Kisah Juara Dunia Bulutangkis asal China yang Kini Menetap di Klaten, Sempat Dituduh Berkhianat
Nama Huang Hua bisa disandingkan dengan pebulutangkis legenda Indonesia Susi Susanti.
SURYA.co.id - Pecinta bulutangkis era 1990-an pasti tidak asing dengan nama Huang Hua.
Dia adalah pebulutangkis asal China yang pernah meraih juara dunia.
Nama Huang Hua bisa disandingkan dengan pebulutangkis legenda Indonesia Susi Susanti.
Keduanya, kerap menjadi penentu perebutan gelar juara dalam sebuah kejuaraan internasional.
Tahun 1991, Huang Hua menyabet gelar pemain nomor satu dunia.
Saat itu pula berbagai gelar kejuaraan dunia disabetnya.
Saat karirnya menanjak, Huang Hua terserang penyakit infeksi pankreas.
Selama 40 hari, ia dirawat di rumah sakit.
Saat menjalani perawatan di rumah sakit, Huang Hua dilamar Tjandra, pria asal Klaten.
Baca: Setelah 21 Tahun Berlalu, Kate Winslet Masih Dihantui Adegan Tanpa Busana di Film Titanic
Baca: Benarkah Saddam Husein Masih Hidup, yang Dikubur adalah Kembarannya? Ini Penjelasan Agen CIA
Baca: Heboh Isu Transgender Lucinta Luna, Dorce Gamalama Angkat Bicara, Bikin Netter Salut!
Baca: BTS Menduduki Puncak Penjualan Amazon untuk Pre-Order Album Love Yourself: Tear
Tjandra mengenal Huang saat Huang mengikuti turnamen Indonesia Open di Malang tahun 1991.
Selesai bermain, Huang Hua diajak Chen, pelatihnya yang berkerabat dengan Tjandra, ke Klaten.
"Waktu itu saya mengikuti Indonesia Open di Malang. Terus pelatih saya, setiap tahun mengunjungi keluarganya di Klaten. Kebetulan saya saat itu sudah selesai main lalu saya diajak ke Klaten. Lalu berkenalan dengan Tjandra. Tetapi kenal hanya sekedar say hallo saja," kata Huang Hua.
Tjandra ternyata menyukai Huang Hua.
Tjandra mulai intens ke China untuk lebih dekat dengan Huang.
"Untuk tambah dekat dengan Huang Hua saya sering ke sana. Dan di sana saya belajar bahasa Mandarin selama setengah tahun agar mudah berkomunikasi dengan Huang Hua," kata Tjandra.
Dituduh Berkhianat
Saat akan memboyong Huang Hua, Tjandra mengalami kesulitan. Apalagi saat itu posisi tim Indonesia dan China masih kuat di dunia bulu tangkis.
"Saat itu mau membawa Huang Hua keluar saja kesulitan. Pasalnya Huang Hua menjadi aset negara China saat itu," ujar Tjandra.
Tak hanya itu, ada media di China yang menulis Huang Hua berkhianat setelah menikah dengan Tjandra.
Karena itu, Huang Hua memilih tidak bermain bulu tangkis setelah menikah dengan Tjandra.
"Kalau Huang Hua main dari Indonesia maka finalnya pasti ketemu China. Kalau ketemu China kalah pasti dikiranya mengalah. Tetapi kalau menang ,Chinanya pastinya nggak senang," ujar Tjandra.
Usai menikah, Huang Hua dan Tjandra tidak langsung tinggal di Klaten.
Keduanya memilih tinggal di Amerika Serikat (AS) selama beberapa tahun.
Di AS, Huang Hua belajar bahasa dan Tjandra sekolah di penerbangan. "Dan tidak sampai seratus jam saya sudah lulus," jelas Tjandra.
Setelah puluhan tahun hidup di Indonesia, Huang Hua sudah akrab dengan masakan Indonesia.
Ia menyukai rendang, rawon, ayam goreng hingga nasi kuning. "Kalau masak masakan jawa belum bisa. Tapi kalau masakan China bisa dan enak," ungkap Tjandra.
Beberapa waktu lalu, Tjandra mengajak istrinya itu bermain ketoprak berjudul Rebut Kuasa pada perayaan Imlek 2018. Ia berperan sebagai Jagawara dan Huang Hua memerankan istri Jagarawa.

Tjandra menerima tawaran main ketoprak yang dimainkan warga keturunan Tionghoa itu setelah ada permintaan Pemkab Klaten.
Meski sudah lancar berbahasa Indonesia, Tjandra menyatakan terkadang orang masih tersenyum mendengarkan Huang Hua berbahasa Indonesia. "Orang lain dengarnya lucu. Omongnya masih terbalik-balik," ujar Tjandra.
Huang Hua yang kini lancar berbahasa Indonesia juga menceritakan bagaimana susahnya move on dari dunia bulu tangkis.
Selama dua tahun awal di Indonesia, Huang Hua kesulitan karena berada lingkungan baru dan tidak punya teman.
"Setelah pensiun dari tim China sejak tahun 1993, selama empat hingga lima tahun saya seperti susah terlepas dari bulu tangkis. Saya seperti kangen terus bermain bulu tangkis. Namun situasi sepertinya tidak memungkinkan saya main lagi. Dan akhirnya saya memilih fokus mengurus rumah tangga," ujar Huang Hua.
Walau tidak lagi bermain, Huang Hua masih mengikuti pertandingan di televisi. Sepuluh tahun setelah pensiun dari timnas China, ia masih sempat berkumpul dengan eks pemain dunia untuk reuni di Jepang.
"Jadi mantan juara dunia kumpul bertanding di Jepang di Osaka," kenang Huang Hua.
Ia juga masih sering berkomunikasi dengan lawan mainnya, mantan pemain kelas dunia asal Indonesia, Susi Susanti.
Bahkan sesekali, ia bersama suaminya menyambangi dan berdiskusi dengan Susi di markas pelatnas PBSI di Jakarta.
Setelah lama menetap di Indonesia, tawaran menjadi pelatih tunggal putri Indonesia pun pernah didapatkannya. Namun putri pasangan Huang Yu Hui dan Shi Juan itu menolak tawaran itu.
Bagi Huang Hua, melatih sebuah tim butuh totalitas waktu dan pikiran.
Keberadaannya sebagai ibu rumah tangga yang harus menjaga tiga anak dan dan tinggal jauh dari Jakarta menjadi alasannya menolak tawaran jadi pelatih pemain putri Indonesia.
"Setelah saya bicara dengan suami dan anak-anak bila saya jadi pelatih saya harus ke Jakarta. Semua waktu harus fokus melatih makanya bagi saya sangat berat. Apalagi bisnis suami saya semuanya di sini," kata Huang Hua.
Menurut dia, menjadi pelatih tidak bisa sambilan.
Seorang pelatih yang baik harus mendedikasikan waktu dan tenaganya secara penuh untuk melatih pemainnya menjadi yang terbaik.
"Semua pelatih yang saya lihat penuh dengan dedikasi dan tidak bisa bekerja sambilan. Jadi pelatih juga harus mengikuti seluruh perkembangan pemain," ungkap Huang Hua.
Tentang tim putri bulu tangkis Indonesia saat ini, Huang Hua menilai tim tunggal putri Indonesia masih butuh perjuangan.
Ia menilai pemain tunggal putri Indonesia main kurang percaya diri. "Saya lihat pemain ladies single main kurang percaya diri. Padahal saya lihat mereka latihannya keras lho. Dan sekarang masih dibenahi sama Susi," jelas Huang Hua.
Bagaimana caranya menumbuhkan rasa percaya diri? Huang Hua menyatakan, mental dan teknis mainnya harus kuat.
Ia mencontohkan pemain tunggal putri India dan Jepang yang berjuang gigih dan pantang menyerah saat bertanding.
Huang Hua pernah mencoba melatih tiga putranya saat masih kecil, yaitu Tjandra Michael (22), Tjandra Christian (18), dan Tjandra William (18) agar tertarik bermain bulutangkis.
Namun rupanya tiga putranya itu tak tertarik. "Saat masih kecil saya pernah coba ajarkan mereka latihan. Saya ingin waktu itu anak saya lebih baik dari saya. Tetapi rupanya mereka tidak menyukai bulu tangkis, " kata Huang Hua tersenyum.
Baca: Kevin Hillers Baru Merasa Dijebak Setelah Menikmati Bibir Lucinta Luna
Baca: Agamanya Kembali Diperdebatkan, Sophia Latjuba Beri Jawaban Makjleb
Baca: Nelayan di Kupang Temukan Muntahan Ikan Paus, Harganya Bisa Capai Rp 3,3 Miliar, Lihat Videonya
Baca: Sinopsis Shani ANTV Episode 43 Kamis 19 April 2018, Kekuatan Apa yang Diinginkan Raahu?
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Kisah Huang Hua, Mantan Pebulu Tangkis Dunia Asal China yang Menetap di Klaten (1)