Berita Sidoarjo

Guru asal Jepang Mengajar di SMA Muhammadiyah Sidoarjo, Sumire Ingin Belajar Islam

Sumire akan mengajar Bahasa dan Budaya Jepang di sekolah ini. Cewek 22 tahun itu masih berstatus mahasiswi Universitas Sunajuku, Tokyo, Jepang.

Penulis: Irwan Syairwan | Editor: Parmin
surya/irwan syairwan
Sumire (kanan)saat memperkenalkan diri kepada calon siswanya di SMA Muhammadiyah Sidoarjo, Kamis (18/8/2016). 

SURYA.co.id | SIDOARJO - Saling belajar dan memahami budaya merupakan inti dari pertukaran pelajar. Diharapkan, akan timbul rasa persaudaraan dan mengasihi sesama manusia ketika seseorang dari suatu negara belajar di negara lain.

Hal itu yang jadi keinginan Matsumoto Sumire (22), guru dari Jepang yang akan menjadi pengajar di SMA Muhammadiyah Sidoarjo untuk setahun ke depan.

"Konichiwa minasan. Hajimemashite, watashi no namae wa Sumire Matsumoto desu. Watashi wa Indonesia no koto ga daisuki desu," sapa Sumire penuh semangat kepada para siswa SMA Muhammadiyah saat memperkenalkan diri sebagai guru asing baru, Kamis (18/8/2016).

Kalimat sapaan Sumire kurang-lebih artinya, selamat siang semuanya; nama saya Sumire Matsumoto; saya suka sekali Indonesia.

Sumire akan mengajar Bahasa dan Budaya Jepang di sekolah ini. Cewek 22 tahun itu masih berstatus sebagai mahasiswi Universitas Sunajuku, Tokyo, Jepang.

Kapada para wartawan, Sumire mengaku sangat bersemangat untuk mengajar di Sidoarjo.

"Saya tidak sabar untuk segera mengajar," kata Sumire melalui penerjemahnya.

Di Sidoarjo Sumire akan mengganti sesama rekannya guru dari Jepang, Ejima Ayae, yang sudah setahun terakhir mengajar.

Kedua guru asing ini tergabung dalam Program Genesis yang bekerjasama dengan Japan Foundation serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Begitu semangatnya, Sumire yang datang memakai kimono menyatakan akan mempelajari Islam sebagai sebuah budaya.

Menurutnya, tempat sekolahnya mengajar merupakan sekolah keagamaan, dan sudah menjadi kewajibannya untuk memahami Islam agar lebih total dalam mengajar nantinya.

"Ini akan jadi pengalaman saya yang terlupakan. Saya juga mohon bantuan semua pihak untuk mengajari saya tentang Indonesia. Ganbate (semangat)," ujarnya.

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Sidoarjo, Widayatiningsih, menambahkan sekolahnya mendapat rujukan Kemendikbud sejak 2015 untuk menjadi laboratorium pendidikan calon pengajar guru Jepang.

"Kami juga dimandat untuk memberikan praktek pendidikan yang baik kepada sekolah lain yang ada di sekitarnya," imbuh Widayatiningsih.

Nantinya Sumire akan mengajar Kelas Bahasa di SMA Muhammadiyah, seperti guru sebelumnya.

Widayatiningsih menuturkan diajar native speaker akan membuat siswa semakin mahir berbahasa Jepang.

"Sebagai imbal balik, dua siswa kami akan mendapat beasiswa setahun belajar di Jepang," ucapnya.

Pada kesempatan terpisah, SD Muhammadiyah 2 Tulangan membuat inovasi Kartu Siswa Serba Bisa (KSSB).

Kartu ini merupakan kerjasama dengan perusahaan Impresario Group Sidoarjo (IGS) yang memungkinkan siswa mendapat berbagai previlage (kemudahan) di toko buku, restoran, dan tempat wisata.

"Ini merupakan CSR kami untuk memajukan pendidikan di Sidoarjo umumnya, dan Kecamatan Tulangan khususnya," kata Rangga, CEO IGS.

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 2 Tulangan, Nofan Arifianto, menambahkan gagasan membuat KSSB ini untuk menimbulkan rasa bangga siswa terhadap sekolahnya.

Selama ini, kartu pelajar hanya berisi data personal sisea yang bersangkutan saja.

Menurutnya, jika dibuat seperti kartu ATM dengan berbagai kegunaan lainnya, siswa akan merasa memiliki.

"Saat ini previlage baru bisa digunakan di berbagai tempat di Tulangan saja dan satu toko buku di Kota. Tapi ke depan bisa jadi kartu pelajar ini akan menjadi seperti ATM atau lainnya. Kami masih mengembangkannya," tandas Nofan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved