Berita Malang Raya

Kisah Sule, Biayai Kuliah Magister dengan Uang Sampah yang Dikumpulkan Setiap Hari

Kisah Sule, mampu biayai kuliah magister dengan uang sampah yang dikumpulkan setiap hari.

Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
surya/benni indo
Sulaiman Sulang di depan Bank Sampah SMKN 6 Malang. 

SURYA.co.id | MALANG - Sampah yang kerap kita buang, dan mungkin dianggap sepele ternyata memiliki manfaat yang sangat tinggi bagi sebagian orang.

Seperti yang dilakukan Sulaiman Sulang (34), seorang pengajar di SMKN 6 Malang.

Sule, sapaan akrabnya bisa membiayai kuliah magisternya dengan sampah.

Ya, Sule mendapatkan uang dari sampah yang kumpulkan setiap hari.

Lalu, bagaimana caranya bisa mengubah sampah menjadi uang?

Ditemui di ruang kerjanya, Sule bercerita awal mulanya ia mengenal sampah.

Peristiwa yang paling ia ingat bermula pada 2011 silam.

Kala itu, ia mau mengisi bensin di SPBU Ranu Grati, kawasan Sawojajar.

Ketika mengambil uang dari saku, ada kertas yang ikut keluar dan kemudian ia buang.

"Kemudian saya ditegur seorang anak perempuan. Ia minta agar saya tidak buang sampah sembarangan," ujar Sule, Minggu (30/9/2018).

Dikatakan Sule, saat itu ia merasa sakit hati ditegur seorang anak perempuan seperti itu.

Namun ia kemudian mulai memahami, teguran itu memang benar.

"Berangkat dari situ, oh ternyata sampah itu jangan dianggap sepele. Mungkin bagi orang lain bahaya sekali," imbuhnya.

Bersamaan dengan peristiwa itu, saat itu SMKN 6 sedang gencar melakukan program Adiwiyata.

Sule pun terlibat langsung dengan sampah.

Pada 2014, ada program ecomaping dan pembuatan kompos.

Saat itu, Sule belum mengenal bank sampah.

"Pada 2015, saya diminta kepala sekolah sebagai nasabah di bank sampah Malang, atas nama lembaga. Saldo 150 ribu, saldo Bank Sampah SMKN 6," ujar alumnus Universitas Gajayana Malang itu.

Namun saldo itu terus stagnan selama hampir tiga tahun.

Kemudian muncul pertanyaan di benak Sule, kalau kondisinya begitu terus maka tidak akan bermakna apa-apa.

"Edukasi ke siswa apa? Akhirnya saya laporan ke Kepsek bahwa kami ingin bank sampah eksis dan bermanfaat. Pada 30 September 2016, bermodal keberanian dan semangat, akhirnya kami launching bank sampah di SMKN 6 Malang," ulasnya.

Sule ingin ada manfaat kepada siswa dari program itu. Kemudian dicobalah pembayaran SPP melalui sampah.

Program tersebut mendapat antusias dari siswa SMK N 6 Malang.

Siswa membawa sampah ke sekolah. Kemudian ditampung di bank sampah.

Setiap sampah yang mereka kumpulkan, akan berbuah Rupiah.

Sedikit demi sedikit, Rupiah yang terkumpul itu bisa digunakan untuk membayar SPP.

"Boleh bawa sampah dari sekolah atau rumah. Uji coba tiga bulan berjalan bagus. Siswa menabung sampah, guru juga menabung sampah," ujarnya

Akhirnya Sule pun mebuat model pengelolaan bank sampah dan menulis buku panduan.
Dengan keberhasilan itu, ia juga ingin membuktikan, sampah bisa bermanfaat untuk hal lain.

"Akhirnya saya coba ingin kuliah lagi, dengan sampah bisa gak. Siswa saja bisa, masak saya tidak bisa," tegasnya.

Ia memutuskan untuk kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Malang di Tlogomas.

Ia menyadari, kuliah S2 memang tidak murah. Oleh sebab itu, Sule sangat rajin menabung dengan cara mengumpulkan sampah.

"Saya nabung terus, sampai dapat uang ada Rp 1 juta, Rp 800 ribu, Rp 600 ribu. Saya daftar kuliah Rp 250 ribu, saya tidak ngasih tahu kampus akan nyicil. Begitu uang bank sampah cair saya bayar langsung ke rekening kampus," kata ayah dua anak ini.

Sule mengungkapkan, teman-teman kuliahnya banyak yang tidak tahu kalau dia bayar kuliah dari sampah yang ia kumpulkan.

Namun begitu, ia mulai terbuka dan memberikan edukasi akan pentingnya mengelola sampah.

Mahasiswa S2 Administrasi Publik itu berencana untuk mengambil gelar doktor juga dari uang sampah. Ia meyakini hal itu bisa diwujudkan.

"Saya ingin membuktikan kalau kuliah tidak harus nunggu orang jadi kaya. Tidak harus menunggu beasiswa dari pemerintah dan negara lain. Tapi dengan sampah kalau kita ingin sekolah ya sekolah," katanya.

Kini, mata Sule selalu awas ketika menemui sampah.

Mulai dari sampah plastik, kertas dan yang lain di rumah atau sekolah, dibawa oleh Sule.

"Kadang saya jalan ketemu botol saya bawa. Kayak kemarin karnaval itu kan saya isi saya bawa pulang. Dapat tiga karung,"paparnya.

Sampah-sampah yang ditamopng di bank sampah SMKN 6 Malang sebagian dikelola sendiri dan sebagian lainnya di kirim ke Bank Sampah Pemkot Malang.

Ketika akan mencairkan di Bank Sampah Pemkot Malang, Sule membuat surat yang ditandatangani kepala sekolah.

Setelah itu sampah bisa dicairkan menjadi uang.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved