Citizen Reporter
Memainkan Gedhogan Agar Budaya Osing Tidak Terasing
para perempuan ini asyik memukulkan alu pada lesung kayu sembari menyenandungkan Ulan Andhung-andhung.. ah, terasa tak asing ada di desa wisata Osing
Reportase Yupiter Sulifan
Guru BK SMAN 1 Taman Sidoarjo
Uuuulan…andhung andhung .. Ono padhang ono mendhung ala emak… Tangise wong lanang/Kang keduhung .. Yong yong kelopo, doyong yong awak kulo keroyong royong...
SENANDUNG lagu Ulan Andhung-andhung sayup-sayup terdengar tatkala penulis memasuki kawasan desa wisata Osing, Desa Kemiren, Banyuwangi. Alunan lagu semakin jelas terdengar ketika penulis berhenti di depan Sanggar Genjah Arum, masih di desa Kemiren.
Enam nenek memegang alu kayu, ditabuhkan pada lesung padi yang terbuat dari kayu pohon nangka. Inilah gedhogan, tradisi memainkan alat musik khas Suku Osing. Alat musik tradisional yang juga disebut otekan ini seolah menjadi teman keseharian ibu-ibu berusia lanjut saat menumbuk padi. Kebiasaan yang menjadi ciri khas Kemiren.
Penulis berkesempatan mengunjungi obyek wisata Kemiren ini, awal Januari 2017 lalu.
Pukulan kayu terhadap kayu bertalu-talu bersahut-sahutan di antara dentam dan gelothak bunyi yang terdengar, masih tertangkap lembut. Nyanyian mengalun, sesekali dialog dan canda wanita tua pecah yang disambut tawa ria. Itulah suasana menjelang siang, ketika mereka asyik memainkan gedhogan atau gendhongan.
Batang kayu (biasanya kayu pohon nangka atau nyamplung) dibuat ceruk di bagian tengahnya. Berukuran panjang dan besaran berbeda-beda. Sehari-harinya alat ini berfungsi sebagai penggilas kulit padi untuk diubah menjadi beras.
Kadang, dimanfaatkan untuk melumatkan biji jagung atau membuat tepung ketela pohon.
Itulah gedhogan atau gendhongan dan alat penumbuknya sendiri disebut alu, terbuat dari batang kayu sepanjang kira-kira dua meter dan bergaris tengah tujuh cm. Tetapi dalam tampilan kali ini alat-alat tersebut telah berubah fungsi menjadi penghasil bunyi ritmis yang menimbulkan kenikmatan di indra dengar penulis.
Pukulan masing-masing alat menghasilkan nada indah dan nyanyian diperdengarkan salah seorang wanita.
Posisi Desa Kemiren sendiri sangat strategis. Desa seluas 117.052 meter persegi ini menjadi akses menuju kawasan wisata kawah Ijen. Jalan beraspal yang membelah desa ini menghubungkan langsung ke jantung Kota Banyuwangi, pemandian Taman Suruh dan perkebunan Kalibendo.