Reportase dari Prancis

Menyusuri Kecantikan Nimes, Kota Matador di Prancis

matador bukan hanya milik Spanyol.. di Nimes Prancis pun berdiri koloseum arena pertarungan matador dan banteng lengkap dengan kisah tragis Nimeno II

Editor: Tri Hatma Ningsih
mimi champy/citizen reporter
Patung matador Nimeno II berdiri gagah di depan koloseum Arenes de Nimes 



Reportase Mimi Champy
Ibu rumah tangga/pegiat literasi/traveller

PRANCIS bukan hanya Kota Paris. Ada begitu banyak tempat yang patut dikunjungi, salah satunya Nîmes. Kota di selatan Prancis, berjarak 720 km dari Paris ini bisa dicapai dengan kereta cepat dari Paris dengan waktu tempuh 3 jam.

Kota seluas 161,85 km² ini awalnya bernama Nemausus, salah satu kota peninggalan kerajaan Romawi yang masih terawat baik, seakan-akan tak tersentuh zaman. Nîmes juga memiliki keunikan tersendiri, yaitu matador.

Ya, pertarungan manusia melawan banteng ini bukan hanya milik Spanyol saja. Saat memasuki Nîmes, percampuran budaya Prancis Provençal, Romawi dan Spanyol sudah terasa. Perbauran masa silam dan kini tertata dengan indah pada setiap bangunannya.

Menyusuri setiap sudut kota kecil yang artistik dan penuh turis ini, memiliki jalanan kecil berbatu khas abad pertengahan. Kafe-kafe dengan arsitektur khas Prancis Provençal, dan setiap bangunan menyuguhkan keindahan khas budaya percampuran tiga negara.

Nimes juga memiliki colosseum yang disebut Arenes de Nimes yang adalah warisan terbaik dari jaman Romawi dan masuk dalam daftar monumen bersejarah UNESCO.

Amphiteater ini dibangun di bawah kekuasaan Kaisar Augustus pada abad pertama sesudah Masehi. Berbentuk oval dengan panjang 133 meter, lebar 101 meter, dan tinggi 21 meter, serta dapat menampung 24.000 penonton. Arena megah ini masih berdiri kokoh seakan tak tersentuh zaman.

Padahal pernah beralih fungsi kegunaan di abad pertengahan, dari benteng pengungsian berubah menjadi kota kecil lengkap dengan istana dan gereja di dalamnya, dengan 700 penduduk.

Kini arena ini digunakan sebagai tempat pertarungan para matador dengan banteng dan berbagai festival. Di bulan Mei Arenes de Nîmes menjadi tempat Les Grands Jeux Romains, pertunjukkan dengan para pemain berkostum bangsa Romawi lengkap dengan kereta kuda dan prajurit berseragam Romawi. Para penonton pun diajak tenggelam ke suasana 2.000 tahun silam.

Di musim panas dapat dinikmati Festival de Nîmes yang mempersembahkan musik kelas dunia serta berbagai acara lainnya di dalam amphiteater ini.

Matador Jerman

Patung matador berdiri gagah di depan arena. Itulah patung Nimeño II, matador bernama asli Christian Montcouquiol, yang terlahir di Jerman. Matador muda ini cedera berat saat bertarung dengan banteng bernama Pañalero, yang memaksa Nimeño II pensiun dari karirnya. Tak dapat menerima kenyataan, Nimeño II memilih mengakhiri hidupnya di usia 37 tahun.

Tak jauh dari Arenes de Nimes, terdapat Maison Carrèe, kuil Romawi berbentuk segi empat dan masih terawat baik hingga kini. Maison Carèe dibangun kaisar Augustus untuk kedua anak adopsinya, Caius dan Lucius Caesar, yang terinspirasi dari kuil Apollo dan Mars Ultor di Roma .

Bangunan sepanjang 26 meter dan tinggi 17 meter ini awalnya adalah biara suci bangsa Romawi, lalu beberapa kali berubah fungsi menjadi tempat sidang, kemudian menjadi gereja di abad pertengahan, dan akhirnya menjadi museum hingga sekarang.

Nimes juga memiliki taman luas dan asri, Jardins de la Fontaine dengan koleksi reruntuhan kuil Diana yang dibangun abad ke-2 Masehi dan hancur di tahun 1755 saat perang agama. Aliran air dari kanal-kanal yang menuju ke kolam, Le castellum, serta taman yang luas dan di puncak taman Mont Cavalier terdapat La Tour Magne (menara Magne) setinggi 30 meter.  La tour Magne merupakan sisa menara pengawas dari reruntuhan tembok yang mengelilingi Nîmes pada masa Romawi.

Pengunjung bisa naik ke atas menara dan menikmati pemandangan Nîmes seutuhnya. Selama di dalam taman ini, kami sangat menikmati setiap sudutnya, kolam dengan ikan yang indah serta kanal-kanal yang artistik. Untuk anak-anak, selain dapat menikmati berbagai ikan di kanal juga disediakan taman bermain yang membuat mereka bermain tanpa merasa bosan.

Di Nimes Jeans Denim Lahir

Di Musèe du vieux Nîmes, yang menyimpan sejarah Kota Nîmes dari jaman Romawi hingga modern, di sini tersimpan kain jeans yang menjadi sejarah Jeans dan Denim. Pedagang di Nîmes mengekspor bahan kain warna biru produksi Nîmes ke Amerika untuk pembuatan terpal dan celana bagi para pekerja.

Tahun 1870, Levi Strauss, imigran asal Bavaria membuat celana dari bahan kain warna biru bagi pekerja tambang di Wild Wild West, yang dibuat di Genoa, maka lahirlah kata jeans dari kata Genoa. Bahan kain dari Nîmes (dari kata de Nîmes) itulah awal lahirnya kata denim. 

Sumber: Surya Cetak
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved