Entertainment

Penggunaan Bahasa Jawa di Film Yo Wis Ben Banyak Dinyinyiri Netizen, Begini Jawab Bayu Skak

Film Yo Wis Ben yang digarap Bayu Skak menggunakan dialog bahasa Jawa. Ini sempat mengundang komentar negatif pecinta film. Lalu Apa kata Bayu?

Penulis: Benni Indo | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/benni indo
Para pemain Yo Wis Ben saat berada di Malang. 

SURYA.co.id | MALANG – Para pemeran film Yowis Ben mempromosikan film mereka di Kota Malang, Minggu (18/2/2018).

Film Yowis Ben ini dibintangi oleh Bayu Skak sebagai tokoh utama, kemudian ada Cut Meyriska, Brandon Salim, Joshua Suherman, Glence Chysara, Aliyah Faizah dan Tutus Thomson.

Film itu sendiri sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam dialognya.

Bayu Skak, penulis skenario dalam film ini mengatakan, penggunaan bahasa Jawa dalam film ini mencakup 80 persen.

Penggunaan bahasa Jawa menjadi hal yang sengaja ingin ia tonjolkan.

Menurutnya, dengan menggunakan bahasa Jawa, ia bisa menunjukkan keragaman yang ada di Indonesia.

“Saya lahir di Malang. Besar di Malang. Jadi saya ingin berkarya sesuatu hal tentang tanah kelahiran saya,” ujar Bayu.

Bayu sendiri mengaku sempat memendam kegeraman pasca triller film ini dipublikasikan. Pasalnya, banyak yang berkomentar negatif karena film ini menggunakan bahasa Jawa.

“Saya tidak masalah dianggap goblok, tapi jangan Jawa. Jawa itu banyak. Itu komentar yang sangat tidak baik,” paparnya.

Butuh waktu bagi Bayu untuk membalas komentar-komentar pedas netizen. Sebulan setelah ia mengetahui adanya komentar negatif seperti itu, ia pun menggugah videonya di YouTube dan menjelaskan alasannya menggunakan bahasa Jawa.

“Karena itu saya bikin video khusus. Intinya di video itu saya menghimbau, budaya jangan dilupakan,” tegasnya.

Terlepas dari hal itu, produser Chand Parwez Servia mengatakan penggunaan bahasa ibu di perfiman nasional adalah bukti keragaman Indonesia. Ia mengapresiasi kreativitas Bayu dalam penggunaan bahasa Jawa.

“Saya paham Yowis Ben ini harus tetap memakai dialog bahasa Jawa dengan terjemahan karena mengambil lokasi syuting di Malang,” ujar Parwez.

Parwez juga mengutarakan keheranannya. Di Indonesia ini orang memahami tentang kebhinekaan yang berarti keberagaman. Namun ketika ada orang yang menampakkan kebhinekaannya, malah dihujat.

Sementara itu, sutrada film Fajar Nugros mengatakan meskipun film ini menggunakan bahasa Jawa, namun penonton dipastikan tidak akan kesulitan memahami dialog dalam film. Ada terjemahan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia dalam film.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved