Nasib Tragis 187 Pengikut Setia Dimas Kanjeng, Seharian Tak Makan hingga Ditinggal Istri Selingkuh

Nasib Tragis 187 Pengikut Setia Dimas Kanjeng, Seharian Tak Makan hingga Ditinggal Istri Selingkuh.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Tri Mulyono
SURYA/GALIH LINTARTIKA
Dimas Kanjeng Taat Pribadi dijaga ketat saat menghadiri pernikahan putrinya di Probolinggo, Jatim, Rabu (16/1/2019). 

Hal ini disampaikan Kepala Kepolisian Resor Probolinggo Ajun Komisaris Besar Arman Asmara Syarifuddin.

"Sampai hari ini, khususnya untuk di padepokan (Taat Pribadi), jumlahnya sudah berkurang dari 386, sudah di angka 187 sekarang," kata Arman di Pengadilan Negeri Kraksaan, Selasa, 8 Agustus 2017 lalu. 

Pengikut yang datang dari sejumlah daerah di Indonesia itu rela meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan semuanya demi menunggu pencairaan penggandaan uang yang dijanjikan Dimas Kanjeng.

Mereka hidup di Padepokan itu sebatang kara.

Tidak ada sanak atau keluarga di antara mereka. Antara satu pengikut dengan pengikut lainnya tak saling kenal.

Namun, mereka dipaksa keadaan untuk hidup dalam tenda yang sama demi tujuan sama yakni menunggu janji Dimas Kanjeng.

Sebelum Dimas Kanjeng ditangkap polisi, aktifitas mereka cukup teratur.

Setiap hari mereka melakukan salat berjamaah, ngaji akbar, hingga melakukan amal-amalan lainnya yang disinyalir tidak sesuai syariat Islam.

Setiap pagi, mereka melakukan olahraga bersama. Namun, paska penangkapan Dimas Kanjeng terkait dugaan keterlibatannya dalam kasus pembunuhan, aktifitas mereka berubah.

Rutinitas mereka setiap hari mendadak berhenti seketika, dan mereka ibarat pengangguran tidak aktifitas dan tujuan tinggal di Padepokan.

Kondisi inilah yang membuat mereka semakin tertekan.

Di satu sisi, mereka sudah kehilangan puluhan atau mungkin ratusan juta untuk mahar, namun mereka mengetahui kenyataan bahwa semuanya itu fiktif.

Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng saat menjakani persidangan.
Taat Pribadi alias Dimas Kanjeng saat menjalani persidangan. (surya/galih lintartika)

Dimas Kanjeng ditangkap polisi atas dugaan pembunuhan dan masih dalam penyelidikan atas dugaan penipuan dan penggelapan uang.

Mereka tidur di tenda yang hanya bertumpu pada bambu disusun rapi. Mereka tidur beralaskan dan beratap terpal.

Saat hujan turun, tenda atau camp, sebutan bagi para pengikut yang hidup di padepokan itu sangat terasa kurang nyaman.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved