Berita Banyuwangi
Pekerjaan Besar Bebaskan Muncar dari Sampah, Ini yang Dilakukan Pemkab Banyuwangi
Anas menuturkan membebaskan Muncar dari sampah, menjadi salah satu perhatian Banyuwangi saat ini.
Penulis: Haorrahman | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | BANYUWANGI - Kecamatan Muncar, Banyuwangi, merupakan daerah dengan potensi laut yang sangat besar. Bahkan Muncar dikenal sebagai pelabuhan ikan terbesar di Jawa, dan terbesar kedua di Indonesia.
Namun, satu masalah yang ada di Muncar yakni sampah. Perlahan tapi pasti, kini sampah itu berangsur berkurang meski belum sepenuhnya bersih.
"Ini pekerjaan berat. Membersihkan Muncar dari sampah memang berat. Tapi kami yakin, dengan pengalaman kami menangani kawasan yang dulunya kotor menjadi bersih, dan semangat masyarakat Muncar untuk berubah, kami yakin bisa," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Minggu (29/4).
Anas menuturkan membebaskan Muncar dari sampah, menjadi salah satu perhatian Banyuwangi saat ini. Itulah yang membuat Festival Kali Bersih (FKB) tahun ini, digelar di Sungai Kalimoro, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar. Sungai ini merupakan salah satu sungai yang muaranya di laut Muncar.
"Kami menggelar FKB di sarang sampah. Sungai ini dulunya kotor, sekarang berangsur bersih. Kami akui memang berat untuk membebaskan seluruh pantai di Muncar menjadi bersih. Tapi kami yakin bisa, contohnya sungai ini," kata Anas.
Anas mengatakan, Muncar merupakan muara dari banyak sungai. Selain itu masih ada sebagian masyarakat yang sulit menghilangkan kebiasaan membuang sampah di sungai dan laut.
Karena itu, menurut Anas, membebaskan Muncar dari sampah merupakan pekerjaan besar. Butuh kolektivitas, tidak bisa bekerja sendiri.
Pemkab Banyuwangi bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah merangkul organisasi nonprofit dunia yang telah berpengalaman dalam pengelolaan sampah laut, Systemiq, yang bearifilasi dengan organisasi serupa dari berbagai negara.
"Ini adalah pekerjaan besar, perlu kolektivitas. Mulai dari RT/RW, kelompok pemuda, masyarakat, TNI/Polri, perusahaan, dan pemerintah, harus terlibat dalam program ini," kata bupati 44 tahun itu.
Anas mengintruksikan, dalam satu bulan ada pantai di kawasan Muncar yang bersih dan bisa menjadi pilot project, untuk dijadikan tempat wisata. Dengan demikian nantinya secara perlahan bisa membersihkan seluruh pantai di Muncar.
"Kami ingin Muncar menjadi tempat baru," tambah Anas.
Anas mencontohkan, Banyuwangi telah berpengalaman dalam membersihkan tempat yang dulunya kotor menjadi destinasi wisata. Seperti di Pantai Boom, Cacalan, Watudodol, dan banyak pantai lainnya, bagaimana dulunya merupakan tempat yang kotor, kini bersih dan menjadi wisata banyak dikunjungi orang.
Menurut bupati yang telah memasuki periode kedua tersebut, kehidupan nelayan seperti di Muncar memilki literatur yang menarik. Muncar memiliki daya tarik yang eksotik.
"Saya pernah membaca sebuah majalah luar negeri yang terkenal, yang dimuat bukan Kawah Ijen, Pulau Merah, atau tempat wisata alam di Banyuwangi lainnya, tapi justru tradisi Petik Laut Muncar. Ini menunjukkan Muncar memiliki daya tarik, tapi syaratnya harus bersih," tambah Anas.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, Husnul Chotimah, menambahkan FKB sengaja digelar di karena sungai ini bermuara di laut Muncar dan membentang di sekitar pemukiman nelayan.
“Sengaja kami pilih lokasi ini untuk meningkatkan awareness masyarakat setempat untuk membudayakan hidup bersih, salah satunya tidak membuang sampah di kali. Kita ajak masyarakat bersama-sama nyemplung dan membersihkan sungai Kalimoro. Tentu kami berharap ini tidak hanya dikerjakan saat launching saja, tapi dijadikan gaya hidup. Maka kesadaran yang kita bangkitkan,” ujar Husnul.
“Selanjutnya, secara bertahap kita akan melakukan penataan kawasan di wilayah Muncar karena kita tengah merancang daerah ini sebagai destinasi wisata pelabuhan,” tambahnya.