Berita Tulungagung
Harga Tembakau Tulungagung Anjlok, Pedagang Tidak Berani Menyimpan Stok
Para pedagang tembakau di Tulungagung tak berani menimbun persediaan meski harga tembakau sedang anjlok karena panen besar-besaran
Penulis: David Yohanes | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | TULUNGAGUNG - Kemarau panjang sangat mendukung produksi tanaman tembakau di wilayah Kabupaten Tulungagung.
Namun panen serentak menyebabkan harga turun drastis, mulai dari harga daun, tembakau rajang gula, dan tembakau rajang tanpa gula.
Seorang pedagang tembakau dari Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, Suyoto mengatakan, stok tembakau tahun lalu masih belum habis.
Sementara panen tahun ini juga terjadi lonjakan, karena musim panas yang sangat pendukung tanaman tembakau.
“Akhirnya pasarnya yang tidak bisa menyerap panen yang melimpah ini. Pedagang mau stok juga resiko,” ujar Suyoto.
Saat ini pasar yang bisa diharapkan hanya ke Pulau Sumatera. Itu pun hanya beberapa pedagang yang biasa berjualan ke pulau ini.
Sementara pabrik hanya membeli tembakau dari pihak tertentu, tidak langsung dari petani.
“Pabrik sudah punya pihak-pihak yang dipercaya. Tidak semua pedagang bisa punya akses,” tambah Suyoto.
Baca: Kemarau Panjang, Produksi Tembakau Tulungagung Meningkat Tapi Memicu Anjloknya Harga
Sebenarnya ada harapan dengan menimbun tembakau rajang.
Harapannya ketika musim hujan datang dan panen terhenti, simpanan tembakau bisa dijual. Harganya pun akan lebih mahal.
Namun cara ini juga mengandung resiko bagi para pedagang.
Setidaknya butuh biaya lebih untuk perawatan agar tembakau yang disimpan tidak berjamur atau dimakan ngengat.
“Idealnya menyimpan hanya satu tahun, kemudian disetor ke pabrik. Tapi kondisi sekarang stok tahun lalu belum habis, risiko kalau menambah stok untuk ditimbun,” tutur Suyoto.
Masih menurut Suyoto, sebenarnya tembakau dari Tulungagung masuk grade A. Namun musim kali ini dianggap kurang memihak ke para petani.
Untuk mengakali harga yang anjlok, Suyoto memilih membeli tembakau asal Bondowoso yang punya pangsa tersendiri.
Menurutnya, meski dalam jumlah kecil pembelian dari Bondowoso sangat membantu mengatasi harga yang jatuh.
"Kalau daru Bondowoso ada pabrik yang langsung mau menerima. Tapi jumlahnya juga tidak banyak," pungkas Suyoto.