Bom Surabaya

Waspada! Orang Australia Sebut Dalang Bom Surabaya Bukan Dita, AU Belum Tertangkap

Dita Oeprianto awalnya diduga kuat sebagai pimpinan aksi bom bunuh diri sekaligus operator di lapangan.

Editor: Tri Mulyono
youtube
Dita Oeprianto bersama istri dan empat anaknya. 

SURYA.CO.ID - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan kini dibantu pasukan elite tim Penanggulangan Teror (Gultor) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD tengah memburu para anggota jaringan teroris, yang melakukan aksi bom bunuh diri di 3 gereja dan Mapolrestabes Surabaya serta Mapolda Riau.

Dita Oeprianto, warga Rungkut, Surabaya awalnya diduga kuat sebagai pimpinan aksi bom bunuh diri sekaligus operator di lapangan.

Dita sendiri telah tewas bersama istri dan empat anaknya. Dita mengajak istri dan anak-anaknya menjadi pelaku bom bunuh diri.

Dita telah mendoktrin istri dan anak-anaknya, mereka harus ikut beraksi agar nanti bisa masuk surga bersama-sama.

Masyarakat semula yakin Dita lah sebagai dalang serangan bom di Surabaya. Namun, belakangan ada informasi terbaru bahwa dalang sesungguhnya kemungkinan buka Dita.

Ada sosok lain yang lebih kuat, atasan Dita, yang merencanakan serangan teror.

Baca: Berikut Daftar Terduga Teroris yang Ditangkap Densus 88, termasuk Pimpinan JAD Disergap di Malang

Baca: Gempar! Wali Kota Risma Tiba-Tiba Sujud Minta Maaf di Hadapan Para Takmir Masjid se-Surabaya

Baca: Terkuak Kehidupan Mengerikan Para Simpatisan ISIS, Begini Pengakuan Dari Mantan Anggotanya

Baca: Sosok Pimpinan ISIS Paling Sadis, Pernah Bakar Tawanan Hidup-hidup dalam Sangkar

Baca: Pengamat Australia Mengungkap Siapa Saja Sasaran Utama Para Teroris di Indonesia

Informasi itu diungkapkan seorang jurnalis koresponden media asing ABC Australia, David Lipson.

David menuliskan cuitan tentang dalang pengeboman di Surabaya.

Rabu (16/5/2018), David menuliskan sejumlah cuitan tentang kelanjutan kasus yang telah menewaskan sejumlah orang ini.

Pertama, terkait keterangan yang diberikan oleh Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian, yang akan mengajak personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk bergabung memburu teroris.

 "Indonesia's Police Chief Tito has confirmed an anti-terrorist detachment of Kopassus (military's special forces unit) has joined the hunt for associates of the Surabaya bombings. Many Indonesians will be uneasy about Kopassus knocking on doors again".

Kedua, terkait inisial dalang pengeboman yang disebutkan secara gamblang oleh David.

David menuliskan Dita Oeprianto (sebelumnya ditulis Dita Supriyanto, red) bukan dalang pengeboman.

Seseorang berinisial AU diduga sebagai pelaku yang lebih senior yang merencanakan aksi ini.

"Indonesian police say they've captured the leader of JAD in East Java. His initials are AU. They had been saying Dito (father of church bombing family) was the leader, but seems there's someone more senior".

 Pada cuitan terakhir, David menuliskan ralat penulisan nama Dita yang sebelumnya ia tulis Dito.

"I mean Dita, not Dito. Fat fingers".

Diberitakan sebelumnya, Dita menjadi pelaku bom bunuh diri yang menyerang tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018).

Tidak sendiri, Dita yang merupakan warga Rungkut, Surabaya, juga mengajak anggota keluarganya terdiri istri dan empat anaknya.

Dikuti TribunSolo.com (grup Surya.co.id) dari Kompas.com, kepastian identitas pelaku diungkap oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

"Alhamdulilah, dari identifikasi sudah diketahui. Pelaku satu keluarga yang melakukan serangan ke 3 gereja," sebut Tito saat mendampingi Presiden RI Joko Widodo di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu(13/5/2018) petang.

Terkait sosok Dita, seorang netter dengan akun Facebook, Ahmad Faiz Zainuddin, yang mengaku sebagai adik kelas Dita semasa sekolah SMA mengungkap masa lalu Dita.

Menurut Ahmad, Dita sudah terpapar paham radikal sejak SMA.

Berikut pengakuannya sebagaimana dikutip TribunSolo.com (grup Surya.co.id) dari akun facebooknya, Senin (14/5/2018).

"Dari Islam Muram dan Seram, Menuju Islam Cinta nan Ramah

Dita Oepriarto adalah Kakak kelas saya di SMA 5 Surabaya Lulusan ‘91

Dia bersama-sama istri dan 4 orang anaknya berbagi tugas meledakkan diri di 3 gereja di surabaya. Keluarga yg nampak baik2 dan normal seperti keluarga muslim yg lain, seperti juga keluarga saya dan anda ini ternyata dibenaknya telah tertanam paham radikal ekstrim.

Dan akhirnya kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar2 terjadi saat ini.

...

Dan dari semua versi tadi, yg paling saya khawatirkan adalah versi kakak kelas saya mendiang Dita Supriyanto yg jadi ketua Anshorut Daulah cabang Surabaya ini. Saya sedih sekali akhirnya ini benar2 terjadi, tapi saya sebenarnya tidak terlalu kaget ketika akhirnya dia meledakkan diri bersama keluarganya sebagai puncak “jihad” dia, karena benih2 ekstrimisme itu telah ditanam sejak 30 tahun lalu.

Dia mengingatkan saya pada kakak kelas lain, ketua rohis SMA 5Surabaya waktu itu, yg menolak ikut upacara bendera karena menganggap hormat bendera adalah syirik, ikut bernyanyi lagu kebangsaan adalah bid’ah dan pemerintah Indonesia ini adalah thoghut.

Waktu itu sepertinya pihak sekolah tidak menganggap terlalu serius. Karena memang belum ada bom2 teroris seperti sekarang. semua sekedar “gerakan pemikiran”. Memang dia dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK) unt diajak diskusi, tapi kalau sebuah ideologi sudah tertancap kuat, seribu nasehat ndak akan masuk ke hati. Dan Akhirnya pihak sekolah menyerah, toh dia tidak bertindak anarkis, bahkan terkenal cerdas, lemah lembut dan baik hati.

Akhirnya Ketua rohis saya ini tiap upacara bendera i’tikaf di mushola sekolah. Btw kadang saya kalau lagi males upacara, ikut menemani dia di mushola dan ikut mendegarkan siraman rohaninya. Dan yg seperti ketua rohis saya ini tidak hanya di SMA 5, tapi yg saya tahu ada di hampir semua SMA dan kampus di surabaya atau bahkan di seluruh Indonesia.

Yg ingin saya katakan, Terorisme dan budaya kekerasan yg kita alami saat ini adalah panen raya dari benih2 ekstrimisme-radikalisme yg telah ditanam sejak 30-an tahun yg lalu di sekolah2 dan kampus2. Saya tidak tahu kondisi sekolah dan kampus saat ini, tapi itulah yg saya rasakan jaman saya SMA dan kuliah dulu.

Mohon jangan salah paham, main stream-nya pergerakan islam di sekolah dan kampus ini tidak se-ekstrim kakak kelas saya tersebut. Tapi ada cukup banyak yg sifatnya sembunyi2 dimana saya waktu itu ikut merasakan ngaji bersama mereka.

Serangkaian bom di tanah kelahiran saya dng tempat2 yg sangat akrab di telinga dengan segala kenangan masa kecil, plus pelaku utama yg terasa begitu dekat dengan memori masa2 SMA-Kuliah dulu ini membuat saya tersentak bahwa Ekstrimisme, Radikalisme, bahkan Terorisme ini sudah menjadi “Clear and Present Danger”. Ini tidak lagi sebuah film di bioskop atau berita koran yg terjadi nun jauh di negeri seberang. Ini sudah terjadi disini dan saat ini disekitar kita.

Maka kita harus menetralisir kegilaan ini sampai ke akar2nya. Tidak ada gunanya kita melakukan penyangkalan (denial) bahwa ini cuman rekayasa, pelakunya ndak paham islam, ini bukan bagian dari ajaran islam, ini pasti cuman adu domba, dll.

Nyatanya pelakunya masih sholat subuh berjamaah di mushola, lalu satu keluarga berpelukan sebelum mereka menyebar ke 3 gereja unt meledakkan diri. 

Kapolri Jenderal Tito Karnavian didampingi Kapolda Jatim Irjen Mahfud Arifin mendatangi Ruang Jenazah RS Bhayangkara, tempat para korban bom.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian didampingi Kapolda Jatim Irjen Mahfud Arifin mendatangi Ruang Jenazah RS Bhayangkara, tempat para korban bom. (surya/nuraini faiq)

Sebelumnya, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) akhirnya turun tangan untuk menangani aksi terorisme di Indonesia.

Kepala Staf Khusus Kepresidenan Moeldoko memastikan keberadaan Kopassus untuk menangani aksi terorisme ini berada di bawah kendali Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

"Kopassus ini berada langsung di bawah Panglima TNI," ujar Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, telah meminta bantuan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk ikut melakukan operasi bersama penangkapan teroris setelah terjadi tiga ledakan bom di Surabaya.

"Tadi pagi saya sudah telepon Panglima TNI Marsekal Hadi. Saya minta: Pak Kalau bisa kita bergabung. Saya akan kirim dari Kopassus. Terimakasih..." kata Tito Karnavian dalam acara Indonesia Lawyer Club di TV One, Selasa (15/5/2018) semalam.

Personel TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Gabungan Penanggulangan Teror (Gultor) TNI berhasil menangkap anggota kelompok Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) saat simulasi Latihan Gultor Tri Matra IX TA 2014 di Bandara Soekarno Hatta , Tangerang, Jumat (5/12/2014).
Personel TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Gabungan Penanggulangan Teror (Gultor) TNI berhasil menangkap anggota kelompok Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) saat simulasi Latihan Gultor Tri Matra IX TA 2014 di Bandara Soekarno Hatta , Tangerang, Jumat (5/12/2014). (antara/puspen tni/pras)

Tito berharap, mudah-mudahan Kopassus sudah bergabung karena akan ada beberapa penangkapan .

"Jangan sampai peristiwa seperti Surabaya, terjadi lagi. Kita akan tutup semua."

Pada Minggu (13/5/2018) di Surabaya, Tito juga mengatakan, "Saya sudah minta Bapak Panglima TNI, beliau kirimkan kekuatan untuk lakukan operasi bersama melakukan penangkan sel-sel JAD dan JAT yang diduga akan melakukan aksi," kata Tito.

Menurut Tito, penindakan terhadap terduga terorisme akan terus dilakukan.

"Saya perintahkan lanjut, ndak boleh berhenti. Kalau berhenti kita kasih nafas mereka dan mereka akan bergerak lagi," kata Tito.(TribunSolo.com/Noorchasanah A/Tribunnews.com)

Baca: Tak Ada Keluarga Temani Anak Pengebom Polrestabes Surabaya, Ia Hanya Mau Berbicara dengan Sosok Ini

Baca: Sempat Diduga Teroris dan Dibawa Densus 88 di Malang, Arifin Minta Nama Baik Dipulihkan

Baca: Terlantar, Keluarga Pelaku Bom Surabaya-Sidoarjo Tak Mau Akui dan Ambil Jenazah

Baca: FOTO-FOTO Anak-anak Pelaku Bom di Surabaya Bikin Trenyuh, Lewati Masa Kritis, Butuh ini

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved