Berita Banyuwangi

Labu Kuning Menjanjikan saat Jeda Musim Tanam Padi

Masyarakat Banyuwangi mengenal labu kuning dengan istilah waluh. Satu kilogram biji waluh bisa dijual seharga Rp 294.000.

Penulis: Haorrahman | Editor: Yuli
haorrahman
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat panen buah labu kuning 

SURYA.co.id | BANYUWANGI - Saat jeda antara musim tanam padi, tanaman labu kuning menjadi alternatif tanaman yang menjanjikan. Seperti halnya petani di Desa Tegalrejo, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, menjadikan labu kuning sebagai alternatif tanam.

Masyarakat Banyuwangi mengenal labu kuning dengan istilah waluh. Biji dari buah yang termasuk jenis holtikultura tersebut, sangat menjanjikan. Satu kilogram biji waluh bisa dijual seharga Rp 294.000.

"Ini adalah kreativitas petani untuk menyiasati musim kemarau, yang tidak memungkinkan untuk menanam padi," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Sabtu (11/3/2017).

Masyarakat Tegalrejo menanam labu kuning untuk dimanfaatkan bijinya. Pengembangan labu kuning di Tegalrejo telah dirintis sejak 2011. Dari 2.293 hektare lahan persawahan di Tegalrejo, terdapat 119 hektarenya ditanami labu kuning.

Biasanya seperempat hektare lahan, akan menghasilkan 30-35 kilogram biji labu kuning, dengan masa tanam sekitar tiga bulan.

Apabila di rata-rata, satu hektare lahan bisa menghasilkan 120 hingga 140 kilogram biji labu kuning. Dengan demikian, satu hektare bisa menghasilkan Rp 35 hingga 45 juta. Biji-biji tersebut diekspor ke luar negeri pada sebuah perusahaan penampung di Belanda.

“Ini hasil panen dua kali lipat hasil panen padi. Inovasi di bidang pertanian yang positif seperti ini harus terus dikembangkan,” kata Anas.

Menurut Kepala Desa Tegalrejo, Mu'anam, untuk saat ini yang dimanfaatkan dari labu kuning hanya bijinya saja. Sedangkan untuk bagian buah lainnya, oleh petani biasanya hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak saja.

"Untuk sekarang yang dimanfaatkan oleh petani, hanya bijinya saja. Sedangkan dagingnya biasanya dibuang atau untuk pakan ternak," kata Mu'anam.

Mun'am mengatakan, menanam labu kuning memang cukup menjanjikan. Selain harga bijinya yang mahal, masa tanamnya juga singkat. Menanam labu kuning hanya membutuhkan waktu tanam hingga panen selama tiga bulan. Kemudian, hasil panennya diperam selama 10 sampai 15 hari untuk diambil bijinya.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Banyuwangi, Arief Setiawan mengatakan, pihaknya sedang mengembangkan pemanfaatan buah dari labu kuning tersebut.

"Karena yang diambil hanya bijinya, maka buahnya ini perlu dimanfaatkan untuk bisa menghasilkan nilai tambah untuk petani," papar Arief.

Selama ini, para petani hanya memanfaatkan buah labu kuning tersebut untuk pakan ternak saja. Untuk itu, Arief berencana dengan beberapa dinas terkait untuk mengembangkannya menjadi beberapa produk lainnya.

"Buahnya tersebut juga bisa dibuat kripik, jenang dan beberapa produk olahan lainnya. Tapi, saat ini masih diproduksi dalam skala rumahan. Ke depan kami akan kembangkan menjadi IKM untuk pengolahannya, sehingga bisa memberikan nilai lebih kepada petani," kata Arief. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved