Berita Ekonomi Bisnis
PT Smart Tbk Bidik Pasar Ekspor Produk Olahan Minyak Sawit
Anak usaha Group Sinarmas, PT Smart Tbk membidik potensi pasar ekspor untuk produk olahan hilir dari bahan baku Crude Palm Oil (CPO).
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Anak usaha Group Sinarmas, PT Smart Tbk membidik potensi pasar ekspor untuk produk olahan hilir dari bahan baku Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit yang diolahnya. Antara lain, minyak goreng, margarin, dan shortening.
GM Marketing Assistant Vice President PT Smart Tbk, Davy Djohan mengatakan, selama ini 60 persen produksi masuk pasar ekspor.
"Antara lain ke Tiongkok yang paling banyak, sekitar 25 persen, kemudian Filipina, India, dan Korea serta Eropa. Jepang dan Eropa Barat memiliki ketertarikan tinggi terhadap produk kami ini,” kata Davy, di sela kegiatan Media Baking di Pabrik Sinarmas Agribusiness and Food Rungkut, Surabaya, Kamis (2/8/2018).
Tak hanya pasar ekspor, selama ini pasar produk kelapa sawit di dalam negeri juga luas. Jumlah penduduk yang besar memiliki tingkat konsumsi yang juga besar.
Di pasar domestik atau lokal, beberapa produk PT Smart yang dikenal di pasar ritel maupun industri juga masih menjadi favorit. Seperti minyak goreng Filma, Kunci Mas dan lainnya.
Sementara Produk shortening dan margarin sekitar 80 persen lari ke industri, baik skala kecil maupun besar. Misalnya, industri makanan ringan hingga bakery.
”Permintaannya terus tumbuh. Karena makin lama makin kreatif dalam penggunaannya,” jelas Davy.
Apalagi setelah melihat tren produk makanan di Korea dan Prancis. Banyak industri yang turut mengikuti tren tersebut sehingga juga mendorong permintaan di pasar lokal. Sekarang pihaknya memiliki tiga pabrik. Yakni, di Jakarta, Surabaya, dan Belawan.
”Utilitas masih 65–70 persen. Jadi, dengan kapasitas sekarang, masih mencukupi untuk 3–4 tahun ke depan. Kami belum ada rencana melakukan investasi baru,” urainya.
Untuk memperkuat bisnis, pihaknya telah membangun pusat riset dan pengembangan untuk bisa menyediakan produk sesuai trend kebutuhan pasar.
Davy menambahkan, Indonesia terletak di daerah garis khatulistiwa yang bisa menjadi lahan yang sangat subur bagi pertumbuhan kelapa sawit. Terbukti, sampai kini produksi kelapa sawit Indonesia mencapai 55 persen dari total seluruh produksi di dunia.
Dari data yang dirilis EU Parliamentary Report menulis sejak tahun 1965 hingga 2016, pembukaan lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit hanya 16,6 juta hektare. Sementara itu, untuk pembukaan lahan kedelai justru mencapai 95,2 juta hektare. Namun kontribusi produk kelapa sawit bisa lebih tinggi dibanding kedelai.
Untuk penggunaannya, minyak kelapa sawit juga banyak digunakan daripada minyak-minyak lain, datanya sebesar 37 persen.