Single Focus
Terminal Kedungcowek Surabaya Ditinggalkan Para Sopir
Terminal Kedungcowek senasib dengan terminal-terminal lain di Surabaya yang ditinggalkan penumpang. Seperti apa kondisinya...
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Di Surabaya tak cuma terminal Joyoboyo yang merana. Kondisi yang sama juga terjadi di 2 terminal lainnya, Kedungcowek dan Bratang.
Terminal Kedungcowek yang berlokasi di sisi barat kaki Jembatan Suramadu Kenjeran, kondisinya memprihatinkan.
Deretan bangku panjang dibiarkan melompong tanpa ada satu pun yang duduk di situ. Areal los dan memanjang di deretan jalur kedatangan dan keberangkatan, juga dalam kondisi sama.
Pantauan Surya, sepanjang Jumat (13/4) siang, tak satu pun lyn masuk terminal. Padahal, areal terminal itu mencapai seluas 7.000 meter persegi. Tidak ada aktivitas lalu lalang, apalagi kegiatan ekonomi warga di objek strategis milik Pemkot Surabaya ini. Deretan kios yang dibangun di areal dalam terminal, semuanya tutup.
Hanya ada sejumlah petugas yang duduk-duduk di terminal yang dibangun megah ini.
"Ngisis (mencari angin) enak di sini," kata petugas kebersihan.
Hingga pukul 14.00, hanya ada satu angkot kuning yang berlalu di depan terminal. Namun, tidak masuk terminal.
Pintu utama yang didesain untuk dua sisi jalur kedatangan dan keberangkatan, tampak melompong.
Begitu juga pelataran dan shelter lyn berlantai paving juga kosong. "Seperti kuburan terminal ini," kata Rosyid, warga Kenjeran yang kebetulan melintas di Terminal Kedungcowek.
Wakil Kepala Sub Unit Terminal Kedungcowek, Ahmad Syafi'i menuturkan, saat ini hanya ada dua petugas khusus terminal. Yakni dirinya dan Kepala Sub Unit Terminal Agus Tohir.
Keduanya yang bertanggung jawab atas tata kelola terminal, yang semula bernama Terminal Tambak Wedi ini.
Selain itu, masih ada enam petugas lain di terminal yang beroperasi sejak September 2014 itu.
"Kami diminta tetap merapikan taman dan pohon. Meski kondisinya sepi," tutur Syafi'i.
Pihak terminal tidak tahu berapa puluh miliar dana digunakan untuk membangun fasilitas publik itu. Sarana pendukung musala dan toilet juga tersedia.
"Setiap orang kini punya motor dan hape. Sekarang ada ojek online," kata Syafi'i memberi alasan.
Tanpa Kajian
Situasi kekinian terminal itu sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya.
Kepala Organda Surabaya, Sonhaji menyebutkan bahwa penetapan lokasi terminal ini tanpa ada kajian yang utuh.
"Kami juga tidak tahu kenapa lokasinya di kaki Suramadu. Jauh dari pemukiman dan jauh dari keramaian kota. Tidak mungkin lyn mau masuk kalau sepi begitu," papar Sonhaji.
Ia tidak yakin kondisi Terminal Kedungcowek akan bangkit. Kecuali ada terobosan luar biasa, atau minimal ada aturan yang mewajibkan lyn tetap beroperasi dengan cara dijamin Pemkot.
"Misal, ada atau tidak ada penumpang, lyn tetap mendapat semacam kompensasi dari Pemkot," ucap Sonhaji.