Berita Jombang
Batok Kelapa Disulap jadi Lampu Hias, Harganya Menggiurkan
“Yang melihat bilang lampu hias buatan saya artistik,” imbuh Drajat kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Penulis: Sutono | Editor: Yoni
SURYA.co.id | JOMBANG - Bagi masyarakat umum, limbah batok kelapa atau tempurung kelapa boleh jadi tak bernilai apa-apa.
Namun, di tangan Drajat Maryadi (30), lelaki warga Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Jombang, barang sepele bisa disulap menjadi barang seni dengan bernilai ekonomi.
Melalui imajinasinya, lelaki yang sebelumnya hanya bekerja sebagai buruh tani ini mampu menyulap limbah batok atau tempurung kelapa menjadi aneka wadah lampu hias artistik yang terkesan sebagai barang mahal.
Ditemui di kediamannya, Mariadi mengaku hanya coba-coba saja membuat rumah lampu dari batok kelapa ini.
“Awalnya saya mencoba membersihkan batok dengan cara dikikis, kemudian diampelas hingga halus. Kemudian saya bentuk pola lampu hias,” kata Drajat kepada Surya (TRIBUNnews.com Network), Rabu (28/9/2016).
Namun setelah dirakit sedemikian rupa, dipernis dan dipasang bola lampu sesuai bentuk wadahnya hasilnya ternyata cukup mengejutkan.
“Yang melihat bilang lampu hias buatan saya artistik,” imbuh Drajat kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Karena hasilnya menarik, sejumlah warga tetangganya memesan hasil kerajinan ini.
“Dari situ saya bertekad menekuni kerajinan batok kelapa ini,” terang Drajat. Itu terjadi sekitar akhir tahun lalu.
Seiring berjalannya waktu, hasil kerajinan Drajat kian dikenal dan kian laris.
Apalagi harga lampu hias berbahan tempurung kelapa buatan Mariadi juga sangat terjangkau, hanya berkisar Rp 75.000 hingga Rp 180.000 per buah.
Drajat mengaku, meski kelihatan sederhana, sebenarnya membuat lampu hias dari batok kelapa tidak mudah. Lebih-lebih jika kualitas produksi kini menjadi tuntutan konsumen.
Selain harus halus dalam ukiran dan pemotongannya, bahan yang dipilih juga tidak sembarangan.
“Harus dari kelapa tua dan masih utuh. Langsung dipotong dengan gergaji. Setelah terpola, isi kelapa diambil, tempurungnya digosok hingga halus,” tutur Drajat.
Setelah seluruh sisi berwarna mengkilap yang menjadi ciri khas tempurung, dilapisi lagi dengan pernis, baru dikembalikan dengan lem perekat.