Berita Tulungagung
Kemarau Panjang, Produksi Tembakau Tulungagung Meningkat Tapi Memicu Anjloknya Harga
Kemarau panjang turut meningkatkan hasil panen tembakau di Kabupaten Tulungagung.Tapi karena produksi banyak, harga jadi turut anjlok
Penulis: David Yohanes | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | TULUNGAGUNG - Kemarau panjang turut meningkatkan hasil panen tembakau di Kabupaten Tulungagung.
Namun kualitas hasil panen dan peningkatan produksi justru memicu penurunan harga.
Penurunan harga ini bahkan dianggap paling buruk selama dua tahun terakhir.
Salah satu petani di Dusun Kalituri, Desa Warung, Kecamatan Boyolangu, Ridwan mengaku harga tembakau rajang dengan gula Rp 37.000 hingga Rp 42.000 per kilogram.
Padahal tahun sebelumnya harga per kilogram mencapai Rp 50.000, bahkan Rp 60.000.
“Kalau awal-awal panen harganya masih bagus. Sekarang semuanya panen hampir bersamaan, harganya jatuh,” ucap Ridwan.
Harga tembakau daun juga turun Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per kuintal.
Padahal sebelumnya harga bisa mencapai Rp 500.000 per kuintal, bahkan lebih.
Sementara tembakau rajang tanpa gula turun dari Rp 85.000 per kilogram, menjadi Rp 60.000 per kilogram.
Sedangkan harga krosok, daun tembakau bagian bawah yang berkualitas buruk tetap stabil Rp 7000 hingga Rp 8000 per kilogram.
“Kalau krosok ini kan istilahnya limbah, harganya tidak bisa lebih dari itu,” tambah Ridwan.
Bagi para petani kondisi harga saat ini membuat serba salah.
Sebab jika tembakau tidak lekas dipanen, maka akan rusak.
Namun jika dipanen dan dirajang, butuh biaya lebih seperti biaya buruh dan pembelian gula untuk campuran.
"Mau tidak mau harus tetap dirajang. Tinggal nanti tunggu saja, semoga harganya lekas naik terus dijual," ujarnya.
Sebenarnya ada alternatif mengganti tanaman tembakau dengan tanaman palawija, seperti jagung.
Namun bagi para petani tembakau, tanaman palawija dianggap kurang mempunyai nilai ekonomis dibanding tembakau.