Citizen Reporter
Blunyo alias Gamat, Kenyal Menantang di Mulut
Blunyo atau teripang emas yang masih segar dan kenyal diaduk dengan bumbu rujak segar. Segera suap dan rasakan sensasi kenyal dan dingin.
Dengan laut yang luas, Indonesia merupakan surga kuliner hasil laut. Dapat dipastikan di setiap kota di pesisir memiliki makanan atau jajanan khas. Ada yang dominan pedas, asin, manis, sampai yang ekstrem.
Itu seperti yang bisa ditemui di Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik. Warung makan yang buka mulai pukul 07.00–15.00 itu banyak dicari. Meski jam bukanya hingga pukul 15.00, biasanya setelah jam makan siang dagangan sudah ludes.
Keekstreman makanan ini bukan hanya terletak pada penyajian atau cita rasanya, melainkan juga bahan dasar yang digunakan. Warung yang dikelola Mbak Is, demikian orang-orang memanggil pemilik warung, memang unik.
Sajiannya khas karena menggunakan teripang emas yang dalam bahasa Inggris disebut golden sea cucumber. Dalam bahasa Melayu biasa disebut gamat.
Warga setempat menyebutnya blunyo. Hewan itu biasa ditemukan di daerah pasir lumpur. Dalam dunia kesehatan, blunyo banyak diolah menjadi kapsul. Kadar proteinnya yang tinggi membuatnya banyak dicari.
Menyaksikan blunyo yang kenyal dan berlendir seperti kerang, sebenarnya tidak masalah. Yang menjadi masalah, blunyo di Warung Mbak Is disajikan segar alias tidak dimasak terlebih dulu.
Dari utuh lalu dipotong kecil-kecil seukuran dadu kemudian dicampur dengan bumbu begitu saja. Biasanya blunyo disajikan dengan bumbu rujak pedas-segar atau bumbu urap.
Tantangan datang ketika Mbak Is meminta mencicipi blunyo mentah tanpa bumbu. Begitu masuk mulut, rasa aslinya muncul. Potongan blunyo kenyal itu seperti memenuhi lidah. Supaya perut tidak memberontak, blunyo di mulut langsung ditelan. Glek.
Ternyata itu justru mengundang tantangan berikutnya dari pemilik warung. Ia menyediakan blunyo mentah lagi.
“Tidak apa-apa. Dikunyah saja,” kata Mbak Is.
Suap kedua tak berselang lama. Begitu blunyo masuk mulut, adegan seperti pada suap pertama kembali muncul. Akan tetapi, dengan kesadaran penuh untuk menjawab tantangan, potongan itu dikunyah.
Ada sensasi menggigit permen yuppy yang kenyal, tetapi teksturnya jauh lebih keras. Tidak ada rasa dominan, anyir pun sedikit saja. Itu juga tidak membikin muntah.
Suap ketiga dan keempat berikutnya adalah untuk meyakinkan suap sebelumnya bukan kebetulan. Dengan kesadaran yang lebih baik dari sebelumnya, blunyo di mulut terdengar gemeletuk setiap kali digigit.
Barangkali teksturnya yang khas itulah yang menjadikan blunyo menjadi incaran banyak orang. Di sana dia menjadi primadona. Sensasi crunchy yang khas menjadi incaran banyak orang.
Selain disajikan bersama bumbu, blunyo biasanya juga disantap dalam bentuk kerupuk. Mbak Is juga memberi tips mengolah blunyo.
“Ketika memasak blunyo usahakan jangan direbus. Karena bukan hanya menyusut, kadar air dalam blunyo bisa habis jika berada dalam air panas,” katanya.
Alvin Nuha
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Trunojoyo Madura