Opini
Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 : Pesta Besar UMKM Indonesia
Pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali adalah momentum istimewa untuk para pelaku UMKM dari Sabang hingga Merauke. Jangan sia-siakan
Penulis : Eben Haezer, Sekretaris AJI Kota Surabaya
Krisis perekonomian pada 1998 pernah membuat Indonesia sedemikian terpuruk. Hampir semua sektor ekonomi terimbas oleh bagai moneter dahsyat tersebut. Namun para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia terbukti mampu menghadapinya. Kini, setelah 20 tahun berlalu, negeri ini mendapat kehormatan menjadi tuan rumah untuk pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 atau IMF-WBG Annual Meetings pada 8 Oktober hingga 14 Oktober 2018 mendatang. Pertanda apa?
Pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 adalah momentum penting di mana para pemimpin dunia membicarakan situasi perekonomian global terkini dan menemukan strategi-strategi penting untuk menurunkan angka kemiskinan, serta berbagai topik global lainnya.
Pertemuan ini adalah pertemuan terbesar di dunia dalam bidang ekonomi dan keuangan. Di sini, para Gubernur Bank Sentral serta Menteri Keuangan dari 189 negara anggota, para pelaku bisnis dan ekonomi sektor privat, akademisi, serta organisasi nonpemerintahan (NGO), akan hadir dan terlibat dalam sejumlah agenda yang telah disiapkan.
Di antaranya seminar, forum investasi, FGD, workshop, dan lain sebagainya. Total peserta, diperkirakan mencapai lebih dari 15 ribu orang.
Ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah ajang ini harus dipandang sebagai peluang untuk menunjukkan kepada para pemimpin dunia bahwa Indonesia adalah pemain penting dalam perekonomian dunia di masa mendatang.
Kemungkinan ke arah tersebut terbuka lebar seiring dengan dipersiapkannya visi Indonesia Emas 2045. Di masa itu, jumlah usia produktif di Tanah Air akan mendominasi jumlah populasi secara keseluruhan.
Jumlah usia produktif yang mendominasi populasi tersebut, saat ini coba diimbangi oleh pemerintah dengan geliat pembangunan infrastruktur di berbagai daerah, mulai dari Sumatera hingga Papua.
Dipilihnya Bali sebagi venue pertemuan tersebut tentunya bukan tanpa alasan. Penulis menganggap, Bali sudah tersohor sebagai salah satu destinasi favorit di Indonesia yang menjadi magnet bagi para pelancong mancanegara.
Dijadikannya Bali sebagai venue pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings, dapat dimanfaatkan sebagai pintu masuk untuk memperkenalkan potensi-potensi wisata lain yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, keuntungan dari pelaksanaan pertemuan tersebut tidak hanya diperoleh Bali.
Hal tersebut sudah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya dengan menjadikan Banyuwangi sebagai salah satu penopang pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings 2018.
Meski bukan sebagai lokasi utama pertemuan tersebut, namun Banyuwangi dipersolek sedemikian rupa agar para peserta pertemuan dari berbagai negara yang hadir di ajang tahunan ini juga melihat bahwa selain Bali, ada wilayah lain yang pariwisatanya tidak kalah cantik.
Apalagi, semenjak dipimpin oleh Bupati Abdullah Azwar Anas, Banyuwangi boleh dikatakan berhasil mengoptimalisasi potensi-potensi wisata, baik yang berbasis alam maupun budaya, yang mereka miliki.
Optimalisasi potensi-potensi wisata tersebut dibarengi pula oleh perbaikan infrastruktur. Salah satunya Bandara Banyuwangi yang terus dikebut menjadi bandara internasional. Dengan berbagai potensi tersebut, penulis meyakini bahwa Banyuwangi akan ‘kecipratan’ keuntungan dari pelaksanan IMF-WBG Annual Meetings 2018.