Berita Malang Raya

Anak Tukang Bengkel Dari Malang Raih Nilai Unas SMA Tertinggi di Jawa Timur

Alikha, siswi SMAN 1 Lawang, anak tukang bengkel, berhasil meraih nilai Unas tertinggi di Jawa Timur. Ini sosoknya

Penulis: Benni Indo | Editor: Eben Haezer Panca
ist
Alikha (kanan) bersama sang ayahanda. 

SURYA.co.id | MALANG - Alikhatul Khoiroh (17), siswi SMAN 1 Lawang berhasil meraih nilai tertinggi Ujian Nasional jenjang SMA tingkat Jawa Timur..

Putri pertama Ahmad Suud yang bekerja di bengkel itu mendapatkan nilai 366. Bahkan nilai Matematikanya sempurna 100!

Keberhasilannya menjadi yang terbaik se-Jawa Timur di Jurusan Bahasa tidak ia sangka-sangka sebelumnya.

Diwawancarai Surya, Alikha, sapaan akrabnya hanya menargetkan menjadi yang terbaik di kelas. Namun nasib berkata lain, Alikha lebih mujur dari harapannya, ia menjadi yang terbaik se Jawa Timur.

Alikha sendiri mengetahui bahwa dirinya menjadi yang terbaik setelah membaca pesan di Grup WhatsApp. Pesan dari ketua kelas di sekolahnya itu berisi tabel nilai 10 terbaik Unas SMA di Jatim. Di tabel itu, namanya ada di urutan teratas dari sembilan nama yang berada di bawahnya.

“ Kaget dan tidak menyangka bisa se provinsi. Padahal awalnya sudah minder karena mungkin ada banyak jawaban yang salah,” ujarnya, Rabu (52/5/2018).

Jawaban salah yang dimaksud Alikha itu ketika ia mengerjakan tugas Bahasa Jerman. Ia saat itu berbeda jawaban dengan gurunya. Perbedaan itu membuatnya minder. Namun ternyata, ia mengetahui kalau jawabannya benar.

Alikha memang tidak pernah jauh dari prestasi. Sejak SD, ia sudah sering mendapatkan nilai baik. Ia pernah mendapatkan nilai tertinggi kedua kelulusan saat SD, begitu juga di SMP, dia sering masuk 10 besar. Saat di SMA, ia juga mendapatkan nilai di tiga terbaik try out.

Alikha juga pernah menjadi juara keempat saat ikut lomba Bahasa Jerman yang diselenggarakan di Universitas Negeri Malang pada 2016.

Alikha mengaku memang menyukai Bahasa Jerman. Bahkan, biodata akun instagramnya juga berbahasa Jerman. Meskipun memiliki keinginan bisa melanjutkan pendidikan ke Jerman, namun untuk saat ini ia ingin melanjutkan ke perguruan tinggi di Indonesia dulu.

“Mungkin nanti kalau S2 ke Jerman. Saya memang ingin ke Jerman, tentu saja saya ingin,” tegasnya.

Alikha ingin mengambil pendidikan Matematika atau Bahasa Jerman saat mengambil S1 di perguruan tinggi nantinya.

Menjadi yang terbaik, Alikha lantas tidak jumawa. Menurutnya, pencapainnya ini merupakan buah kerja keras dan dukungan guru serta rekan-rekannya.

“Saya sangat berterima kasih kepada guru dan teman-teman yang telah memberikan dukungan. Saya tidak menyangkan memang menjadi juara se Jatim,” tuturnya.

Ahmad Suud (44), ayah Alikha juga mengaku tidak menyangka kalau anaknya menjadi yang terbaik se Jawa Timur. Suud tiada hentinya mengucapkan syukur saat berbincang dengan Surya.

Ia mendapat kabar saat sedang bekerja di di bengkel milik temannya. Lelaki yang sudah bekerja di bengkel sejak 1994 itu awalnya mengira kalau putri pertamanya menjadi yang terbaik di kelas.

“Lah ternyata se Jawa Timur. Ini memang di luar dugaan. Namun saya bersyukur,” urai suami Susi Widiati itu.

Suud pun mengutarakan kesenangannya atas pencapaian anaknya. Ia menyerahkan semuanya kepada anaknya pilihan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi.

Suud sangat mendukung Alikha melanjutkan ke perguruan tinggi. Meskipun, ia harus bekerja keras di bengkel.

Dijelaskan ayah dua orang anak itu, dalam sebulan ia mendapatkan pendapatan kisaran Rp 2.5 juta hingga Rp 4 juta. Namun Suud tak mau patah arang untuk menyekolahkan kedua anaknya.

“Ada adik masih kelas 4 SD. Sedangkan ibu, menjadi ibu rumah tangga saja,” tuturnya.

Suud berharap putri pertamanya bisa mendapatkan beasisiwa atau keringanan biaya kuliah. Ia juga menceritakan kalau Alikah sebelumnya mendapatkan jalur undangan di Universitas Brawijawa dan Universitas Negeri Malang. Namun nama Alikha tidak masuk di dalamnya.

“Padahal Smanela yang ambil Bahasa Jerman hanya satu, anak saya saja. Saya tidak tahu kenapa Alikha tidak lolos,” terangnya.

Berbeda dengan Alikha, Suud ingin anaknya sekolah di STAN dan bekerja sebagai pegawai pajak. Namun ia tidak memaksakan hal itu kepada putrinya. Menurutnya, putrinya memiliki pilihannya sendiri.

Suud juga sedikit menceritakan keseharian Alikha di rumah. Di rumah, keseharian Alikha terbilang biasa. Namun Suud mengatakan ada jam khusus bagi Alikha untuk belajar. Biasanya selepas isya hingga sekitar pukul 10.

“Saya sebagai orangtua bangga, sekaligus berterima kasih kepada para guru dan teman-temannya juga,” pungkasnya.

Kepala Sekolah SMA N 1 Lawang, Supaat Msi mengatakan pencapaian Alikha itu merupakan pencapaian yang baru pertama kali terjadi di SMAN 1 Lawang. Biasanya, SMAN 1 Lawang hanya mencapai di tingkatan kabupaten saja.

“Ini kali pertama mencapai tingkatan provinis,” tandasnya.

Atas pencapaian itu, Supaat berencana akan memberikan reward kepada Alikha berupa uang pembinaan dan buku bacaan. Dari SMAN 1 Lawang, ada dua siswa yang masuk 10 besar.

Selain Alikha di urutan pertama, ada nama Erlista Maulidhea Vara yang berada di urutan ketiga.

Atas pencapaian ini, Supaat akan berupaya mempertahankan prestasi yang telah terukir. Ia mengatakan, tritmen yang saat ini diterapkan akan dipertahankan untuk anak-anak SMA N 1 Lawang berikutnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved