Berita Blitar

Berusaha Kelabui Petugas, Pengedar Ganja di Blitar Ngaku Polisi saat akan ditangkap

Bergaya bak petugas buser, Jupri S (22), pria yang diduga sebagai pengedar ganja akhirnya kecele.

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Parmin
surya/ahmad zaimul haq
Ilustrasi borgol. Pengedar ganja di Blitar mengaku polisi saat akan ditangkap. 

SURYA.co.id | BLITAR - Bergaya bak petugas buser, Jupri S (22), pria yang diduga sebagai pengedar ganja itu akhirnya kecele. Sebab, saat akan ditangkap, warga Desa Duren, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar itu mengaku petugas buser, yang sedang menyanggong penjahat.

Begitu ditanya detail oleh petugas yang akan menangkapnya, Jupri tak berkutik. Akibatnya, ia langsung pasrah saat ditangkap di depan Lapangan Sepak Bola Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Garum, Sabtu (2/2/2019) malam.

Sebab, ia kedapatan membawa ganja seberat 3,20 gram. Itu ditemukan di dalam bungkus rokok, yang dibungkus kertas koran.

"Kalau rokoknya sudah habis dan tinggal ada dua bungkus ganja, yang ada dalam kotak rokok itu. Bungkus rokok itu ditemukan di dalam tas kecil, yang dicangklongnya," kata AKP Didik Suhardi, Kasat Narkoba Polres Blitar, Minggu (3/2/2019).

Menurut Didik, dia memang sudah lama dicari petugas karena ada informasi kalau ia sering melakukan transaksi ganja. Cuma setiap kali dicari petugas, ia jarang di rumah. Katanya, ia malah sering ke luar kota. Entah apa bisnisnya, namun diketahui ia sering riwa-riwi ke Tulungagung dan Kediri.

Kebetulan pada Sabtu (2/2/2019) sore kemarin atau sekitar pukul 16.00 WIB, petugas mendapat informasi kalau ada orang akan melakukan transaksi ganja. Informasinya, itu akan dibuat acara melekan malam minggu.

Akhirnya, petugas mencari informasi lebih dalam. Ternyata, orang itu tak lain Jupri, yang sudah lama dicarinya.

Malam itu, petugas mencari keberadaannya dan diketahui kalau dia sedang mengendarai sepeda motor sendirian. Sepertinya, ia dari arah rumahnya dan hendak menuju ke arah Kota Blitar.

Namun, saat dikuntit petugas itu, ia masuk ke dalam SPBU Bence. Namun, tak beli bensin melainkan masuk ke ATM (anjungan tunai mandiri). Begitu keluar dari ATM, ia kembali tancap gas ke arah barat atau ke arah kota.

"Namun, sesampai di perempatan lampu merah Garum, ternyata dia nggak ke arah kota melainkan belok ke kanan atau ke arah Candi Penataran," tutur Didik.

Tak mau melepaskan buruannya, empat petugas yang mengendarai mobil itu terus menguntitnya.

Sekitar melaju 400 meter dari perempatan traffic light Garum, ia berhenti di tepi jalan atau tepatnya di pintu masuk sebelah utara lapangan sepak bola Kelurahan Tawangsari. Ia duduk di atas sepeda motornya.

Sepertinya, dia lagi menunggu pembeli karena tempat berhentinya itu, kondisinya cukup gelap meski banyak lalu lalang kendaraan.

Karena lama disanggong dan tak kunjung datang pembelinya, rupanya ia mulai gelisah. Berkali-kali, ia terlihat naik turun sepeda motornya, seperti orang kebingungan.

Malah, tas kecil yang dicangklongnya itu juga sering dibuka resletingnya. Khawatir dia kabur, dua petugas turun dari mobilnya dan mendekatinya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved