Berita Probolinggo

Ada Makna Luhur di Balik Upacara Pujan Kasanga Suku Tengger, Ini Kata Anggota Komisi VIII DPR RI

Selama ini, orang awam hanya mengenal upacara adat kasada dan karo.Padahal, masyarakat tengger memiliki upacara adat Pujan Kasanga yang sangat sakral.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Musahadah
surya/galih lintartika
Upacara Pujan Kasanga 

SURYA.co.id I PROBOLINGGO - Masyarakat suku tengger ternyata memiliki sejumlah upacara adat yang perlu dilestarikan.

Selama ini, orang awam hanya mengenal upacara adat kasada dan karo.

Padahal, masyarakat tengger memiliki upacara adat Pujan Kasanga yang sangat sakral dan penuh makna. 

Umat Hindu Tengger mempercayai bahwa sembilan penjuru alam semesta ini dijaga oleh Manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Dewata Nawa atb Sanga yang meliputi Dewa Wisnu, Sambu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara dan Siwa. 

Upacara adat ini dilaksanakan tiap satu tahun sekali yang jatuh pada Panglong ke Sanga (9) setiap Bulan Kesanga menurut hitungan Kalender Tengger.

Untuk pelaksanaannya kali ini, Pemerintah Kecamatan Sukapura bersama Pemerintah Desa Jetak serta para Pemangku Adat bersinergi dan kompak mempromosikan upacara ini untuk lebih dikenal masyarakat luas.

Wajar saja, dalam peringatan kali ini, hadir Anggota DPR RI Komisi VIII Hasan Aminuddin, Anggota DPRD Kab Prob Supoyo, Forpimka, Perangkat Daerah Kabupaten Probolinggo,  puluhan komunitas dan para wisatawan. 

Berbeda dengan Kasada, dalam upacara adat “Pujan Kasanga” terbagi menjadi 3 (tiga) sesi yaitu resik, puja mantra/bantenan, mubeng dheso. 

Sarana yang dibutuhkan dalam sesi pertama adalah sesajen yang terdiri dari panggang ayam, tumpeng, bunga panca warna, pisang ayu, suruh dan jambe ayu.

Selain itu, persembahan yang berupa beberapa ekor ayam utuh dan bahan pangan lainnya dan pada akhir upacara adat persembahan ini akan diserahkan kepada para sesepuh Desa.

Semua dikumpulkan di rumah Kepala Desa untuk dibacakan japa mantra oleh Dukun Adat yang disebut Rama Dukun Pandito . 

Masyarakat tengger mempercayai setelah sesi ini dilaksanakan maka diri pribadi masyarakat dan alam semesta khususnya di wilayah mereka telah disucikan.

Kemudian untuk sesi ke dua Sesajen dan persembahan yang telah dibacakan sebelumnya , kemudian dibawa ke Pendopo Kantor Desa dengan iringan alat musik ketipung beserta jimat Desa warisan leluhur berupa potongan bambu kecil yang disebut tumbak sungga. 

Fungsinya sebagai sarana pembacaan mantera kedua oleh rama Dukun Pandito.

Dalam ritual ini Dukun adat memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar dalam pelaksanaan Pujan Kasanga ini wilayah dan semua masyarakat tengger selalu dalam lindungannya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved