Berita Surabaya
Kurangi Tumpukan Sampah, Guru dan Siswa ini Manfaatkannya Jadi Hiasan Meja dan Bros
Pengalaman menarik disampaikan guru dan siswa SDN Tanah Kali Kedinding 1 Surabaya.
Penulis: Achmad Pramudito | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Jangan remehkan sampah di rumah. Karena dengan sedikit ketrampilan maka sampah yang sekilas tak bermanfaat itu justru bisa jadi barang bernilai jual.
Pengalaman menarik disampaikan guru dan siswa SDN Tanah Kali Kedinding 1 Surabaya.
Mereka berhasil membuat hiasan meja berbentuk bunga matahari dari bahan sisa dapur, seperti bongkol bawang putih, potongan kawat kabel, dan potongan kertas karton.
Awalnya, mereka tidak memahami bahwa barang-barang tersebut bisa dirangkai menjadi bentuk yang menarik setelah diberi warna dan dipotong dengan ukuran tertentu.
Setelah mengikuti workshop yang digelar di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya sekitar sebulan lalu, mereka pun mulai mencobanya.
“Yang paling sulit adalah mendapatkan bongkol bawang putih,” ucap Yuli Astikasari guru SD Tanah Kali Kedinding 1/251, Kenjeran, Surabaya.
Menurut Yuli, dirinya sudah berkeliling ke pasar-pasar tradisional untuk mendapatkan barang yang dimaksud, tetapi jawaban yang diperoleh sama: tidak ada. Sebab pedagang menjual sekaligus dengan bongkolnya.
Tetapi, berkat kesabaran tim dari sekolah ini maka ada pedagang di Pasar Keputran yang mau menyimpankan sisa bongkol yang mereka inginkan.
“Saya ambil tiap tiga hari sekali. Yang tersedia sedikit tapi yang kami mau cukup banyak untuk membuat hiasan yang kami inginkan,” ungkapnya.
Untuk mendapatkan bongkol bawang putih itu mereka tidak membeli.
“Kami mengganti dengan uang rokok buat pedagang yang kasih ke kami,” imbuh guru kelas 1 ini.
Kegiatan lain yang cukup menguras energi dan konsentrasi adalah proses pengeleman memakai lem tembak.
“Lemnya cepat kering. Kalau telat menempelkan harus diulang dari awal,” tutur Yuli yang untuk pengerjaan kerajinan tangan ini dibantu lima orang guru, wali murid, dan muridnya.
Karena itu pula proses pembuatan satu kelopak bunga perlu waktu satu hari. “Awalnya satu bunga bisa selesai satu hari. Tapi, setelah paham tekniknya satu bunga bisa selesai satu jam,” katanya.
Ketelatenan adalah kunci keberhasilan menyelesaikan kerajinan tangan ini. Bongkol bawang putih ini dipotong-potong untuk dijadikan kelopak bunga. Sedang putik bunganya dibuat dari biji ketumbar.
Agar terlihat menarik bunga matahari ini disemprot pewarna pakaian. “Semula kami pakai pewarna makanan, namun ternyata hasilnya tiga hari sudah pudar warnanya,” cetus Yuli.
Berbekal ketrampilan membuat bunga matahari untuk hiasan meja ini mereka kemudian berkreasi membuat bros.
“Kami sudah jual di sekolah, harganya Rp 5,000 untuk bros kecil,” paparnya.
Ilmu kerajinan tangan yang diperoleh dari Wiwit Manfaati, motivator UKM Surabaya ini juga disambut positif para guru dan UKM Surabaya.
“Kebetulan saya suka bikin kerajinan macam ini. Di rumah saya bikin taplak meja dari kain perca,” ucap Pujiastuti, guru SD Gading 1 Surabaya.
Pelajaran berharga yang dia peroleh hari itu, ditekankan Pujiastuti akan ditularkan pula ke anak didiknya.
“Harapannya tentu agar mereka bisa membantu mengurangi tumpukan sampah di rumah. Syukur-syukur bila bisa mempengaruhi lingkungan mereka juga,” cetusnya.