Kuliner Surabaya

Resep Jamu Ndeso Mak Ndut Menggoyang Lidah Orang Kota

Satu kali sedotan mengalir ke tenggorokan, cukup menyegarkan. Tidak terlalu dingin es yang menjadi campurannya. Rasa kencurnya kuat tapi tak menyentak

Penulis: Hariyanto | Editor: Adi Sasono
SURYA.CO.ID
Lapak Jamu Mak Ndut di City of Tomorrow. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Senyum mengembang dari bibir Vendya Agustian ketika Surya mengunjungi lapaknya di salah satu pojok di area Food Court, City of Tomorrow (Cito), Surabaya. Sebuah kedai berbentuk booth, tidak terlalu luas, hampir sama dengan sebagian besar booth di area itu.

Tangannya lantas memberi isyarat seorang karyawannya. Tidak sampai 10 detik, satu cup (gelas) beras kencur tersaji di depan Surya. "Di luar panas kan, silakan diminum dulu," kata Mbak Ve, sapaan perempuan asli Surabaya ini.

Warna kuning sangat menonjol dalam kemasan bertuliskan plastik bertuliskan 'Mak Ndut Sejak 1995'. Lalu, di bagian bawah tertera branding minuman tradisional itu 'Segar Menyehatkan'.

Satu kali sedotan mengalir ke tenggorokan, cukup menyegarkan. Tidak terlalu dingin es yang menjadi campurannya. Rasa kencurnya sangat terasa tapi tidak membuat tersedak.

Yang terpenting, racikan rasa gulanya relatif pas, tidak terlalu manis. "Saya selalu gunakan gula asli, sementara porsi esnya menyesuaikan," tutur Mbak Ve kepada Surya.

Beras kencur merupakan minuman paduan antara beras dan kencur, kemudian ditambah gula secukupnya. Menu kuliner dari Mak Ndut ini mencampurkan sedikit asam sehingga menambah kesegaran bagi yang meminumnya.

Sejak Maret 2015, Mbak Ve menggelar lapak di Cito setelah mendapat 'restu' dari sang mertua yang akrab dipanggil 'Mak Ndut'. Alumnus Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya itu membawa resep sang mertua untuk 'dikomersialkan'.

Kebetulan, sang mertua mulai 1995 meramu dan memasarkan beras kencur di desanya, di Ponorogo. Ketika suatu hari berkunjung, Mbak Ve merasakan ramuan sang mertua begitu khas dan enak. "Eman, kalau hanya ditaruh di warung-warung dan pasar di desa. Saya minta izin saya 'jual' di Surabaya," terangnya.

"Saya paling suka beras kencurnya. Masih kuat rasanya meski esnya sudah mencair," ucap Aditya Gunadi, yang dicegat Surya, setelah membeli.

Untuk menjagar rasa, Mbak Ve mengambil bahan kencur langsung dari Ponorogo. Rata-rata dua kali sebulan, sebanyak 1 kuintal. Bahan kencur ini kemudian diolah lalu dibekukan dan mampu bertahan selama dua minggu.

Racikan beras kencur yang sudah jadi masih ditangani sendiri oleh Mbak Ve. Takut takarannya tidak sama dan tidak mudah. Mbak Ve sendiri harus mencoba enam hingga tujuh kali sebelum mendapatkan racikan yang pas.

"Yang ngetes rasa itu suami, karena dia kan sejak kecil sudah biasa minum beras kencur ini di rumahnya Ponorogo," tutur Mbak Ve, yang juga menggelar lapak Mak Ndut di Pasar Grosir Surabaya (PGS).

Anda punya rekomendasi tempat kuliner untuk sajiah halaman Culinary Harian Surya, silakan beritahu kami kontak si pemilik, atau SMS saja alamatnya ke kami, lewat 0858 5243 8549. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved