Profil
Model Cantik Asal Bojonegoro ini Punya Kiat Praktis Membentuk Tubuh Agar Menjulang
Karena di kota kelahirannya jarang ada pentas fashon show otomatis Dewi harus cermat mengikuti perkembangan fashion di daerah lain, khususnya Surabaya
Penulis: Achmad Pramudito | Editor: Musahadah
SURYA.co.id | SURABAYA - Jika ‘cinta’ sudah melekat maka apa pun pasti akan dilakukan seseorang untuk membuktikan rasa cintaannya itu.
Itu pula yang dilakukan Cendrawati Kusumadewi pada dunia model.
Murid kelas 2 SMA Negeri 1 Bojonegoro ini rela sering riwa riwi ke luar kota untuk memenuhi job yang ditawarkan padanya.
“Ini karena di Bojonegoro masih sedikit even yang menggelar pentas fashion,” ujarnya kepada Surya Online beberapa waktu lalu.
Karena di kota kelahirannya jarang ada pentas fashon show otomatis Dewi harus cermat mengikuti perkembangan fashion di daerah lain, khususnya Surabaya yang menjadi pusat mode di Jawa Timur.
Namun, karena tidak bisa meninggalkan kegiatan sekolah, Dewi menekankan hanya menerima job fashion di luar kota pada akhir pekan.
“Jadi tidak mengganggu jadwal sekolah. Atau pas libur seperti sekarang ini,” papar saat ditemui di tengah persiapan acara menyambut tahun baru di Hotel Majapahit Surabaya.
Sulung dari dua bersaudara ini merasa beruntung lantaran orangtuanya mendukung kiprahnya di dunia modeling.
Pada saat menjalani fashion show atau foto model di luar kota, Dewi pasti didampingi sang ibunda.
“Ibu selalu ada di samping saya sehingga selama ini aman-aman saja,” tandas penyandang gelar Yune Bojonegoro 2016 ini.
Dewi mengaku ketertarikannya pada dunia modeling sudah berlangsung sejak dirinya masih di taman kanak-kanak. Berkat keseriusannya pada dunia model, Dewi pun meraih sejumlah penghargaan.
“Di rumah banyak terpajang piala dari hasil beberapa lomba selama ini,” ujar pemilik tinggi 172 cm dan berat 48 kg ini.
Disinggung soal postur tubuhnya yang menjulang tinggi di usianya yang masih muda, Dewi menyatakan hal itu berkat aktivitas skiping (lompat tali) yang rajin dilakukan setiap hari.
“Setiap hari minim saya lakukan 50 kali lompatan dengan tali,” bebernya.
Tak hanya di pagi hari sebelum berangkat sekolah. Bahkan saat di sekolah pun gadis kelahiran Bojonegoro, 17 Juni 2000 ini masih sempat melakukannya.
“Saya lakukan di saat jam istirahat, atau jam-jam kosong pelajaran,” tegas Dewi yang juga aktif olahraga bola voli dan futsal khusus cewek.
Dewi menepis aktivitas olahraga itu membuat tubuhnya jadi berotot sehingga tampilannya terkesan maskulin dan tidak bagus sebagai seorang model. “Skiping yang rutin saya lakukan malah membuat otot tubuh saya jadi lentur,” katanya.