Hari Perempuan Internasional - Ada 8 Perempuan Hebat di Dunia, Mulai Sri Mulyani hingga Mao Hengfeng

Pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Editor: Tri Mulyono
Amnesty.org
Maohengfeng 

SURYA.CO.ID -  Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada tanggal 28 Februari 1909 di New York, Amerika Serikat dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis Amerika Serikat.

Demonstrasi pada tanggal 8 Maret 1917 yang dilakukan oleh para perempuan di Petrograd memicu terjadinya Revolusi Rusia.

Sejak saat itu, Hari Perempuan Internasional  atau dalam bahas Inggris International Women's Day adalah hari yang dirayakan pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya.

Hari Perempuan Internasional secara resmi dijadikan sebagai hari libur nasional di Soviet Rusia pada tahun 1917, dan dirayakan secara luas di negara sosialis maupun komunis.

Pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.

 Perayaan ini bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di seluruh dunia dan kesetaraan hak-haknya.

Selain itu, perayaan ini juga bertujuan untuk mendukung perempuan agar mereka bisa semakin bebas dan mendapat ruang kreasi positif bagi dirinya.

Untuk mendapatkan pengakuan kesetaraan perempuan ini, memang tak mudah.

Di beberapa negara bahkan masih ada yang menganggap derajat perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.

Perbedaan inilah yang membuat banyak perempuan berjuang untuk hak asasinya.

Namun kini, banyak perempuan hebat berprestasi yang bisa memberikan inspirasi bagi orang lain.

Dilansir dari Tribunnews dan Kompas.com, berikut beberapa perempuan hebat di kancah internasional :

1. Yasmin Gull

Yasmin Gull
Yasmin Gull ()

Perempuan Pakistan ini adalah perempuan yang berani untuk menantang Taliban.

Ia tak bisa tinggal diam melihat perempuan dilarang untuk bekerja sosial dan tidak boleh meninggalkan rumah.

Yasmin nekat keluar rumah dan membantu perempuan dengan cara mengajar mereka.

Ia mengajarkan bahwa perempuan memiliki hak untuk mendapat pendidikan, hak suara, dan juga mendapat perawatan kesehatan.

2.Kishali Pinto Jayawardena

Kishali Pinto Jayawardena
Kishali Pinto Jayawardena (nikkei.com)

Perempuan ini adalah salah satu kritikus HAM paling vokal di Sri Lanka.

Di Sri Lanka, siapa saja yang berani bicara dan menentang rezim akan diintimidasi, ditangkap atau dibunuh.

Namun ia tak gentar dan tak memikirkan risiko keselamatannya sendiri.

3. Monica Paulus

Monica Paulus
Monica Paulus (Blogspot.com)

Dua dari tiga perempuan di Papua Nugini mengalami kekerasan gender, kekerasan dalam rumah tangga, dan juga tuduhan palsu sebagai tukang sihir.

Bahkan tak ada lagi tempat di penampungan untuk menampung para korban.

Namun Monica Paulus menjadi sukarelawan untuk membantu kondisi korban yang mengalami kekerasan dan penyanderaan.

Monica menyakinkan polisi untuk menyelamatkan mereka, menyediakan makanan dan tempat tinggal yang aman.

"Anda melihat banyak perempuan yang mengalami trauma setelah disiksa. Duduk saja dan melihatnya tidak akan membantu mereka. Lakukan apa yang harus Anda lakukan untuk membantu mereka," kata Monica kepada Amnesty International.

4. Isatou Touray

Isatou Touray
Isatou Touray (How Africa News)

Perempuan Gambia bergelar dokter ini berjuang untuk berkampanye menentang pemotongan kelamin perempuan.

Kondisi ini dialami oleh 4 dari 5 perempuan di Gambia.

Touray adalah pendiri sekaligus direktur eksekutif The Gambia Committee on Traditional Practices.

Karena pekerjaannya, ia terus-menerus diancam pemerintah, dijatuhi tuduhan palsu dan dipenjara.

Meski demikian, organisasinya telah menghasilkan 125 praktisi yang setuju untuk menentang hal ini.

5. Aida Quilqué

Aida Quilqué
Aida Quilqué (Kompas.com)

Aida adalah seorang Kepala Adat Kolombia yang memperjuangkan hak-hak rakyatnya untuk hidup dengan damai di tanah mereka.

Perjuangannya ini dihadapkan pada sebuah ancaman hukuman mati oleh kelompok bersenjata setempat dan ditangkap karena tuduhan palsu.

Tak hanya itu, suaminya mati tertembak oleh Angkatan Darat Kolombia.

Putrinya yang berusia 12 tahun juga diancam dengan pistol.

Namun ia tak gentar membela rakyatnya.

(Kerap Disamakan Dengan Sosok Roman Chmelo, Begini Kata Balsa Bozovic)

Akhirnya ia meraih nominasi untuk International Human Rights Award.

6. Wajeha H Al-Huwaider

Wajeha H Al-Huwaider
Wajeha H Al-Huwaider (thewomenseye.com)

Wajeha adalah aktivis perempuan dari Arab Saudi.

Ia memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mengemudi.

Wajeha tidak terima karena perempuan selalu dilecehkan, diintimidasi dan ditangkap polisi ketika mereka mengemudi.

Bahkan, perempuan juga dihukum 10 kali cambukan karena menyetir mobil.

Wajeha adalah aktivis perempuan Saudi pertama yang memposting dirinya sedang menyetir mobil di Arab.

Sejak saat itulah kampanye untuk mengizinkan perempuan mengemudi menjadi sebuah gerakan perempuan.

7. Mao Hengfeng

Maohengfeng
Maohengfeng (Amnesty.org)

Perempuan China ini tak kapok dan putus asa untuk memperjuangkan hak perempuan sekalipun sudah disiksa dan ditahan oleh rezim China.

Kebrutalan rezim China ini tak menghalanginya membantu orang-orang yang diusir dari rumah mereka dan juga memperjuangkan hak perempuan untuk tidak dipaksa melakukan aborsi.

Baca: Berada di ATM, Pria Sidoarjo Ini Bukannya Mengambil Uang, Malah Lakukan Perbuatan Ini

8. Sri Mulyani

Sri Mulyani
Sri Mulyani (TRIBUNNEWS)

Khusus di Indonesia, bolehlah kita memasukkan nama Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai perempuan yang bisa memberikan inspirasi.

Sri Mulyani Indrawati lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26 Agustus 1962; umur 55 tahun) adalah wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Jabatan ini diembannya mulai 1 Juni 2010 hingga dia dipanggil kembali oleh Presiden Joko Widodo untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan menggantikan Bambang Brodjonegoro.

Dia mulai menjabat lagi sejak 27 Juli 2016. Sebelumnya, dia menjabat Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu.

Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura.

Ia juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalahGlobe Asia bulan Oktober 2007.

 Sri Mulyani Indrawati mendapatkan Penghargaan Menteri Terbaik di Dunia (Best Minister in the World Award) di World Government Summit yang diselenggarakan di Dubai, Uni Arab Emirates.

Penghargaan tersebut diserahkan oleh pemimpin Dubai, Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum, 11 Februari 2018 lalu.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved