Tips Kesehatan

Pemkot Surabaya Sosialisasikan Jajanan Aman di Sekolah-sekolah

#SURABAYA - Penghargaan masyarakat terhadap pangan yang aman, masih rendah karena dipengarui oleh kondisi sosial ekonomi.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Yuli
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
ILUSTRASI - Sejumlah anak melihat-lihat contoh makanan yang mengandung bahan berbahaya. 

SURYA.co.id | SURABAYA  - Risiko anak-anak sekolah dalam mengkonsumsi jajanan di sekolah menjadi perhatian utama bagi Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Pemkot Surabaya.

Mereka terus melakukan sosialisasi dan edukasi dengan pentingnya memahami dan memilih jajanan yang aman sejak jangka pendek hingga jangka panjang.

"Anak-anak sudah ada yang kena gagal ginjal, diabetes, dan penyakit orang dewasa lainnya, membuat kami diminat meningkatkan kegiatan ini. Karena saat ini banyak beredar makanan yang mengandung zat pengawet, zat pewarna, yang memiliki akibat di jangka panjangnya," jelas Hari Tjahjono, Kepala KKP Kota Surabaya, Senin (7/3/2016).

Tercatat per bulan, mereka melakukan sosialisasi ke enam hingga tujuh sekolah. Baik tingkat SD/MI maupun SMP.
Edukasi dilakukan atas program sendiri, maupun gabungan dengan instansi lainnya, seperti Dinas Kesehatan (Dinkes), BPOM, dan Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kota Surabaya.

Purwo Hendrayanto, Kepala Seksi Kewaspadaan dan Penganekaragaman Pangan, KKP Surabaya, menambahkan, saat ini yang perlu dijadikan pegangan adalah ciri-ciri pangan segar.

"Di antaranya sayur dan buah segar berlebel prima. Kemudian makanan olahan telah terdaftar dan memiliki sertifikat PIRT, MD, dan ML. Daging segar berwarna merah, tidak lengket, basah berair, tidak tercium bau asam busuk," jelas Purwo.

Juga ikan segar tidak berbau amonia, formalin, dan terlihat kaku, serta ingsang masih merah, lebih baik memilih ikan yang masih hidup.

Lebih lanjut, Purwo menyebutkan bila di Indonesia masih ditemukan ketidaksesuaian, pertama, praktek-praktek dalam rantai pangan segar yang tidak memenuhi standar keamanan pangan.

Kedua, penghargaan masyarakat terhadap pangan yang aman, masih rendah karena dipengarui oleh kondisi sosial ekonomi.

Ketiga, masih ditemukannya penyalahgunaan bahan berbahaya pada pangan, cemaran residu pestisida diatas Batas Maksimum Residu (BMR), kandungan bahan aktif yang dilarang, cemaran mikroba, dan lain-lain.

Terpisah, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kota Surabaya, Nanis, menambahkan bila pihaknya juga memiliki program pemberdayaan masyarakat di lingkungan sekolah dalam pembuatan jajanan sekolah yang sehat.

"Target kami selain meningkatkan ekonomi mereka dengan berdaya, juga untuk mengurangi resiko kejahatan pada anak-anak akibat dari jajanan sekolah. Baik nilai nutrisi dari jajanan itu hingga resiko kejahatan seksual pada anak-anak," kata mantan Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya itu.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved