengan pasal 351 ayat 3. Ancaman hukuman penjara 5 tahun dan selambatnya, maksimal 15 tahun.
Jenazah Aldama Putra Pangkolan disemayamkan di rumah duka, Selasa, Jalan Leo Watimena 4 nomor 5, kompleks Landasan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, Sulsel.
2. Dibilang Jatuh di Kamar Mandi
Saat Aldarma meninggal, pihak kampus berusaha menutup-nutupi kasusnya kepada ayah korban, Pelda Daniel.
Menurut Pelda Daniel, pihak ATKP mengatakan, putranya itu meninggal setelah terjatuh dari kamar mandi.
Namun faktanya, menurut Pelda Daniel putra semata wayangnya itu tewas setelah menderita beberapa bekas luka di bagian wajahnya yang diduga akibat penganiayaan.
"Saya ditelepon malam-malam oleh pengasuh anak saya di ATKP, diminta merapat ke RS Sayang Rakyat soalnya anak saya. Katanya jatuh. Jadi, awalnya perkiraan saya hanya luka atau patah. Pas saya tiba di rumah sakit, saya disambut pelukan dan pengasuk itu berkata, 'Bapak yang sabar ya. Kami sudah berusaha, tapi apa daya.' Di situlah saya langsung seperti tidak bisa berkata-kata lagi karena di pikiran saya, anak saya sudah meninggal," tutur Pelda Daniel.