Reportase dari Prancis

Ketika Kelembutan Gending dan Langgam Jawa Membius Prancis

ada pencak silat, jathilan, lengger, dalam iringan langgam dan tembang para sinden gado-gado Indonesia-Prancis, Jawa seakan pindah ke Paris...

Editor: Tri Hatma Ningsih
joe tanjung/citizen
Golek Kencono ketika ditarikan di Nanterre, Paris 

Reportase : Helene Jeane Koloway
Pegiat literasi/traveller/ibu rumah tangga/mukim di Prancis

MENDENGAR langgam Jawa di Indonesia, sepertinya sudah mulai jarang, kecuali di acara hajatan. Dan kerinduan akan kehalusan langgam Jawa terobati dengan mendengar suara gamelan yang mengiringi suara merdu para sinden dan penari.

Uniknya, semua itu bukan terjadi di Indonesia, tetapi di negara bertabur cahaya, Prancis. Dan, konser gamelan itu digelar di Distrik 92 Paris, Nanterre tepatnya.

Pertunjukan seni yang mengenalkan keindahan tanah Jawa itu digawangi pasangan seniman muda, Christophe Moure, pria Prancis dan Kadek Moure, wanita manis berasal dari Bali. Besutan seni dua anak muda lulusan ISI Surakarta itu sukses memikat warga Prancis lewat gamelan, tembang, dan tarian Jawa.

Christophe, guru gamelan di berbagai institusi di Paris, membawa nama asosiasi Pantcha Indra masuk ke lingkungan warga Prancis. Dan Kadek, koreografer yang malang melintang di berbagai kota di benua Eropa lewat tariannya. Kolaborasi keduanya sukses mengusik sisi seni warga Prancis.

Pertunjukan yang digelar Jumat, 8 April 2016 silam itu diusung lewat program La Terre est à nous. Program yang memperkenalkan berbagai jenis musik dan tari dari berbagai belahan dunia. Dan asosiasi Pancha Indra, mengusung, budaya Jawa dengan berbagai simbol lewat teater, tarian, dan lagu.

Christophe dan anak didiknya dari sekolah college (setingkat SMP) André Doucet, kali ini mengangkat kisah cinta Rama dan Shinta. Penonton dibuat terkesima melihat penampilan murid-murid ini dalam memainkan gamelan dengan indahnya.

Dilanjutkan dengan karya terbaru dari Kadek, Gebyar Batik. Tarian yang memperkenalkan aneka jenis batik Jawa, yang ditarikan lembut dan gemulai oleh anak-anak hasil pernikahan campur, Prancis-Indonesia.

Diiringi tembang Gambang Suling yang dinyanyikan para sinden yang adalah ibu-ibu Indonesia yang tinggal di Paris.

Silat Menikahi Jathilan

Beberapa tarian seperti Golek Tirtokencono, yang menggambarkan kehidupan para putri keraton ditarikan empat perempuan Indonesia yang tinggal di Paris. Dilanjutkan tembang Ketawang Langem Gita Sri Narendra, yang dibuka oleh suara bariton pria Prancis, Freddy Ferchaud, disambung dengan suara para sinden.

Penonton dibuat terkesima ketika penabuh gamelan melantunkan langgam Kebo Giro yang biasa digunakan untuk menyambut tamu dalam pernikahan Jawa. Kali ini, langgam Kebo Giro ini, untuk mengiringi pernikahan yang tidak biasa. Pernikahan seni bela diri silat yang diperagakan Audran Le Goulliou dengan tari Jathilan yang ditarikan Kadek. Gerakan dinamis itu menjadi pernikahan yang luar biasa. Tarian berdurasi empat menit itu sukses memukau publik Prancis.

Dengan langgam Lengger, enam perempuan berkebaya warna cerah, menari dengan lincah dan genit, membawakan tarian Lengger Gunung Sari.  Ditarikan oleh murid-murid Kadek, tak hanya wanita Indonesia, juga mahasiswa berambut pirang dan bermata biru, alias para mahasiswi berkebangsaan Prancis pun bisa gemulai sekaligus rancak.

Tarian yang menceritakan kehidupan rakyat desa Gunung Sari. Diringi langgam Jawa yang rancak, para penari melenggak-lenggok mengikuti irama lagu. Dengan iringan gendhing dari pemain gamelan, bahkan para penari menghampiri para penonton untuk diajak menarik bersama.

Acara yang berjalan selama 2,5 jam ini meninggalkan kesan luar biasa. Tepuk tangan tiada henti, saat para penari, pesinden dan para pemain gamelan memberikan salam hormat kepada penonton. Penghargaan dari sebuah karya seni dari anak bangsa di bumi Prancis.

Bangga menjadi duta bangsa saat memperkenalkan budaya Indonesia di negara asing. Tetapi, kebanggaan itu akan berlipat rasanya, saat orang asing mau belajar dan menjadi bagian dari budaya atau seni Indonesia. Ibarat sebuah tanaman yang telah tercabut dari tanah asalnya, tetapi akan terus bertumbuh di tanahnya yang baru. Semoga budaya Indonesia semakin berjaya di berbagai belahan dunia.


Sumber: Surya Cetak
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved